Bagaimana China Menaklukan Kopit?
Oleh: Ndaru Anugerah
Sungguh naas rakyat Wakanda. Sudah jatuh tertimpa tangga.
Bagaimana nggak?
Pada awal Mei, pemerintah Wakanda melarang warganya untuk melakukan ritual mudik ke kampung halaman dengan alasan untuk mengurangi laju pertambahan kasus Kopit. Padahal ‘karantina’ sudah dilakukan berjilid-jild kek sinetron di televisi.
Namun Kopit nggak ada tanda-tanda akan hilang dari peredaran.
Namun anehnya, di Wuhan sana, tepat di awal bulan Mei 2021, warganya justru mengadakan Festival Musik Stroberi yang dihadiri oleh belasan ribu orang. Nggak ada prokes-prokesan dan semua hepi-hepi aja. (https://www.reuters.com/lifestyle/science/thousands-revelers-attend-wuhan-music-festival-2021-05-)
Ini jelas buat kecemburuan sosial. Kok bisa China sudah leha-leha, tapi di Wakanda justru dirundung duka berkepanjangan yang tak kunjung usai akibat si Kopit?
Di tengah situasi ini, lalu muncul suara miring nan sotoy. “Jelas aja China bisa mengalahkan pandemi. Kan mereka sudah melakukan lockdown super ketat?” begitu kurleb-nya.
China memang melakukan lockdown pada 23 Januari 2020 silam. Tapi itupun nggak hanya sekitar 76 hari alias kurleb 2 bulan saja. (https://www.straitstimes.com/asia/east-asia/coronavirus-lockdowns-in-wuhan-hubei-long-lifted-but-some-chinese-workers-still-stuck)
Pertanyaannya: kenapa lockdown dihentikan? Apakah karena Kopit sudah nggak ada sama sekali disana?
Nggak juga, bukan?
Lantas kenapa China melonggarkan kebijakan prokes yang berlaku di negaranya sejak April 2020 silam? (https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-beijing-masks-idUSKBN25H0H8)
Karena China punya cara jitu dalam mengatasi Kopit.
Apa itu?
Sekarang saya tanya, bagaimana kita tahu Kopit begitu cepat menyebar?
Jawabannya: karena ada data yang didapat dari hasil test yang dilakukan.
Rumusnya: makin banyak test dilakukan, maka makin banyak penambahan kasus terjadi. Bahkan kalo nggak ada gejala Kopit sekalipun, seseorang akan dapat di-verdict terkena Kopit karena hasil positif dengan istilah OTG alias asimtomatik.
China paham betul akan ‘permainan’ ini. Makanya mereka merevisi panduan yang diberikan WHO tentang teknis menghitung jumlah kasus berdasarkan test PCR. Di China, aturan baku WHO ‘diplintir’. (baca disini)
Pada tataran teknis, 2 hal yang dilakukan pemerintah Tiongkok. Pertama mereka tidak melaporkan test Kopit yang dilakukan di negaranya secara berkala seperti yang diminta oleh WHO. (https://ourworldindata.org/coronavirus)
Dan kedua, China nggak akan menghitung kasus bagi mereka yang dinyatakan positif lewat test PCR, tapi nggak memiliki gejala Kopit.
Kalo begini, hasilnya akan dianulir, dan nggak akan dihitung sebagai kasus. “Orang nggak ada gejala sakit, mana bisa dinyatakan sakit?” begitu kurleb-nya.
Dengan menerapkan strategi tersebut, maka China terbilang ‘sukses’ dalam mengalahkan Kopit. Dan mereka nggak secara frontal melawan WHO, karena nyatanya mereka kasih laporan tentang pertambahan jumlah kasus dan kematian akibat Kopit di negaranya, meskipun caranya beda.
Ini baru cerdas, dan pemerintanya nggak punya mentalitas jongos Ndoro besar kek di Wakanda.
Jadi, kalo saat ini China tidak mewajibkan warganya untuk divaksinasi dengan alasan mengurangi penularan Kopit, hal ini sah-sah saja untuk dilakukan. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-04-12/china-calls-for-halt-to-mandatory-vaccines-amid-inoculation-push)
Pertama si Kopit sudah berhasil dibuat keok. Dan kedua, “Ngapain juga orang sehat kok divaksin?” (https://theconversation.com/china-beat-the-coronavirus-with-science-and-strong-public-health-measures-not-just-with-authoritarianism-150126)
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Intinya mungkin kalau di negara yang tak berdaulat, isinya londo ireng, walau paham permainan, ga bakal bisa berkutik selain mengikuti skenario, Semua terjebak dan berpelukan erat dengan “mbak SANDERA”.
SEdangkan kalau Cina, adalah master plan, bahkan role model sumbu utama dan pertama dari plandemik kopit. Otomatis mereka dikasih keringanan sama NDoro Besar, begitu juga saat dulu mereka bangkit menjadi kekuatan ekonomi dunia, sumber supply chain dunia, sang Ndoro juga yang merencanakan dan mengijinkan. seperti bumi dan langit kalau dibandingin sama Wakanda. Ga punya posisi tawar sedikitpun.
bergerak sedikit picu pistol ditarik Ndoro besar