Menjegal Ide Pengawasan


516

Menjegal Ide Pengawasan

Oleh: Ndaru Anugerah – 09062025

Bagaimana dunia ke depannya?

Anda bayangkan hidup dimana semua aspek kehidupan anda dipantau oleh CCTV. Dari anda bangun, bekerja hingga leha-leha plus aktivitas berkencan, semua terpantau secara digital.

Di sisi yang lain, sang Ndoro besar yang merancang ide pengawasan digital, cuma bisa cengar-cengir karena merasa ide-nya brilian dan bisa diterapkan pada siapa saja, kapan saja.

But wait.

Di ujung sana, ada sosok yang aktivitasnya tak terpantau oleh CCTV.

Siapa sosok itu?

Ternyata, dia adalah seorang wanita yang mengenakan burka sebagai identitas keyakinan-nya. Dengan burka yang digunakannya, ide pengawasan digital menjadi sulit diterapkan.

Apakah anda bisa menebak siapa sosok yang ada dibalik burka yang dikenakannya?

Nggak bisa, bukan?

Jika anda nggak bisa mengetahui-nya, maka CCTV-pun juga sama nasib-nya.

Berbekal alasan inilah, maka sejumlah negara mulai melontarkan ide untuk melarang penggunaan burka bagi kaum Hawa, dengan sejumlah alasan.

Di Inggris, misalnya. “Burka adalah simbol politik yang sangat patriaki yang nggak menyenangkan bagi kaum wanita, sehingga nggak boleh dikasih tempat pada masyarakat kita,” ungkap Sarah Pochin, anggota parlemen Partai Reformasi Inggris. (https://www.theguardian.com/politics/2025/jun/05/reform-uk-row-as-party-chair-labels-new-mps-call-for-a-burqa-ban-dumb)

Bisa dikatakan bahwa ide pelarangan burka tersebut bersifat misoginis dan represif. Begitu kurleb isinya.

Tapi di sisi yang lain, di Prancis misalnya, ide pelarangan aksesoris Muslim seperti jilbab, juga telah merebak sejak 2010 silam dengan alasan keamanan. “Tidak ada seorang-pun yang boleh menyembunyikan identitas dirinya,” kira-kira begitu alasan-nya. (https://www.theguardian.com/world/2010/jul/13/french-ban-face-veils)

Jadi, dengan alasan apapun, ide pelarangan aksesoris keagamaan, memang sengaja didengungkan bukan semata-mata menyerang keyakinan ataupun membela spirit emansipasi, tapi karena dapat merintangi rencana pengawasan digital sang Ndoro besar.

Kebayang dong, jika kemudian ide menutupi wajah tidak dibatasi, yang pusing siapa?

Tentu saja sang Ndoro.

Padahal ide memakai aksesoris keagamaan itu menyangkut hak pribadi seseorang dalam berekspresi yang dilindungi oleh konstitusi, bukan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


error: Content is protected !!