Isu yang Nggak Penting


515

Isu yang Nggak Penting

Oleh: Ndaru Anugerah – 23052025

“Bang, kenapa nggak membahas soal ijazah Pak Lurah?” tanya seorang netizen.

Perasaan, apa pentingnya saya membahas isu murahan itu?

Kenapa saya katakan isu murahan?

Karena masalahnya kan sepele. Saya coba kasih ilustrasi.

Misalkan anda dituding oleh seseorang bahwa anda memiliki ijazah palsu. Apakah anda nggak bereaksi?

Pasti bereaksi.

Paling nggak anda coba kasih klarifikasi dan meyakinkan kalo ijazah anda benaran asli bukan kawe. Setidaknya, anda kasih tahu orang yang menuding anda, “Ini lho ijazah saya (sambil memperlihatkan ijazah anda kepada orang tersebut).”

Dan jika pihak yang menuding anda berkeras, bahwa ijazah anda palsu, ya anda tinggal ambil langkah hukum. Biar pengadilan yang menjadi ‘jurinya’.

Benarkah ijazah anda palsu seperti yang dituduhkan?

Masalahnya simpel, tapi dibuat ribet. Dan bertele-tele penyelesaiannya.

Coba anda pikir pakai akal sehat, logiskah menyelesaikan masalah simpel hingga membutuhkan waktu berbulan-bulan? Itu-pun nggak kunjung kelar.

Kalo saya ditanya, apa gunanya bagi saya bahas hal itu?

Nggak ada gunanya sama sekali. Nggak nambah pinter juga. Buat apa dibahas.

Bagi saya, itu adalah narasi media mainstream yang sengaja dihembuskan guna mengarahkan opini publik.

Dan celakanya, mayoritas publik, termakan narasi tersebut. Terjebak ke dalam dua kubu, yang pro dan yang kontra. Ujung-ujungnya, masyarakat kembali ‘terbelah’. Dan pihak yang merancang isu ini, tinggal tepuk tangan karena rencanaya berhasil.

Jika membahas isu ‘kacangan’ itu mampu menafkahi anda, silakan lakukan itu. Tapi nyatanya kan nggak ada faedah-nya samsek. Anda tetap bokek, dan anda tetap harus cari nafkah untuk mengisi perut anda dan keluarga.

Sama dengan isu seorang mantan presiden AS bernama Joe Biden, yang katanya menderita kanker prostat stadium 4 dan telah menyebar ke tulang-tulangnya. (https://www.ndtv.com/health/joe-biden-suffering-with-stage-4-prostate-cancer-heres-all-you-need-to-know-about-this-condition-8479796)

Ibarat ikan lele yang dikasih makan ‘pur’, (hampir) semua orang melahap isu tersebut.

Sebagian memberikan simpati atas penderitaannya. Sisanya malah mempertanyakan.

“Kok bisa baru sekarang terdeteksi kanker-nya. Dulu kemana aja kok nggak diperiksain?”

“Ngapain aja kerja tim dokter kepresidenan semasa dirinya menjadi orang nomor 1 di AS?

“Ahh, itu hanya pencitraan yang diberikan Biden untuk mendapat simpati publik.”

Dan sebagainya, dan sebagainya.

Pertanyaannya: apakah relevan membahas isu yang dihembuskan media?

Kalo anda masih suka membicarakannya, percayalah bahwa selamanya anda akan mudah ‘disetir’ opini-nya oleh media, sesuai keinginan mereka.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


error: Content is protected !!