Dalam bahasa Inggris, adalah ungkapan yang berbunyi, ‘Don’t buy a pig in a poke.” Ungkapan ini digunakan bagi mereka untuk lebih berhati-hati dalam ‘membeli’ sesuatu. Dalam bahasa Indonesia mungkin ada ungkapan yang sama ‘jangan beli kucing dalam karung.”
Singkatnya, kalo nggak ada kejelasan dalam ‘membeli sesuatu’, lebih baik urungkan niat. Karena alih-alih mau ikutan beli, tahunya yang didapat malah kekecewaan. Kata membeli sebenarnya tak melulu berkaitan dengan ungkapan yang menyangkut soal uang, tapi juga kepercayaan.
Jaringan gerakan Hizbut Tahrir (HT) bersifat sel rahasia dengan kontrol organisasi yang sangat rapih. Tiap sel dipimpin oleh seorang yang membawahi 3 sampai 7 orang anggota. Pemimpin sel ini juga memiliki atasan atau pimpinan. Dan hanya pemimpin sel yang mengetahui siapa atasannya.
Puncak hierarki kepemimpinan di tubuh HT adalah seorang amir, dan konon katanya amir tersebut berlokasi di Yordania. Kok Yordania? Bukankah Yordania telah melarang HT disana? Aneh, kan??
Nah organisasi ini kedapatan memiliki markas besar di kota London, Inggris. Sedangkan amir mereka saat ini adalah Atha Abu Rasytah. Bentuk mukanya banyak bertebaran di media online. Ketik aja di google, pasti nongol tuh muka amir HT. Tapi apakah itu benar foto sang amir?
Jadi, kalo cabang HT di Indonesia mau buat pelatihan misalnya, mereka kudu buat proposal. Dan selanjutnya jika proposal disetujui, dana yang diminta akan ditransfer. Aliasnya segala instruksi, perintah, pengarahan dan pendanaan HT berasal dari qidayah mereka di London, Inggris.
Sekarang kita coba kupas tuntas, siapa dibalik organisasi HT?
Pada dasarnya, HT adalah organisasi intelijen. Kenapa saya katakan begitu? Karena semua bersifat tertutup. Masa pimpinannya (amir-nya) saja para anggota organisasi sampai nggak tahu? Kalo HT adalah organisasi massa dakwah biasa, tentu keanggotaannya bersifat terbuka dan semua orang bisa tahu jeroan dari organisasi tersebut.
Sistem kaderisasi yang bersifat tertutup dan berjenjang, adalah ciri khas organisasi klandestin. Bisa dikatakan HT adalah organisasi klandestin. Nah kalo sudah bicara organisasi klandestin, sudah pasti organisasi tersebut punya jaringan internasional. Siapa pendananya dan apa tujuannya?
Saya gali dari yang paling sederhana. Menurut laporan investigasi detikX, dana operasional HT berasal dari Timur Tengah. Dari situ, uang lari ke Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya sebelum ditransfer ke cabang-cabang HT yang membutuhkan. Langkah yang baik untuk mengalihkan isu agar tidak terlihat vulgar.
Dari Timur Tengah? Terus apa negara di Timur Tengah yang paling berkepentingan dengan HT? Kalo kita bicara nalar, hampir semua negara arab, terutama yang kaya, menolak keberadaan HT. Mana ada sih, yang mau pelihara buaya di rumah?
Aliasnya nggak mungkin negara-negara jazirah Arab yang mendanai organisasi HT. Nah terus siapa?
Sekarang kita balik pertanyaannya. HT mengklaim sebagai pejuang Islam dan koar-koar anti Israel. Tapi apa kontribusi HT terhadap bangsa Palestina atau para pejuang Hamas dan Fatah yang sangat anti Israel? Dengan entengnya mereka berkata, “ Hamas dan Fatah sudah salah jalan.”
Apa maksudnya? Sekarang jika dicecar lebih jauh, apa pernah HT mengecam secara frontal Israel atau paling nggak, pernah demo besar-besar dan menyerukan untuk menghancurkan Israel? Nggak pernah, kan?
Kenapa juga HT bisa hidup tentram hingga bermukim di negara-negara kafir semisal Inggris, AS, Jerman, Kanada, Australia, dll? Kenapa juga markas besar mereka di Inggris, padahal kita tahu kalo Inggris-lah yang memfasilitasi terbentuknya negara Israel merdeka di atas tanah Palestina?
Kenapa HT yang kerap terlibat aksi penggulingan sebuah rejim di negara-negara Islam, justru tidak pernah merongrong negara-negara kafir tempatnya bermukim?
Jawabannya simpel. Karena nggak mungkin seekor anjing penjaga akan menggonggong tuannya sendiri.
Dengan sedikit nalar, berdasarkan fakta-fakta yang saya sudah ungkapkan di atas, maka terjawab sudah, siapa sebenarnya dibalik HT, dan praktis menyetir organisasi tersebut. Jadi kalo dikatakan bahwa Amir atau Qidayah yang mengatur gerakan HT, itu hanya bualan semata alias omong kosong.
Yang saya cukup prihatin adalah para anggota HT terutama yang baru jadi calon anggota (biasa disebut daris). Biasanya daris adalah orang-orang polos yang merindukan kehidupan kafah dengan nilai-nilai Islami dalam hidup mereka. Dengan pendekatan model intelijen, HT mengajarkan doktrin dan cuci otak kepada mereka.
Hasilnya sangat maknyus. Otomatis pola pikir mereka berhasil dirubah dalam sekejap sehingga sulit memakai nalar dalam berorganisasi. Kalo sudah ada instruksi qidayah, kepatuhan buta adalah yang utama. Padahal sebenarnya mereka ibarat beli kucing dalam karung, karena tidak tahu tujuan dan agenda HT yang sebenarnya.
Alih-alih percaya akan janji terbentuknya khilafah, tahunya malah dapat zonk di akhir cerita.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments