Mengejar Mimpi


507

Mengejar Mimpi

Oleh: Ndaru Anugerah – 20052025

Kita tahu bahwa harga emas, kian hari kian meroket.

Saya sangat ingat, kalo dulu dengan gaji yang kecil, orang masih bisa membeli emas barang 1 atau 2 gram per bulan-nya dari sisa gajinya. Namun saat ini, logam berwarna kuning itu menjadi ‘liar’ kenaikan harganya. Nyaris tak terbeli.

Bahkan saking nggak terbelinya, namun di saat yang sama orang dipaksa harus tetap jaga gengsi, terpaksa deh mereka membeli ‘emas China’ yang harganya murce.

Tentu ada bedanya dengan emas.

Kalo emas terus dipakai sampai seseorang meninggoy-pun, warnanya akan tetap sama, tapi ‘emas China’ baru dipakai beberapa minggu saja warnanya langsung pudar. Sehingga perlu disepuh ulang biar tampak seolah-olah emas. (https://sbpgroup.id/blog/fashion-accessories/xuping-adalah-perhiasan-berlapis-emas/)

Tapi kaum dhuafa, nggak mementingkan itu. Yang penting bagi mereka adalah tetap bisa bergaya utamanya saat di hari raya atau ajang arisan. Bisa pamer tetangga kiri-kanan, walaupun yang dipakainya hanya ‘emas China’.

Nah ada berita yang menarik terkait logam mulia yang satu ini.

Kita tahu bahwa emas dan timbal tidaklah sama. Unsurnya berbeda dan nggak ada reaksi kimia yang dapat mengubah hal itu.

Dimana bedanya?

Jumlah atom pada timbal mengandung 3 proton lebih banyak ketimbang emas. Secara prinsip, kalo 3 proton dari timbal dihilangkan, maka timbal tersebut akan sama dengan emas.

Bisakah upaya pengurangan proton tersebut dilakukan?

Kalo bicara bisa, ya pasti bisa. Hanya saja nggak mudah.

Kenapa demikian?

Untuk menghancurkan atom-atom timbal satu sama lain (dengan menghilangkan proton-nya), dibutuhkan kecepatan yang sangat tinggi dan energi  yang sangat banyak. Sudah pasti boros energi dan nggak efisien.

Ini diperlukan untuk menarik keluar proton yang terikat pada inti atom secara kuat.

Kok bisa?

Karena proton memiliki muatan listrik, meskipun memiliki gaya nuklir yang melekat pada intinya.

Jadi hanya medan magnet yang mampu menarik atau mendorong proton keluar dari inti atom.

Dan ini telah dilakukan oleh seorang fisikawan Swiss saat mengerjakan proyek ALICE di Large Hadron Collider. Secara nggak sengaja dirinya mendapati sejumlah kecil emas. (https://www.independent.co.uk/news/science/large-hadron-collider-lead-gold-b2749928.html)

Secara kebetulan, ilmuwan tersebut berhasil menciptakan medan magnet yang diperlukan untuk menembak inti timbal dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sasus hampir menyamai kecepatan cahaya. Dan voila, timbal-pun berubah menjadi emas pada proyek tersebut.

Apakah ini percobaan pertama kali dilakukan di dunia?

Nggak juga.

Dulu, di dekade 1970an, para ilmuwan Soviet secara nggak sengaja menemukan timbal yang tetiba berubah menjadi emas pada reaktor nuklir mereka. (https://www.atlasobscura.com/places/lawrence-berkeley-national-laboratory)

Cerita yang hampir sama juga pernah terjadi di AS sana, saat para ilmuwan berhasil mengubah bismut menjadi emas. (https://www.scientificamerican.com/article/fact-or-fiction-lead-can-be-turned-into-gold/)

Jadi proyek mengubah suatu unsur menjadi emas, bukan barang baru sebenarnya.

Dari dulu juga sudah ada.

Dengan kata lain, emas sebenarnya bukan sumber alam yang tidak dapat diperbaharui karena jumlahnya akan habis jika terus menerus dieksplorasi. Karena nyatanya, emas bisa dibuat, bahkan dengan produksi massal.

Secara prinsip lho yah.

Meskipun seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa proses ini membutuhkan energi yang sangat-sangat besar.

Dan so far, hanya tenaga nuklir yang mampu melakukannya.

Saya cuma berandai-andai, jika emas bisa dibuat dengan produksi massal, lantas ngapain orang-orang sibuk ngumpulin emas?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


error: Content is protected !!