Awal Pembangkangan
Oleh: Ndaru Anugerah
Pandemi Kopit telah berlangsung hampir setahun. Dan parahnya banyak usaha gulung tikar gegara kebijakan tutup sana-tutup sini. Dipicu karena nggak ada pemasukkan lagi akibat lockdown, masalah perut jadi perhatian utama banyak orang yang terkena imbas pandemi.
Pilihannya ada 2: terus di-lockdown karena takut pandemi dan bahaya kelaparan mengintai di depan mata, atau bangkit melawan atas kondisi tersebut?
Dan kalo sudah menyangkut urusan perut, masalahnya jadi beda.
Pada Jumat (15/1) kemarin, lebih dari 50.000 restauran sudah nggak tahan dengan kondisi lockdown di Italia. Mereka ngotot untuk melakukan tindakan pembangkangan dengan cara membuka restauran secara besar-besaran, terutama restauran keluarga. (https://thewashingtonstandard.com/i-am-open-more-than-50000-italian-restaurants-defy-lockdown-measures-video/)
Aliasnya, mereka sudah nggak mau tahu dengan kondisi pandemi dan memilih untuk membuka usaha milik mereka yang telah ditutup berbulan-bulan lamanya karena kebijakan pemerintah Italia. “Emang kalo kita kelaparan, pemerintah mau kasih makan, apa?”
Demi menyukseskan rencana tersebut, tagar #loOpro (yang artinya saya buka) dikumandangkan di jagat media sosial, dengan harapan banyak mendapat sokongan publik.
Menanggapi aksi pembangkangan massak tersebut, anggota dewan Vittorio Sgarbi berkomentar, “Bersikaplah terbuka dan jangan dibuat kuatir atas kondisi ini, karena pada akhirnya kami akan membuat mereka melayani masyarakat kembali.” (https://twitter.com/robinmonotti/status/1349677999206109184)
Singkatnya Vittorio Sgarbi mendukung langkah pembangkangan yang diambil para pemilik restauran di Italia.
Pemerintah Italia sendiri kini tengah diujung tanduk, karena partai koalisi mulai tarik dukungan dari pemerintahan Conte yang dianggap gak becus menangani pandemi. (https://www.independent.co.uk/news/world/europe/italy-conte-renzi-prime-minister-cabinet-b1786992.html)
Gerakan protes juga menyebar di Swiss, dengan tuntutan yang kurleb sama, #Wirmachenauf alias saya buka. (https://twitter.com/hashtag/wirmachenauf?src=hashtag_click)
Di Polandia juga 11-12. Tagar #OtwieraMY juga menjadi trending disana. (https://twitter.com/hashtag/otwieraMY?src=hashtag_click&f=user)
Apakah aksi pembangkangan ini hanya terjadi di Italia dan beberapa negara Eropa lainnya? Coba pikir deh. Kalo sudah menyangkut urusan perut, apa bisa masalahnya jadi sederhana?
Di Mexico, gerakan ptotes yang sama juga dimulai pada 12 Januari silam.
Setelah lebih dari 3 minggu ditutup akibat ‘gelombang’ kedua dan prediksi akan banyaknya klaster baru pasca liburan akhir tahun, beberapa restauran akhirnya malah mengabaikan peringatan resmi dari pemerintah dan membuka restaurannya dengan slogan, “Buka atau Mati”.
“Kami telah menghabiskan uang tabungan, menegosiasi ulang uang sewa dengan pemilik gedung dan mengurangi jam kerja karyawan sambil beroperasi dalam kondisi merugi. Dengan kondisi ini, apa kami harus mengikuti terus arahan pemerintah?” ungkap mereka dengan kesal. (https://www.seattlepi.com/news/article/Some-Mexico-City-restaurants-reopen-defying-15862596.php)
Apakah gerakan protes ini bakal meluas?
Kalo sudah menyangkut perut, orang akan rela melakukan apa saja bukan?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments