Kebohongan Big Pharma (*Bagian 2)


527

Kebohongan Big Pharma (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah – 28102024

Pada bagian pertama tulisan, kita sudah membahas tentang kolesterol yang selalu didengungkan sebagai salah satu penyebab penyakit jantung pada seseorang. Dan ini sengaja dilakukan guna memuluskan rencana penjualan obat statin oleh Big Pharma. (baca disini)

Nyatanya, pada beberapa penelitian penurunan angka kolesterol pada seseorang justru meningkatkan risiko kematian dan bukan sebaliknya.

Sebaliknya, pandangan Prof. Yudkin tentang asupan gula sebagai penyebab penyakit jantung, justru diabaikan seiring kuatnya lobby industri farmasi pada ruang publik.

Sekarang mari kita beralih ke statin.

Dulu, sebelum statin ditemukan, sulit sekali untuk menurunkan angka kolesterol secara andal. Tapi anehnya, begitu statin ditemukan dan beredar di pasaran, tetiba banyak penelitian yang muncul yang menyatakan bahwa kolesterol semakin berbahaya.

Karenanya, orang harus mengonsumsi statin agar nggak terkena penyakit jantung.

Sejak itu, lomba beli statin dimulai dan keuntungan yang didapat Big Pharma langsung moncer. Di tahun 2023 saja, angkanya secara global telah mencapai USD 15.4 milyar. Dan ini bukan bisnis kaleng-kaleng … (https://www.imarcgroup.com/statin-market)

Pertanyaan kritisnya: memang seberapa besar manfaat dari statin?

Jawaban yang diberikan para peneliti yang telah ‘dibeli’ oleh industri farmasi, tentu menyatakan manfaat unggulan dari statin dalam menekan penyakit jantung. Aliasnya statin punya segudang manfaat jika dikonsumsi secara teratur. (https://drmalcolmkendrick.org/2014/03/29/conflict-of-interest-at-the-ctt/)

Sangat banyak penelitian yang mengulas hal ini.

Anda bisa cari sendiri.

Ini sama saja dengan manfaat dari vaksin Kopit yang dipromosikan oleh Big Pharma.

Dikatakan bahwa vaksin Kopit terbukti efektif hingga 95% dalam melawan virus yang membuat dunia ditutup untuk aktivitas tersebut. (https://www.cnn.com/videos/health/2020/11/18/pfizer-coronavirus-vaccine-fda-approval-newday-gupta-vpx.cnn)

Nyatanya, efektivitasnya hanya menghasilkan manfaat tidak seperti yang dipromosikan.

“Banyak individu dalam kelompok penerima vaksin yang mengembangkan gejala seperti Kopit, namun nggak pernah dites dan dinyatakan sebagai penderita Kopit,” begitu ungkap seorang narsum. (https://amidwesterndoctor.substack.com/p/what-really-happened-inside-the-covid)

Kenapa pengujian tidak dilakukan?

Ya demi menjaga efektivitas vaksin Kopit yang diklaim 95% tokcer.

Terlebih lagi, manfaat vaksin hanya beberapa bulan saja setelah enjusan dilakukan. Jadi nggak bisa memproteksi seseorang dalam kurun waktu 1 tahun atau lebih.

Nah terus apa gunanya vaksinasi dilakukan kalo cuma efektif beberapa bulan?

Lebih buruk lagi, pada kurun waktu 1 semester, data menunjukkan bahwa lebih banyak orang yang meninggal akibat dienjus daripada yang tidak menerima enjusan. (https://www.nejm.org/doi/suppl/10.1056/NEJMoa2110345/suppl_file/nejmoa2110345_appendix.pdf)

Atau seseorang lebih mungkin mengalami efek samping berat akibat vaksinasi ketimbang mereka yang harus menjalani rawat inap karena Kopit tanpa mendapatkan enjusan samsek. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0264410X22010283)

Jadi apa yang bisa disimpulkan?

Jangan gampang percaya pada mulut manis para pedagang obat, karena promosi nggak selalu sama dengan kenyataannya.

Lalu apa bahayanya jika memang statin nggak membawa dampak positif bagi penggunanya?

Adalah fakta bahwa obat ini memiliki tingkat cedera yang sangat tinggi diangka 20% bagi yang menggunakannya. (https://www.theatlantic.com/health/archive/2023/06/the-gene-that-explains-statins-most-puzzling-side-effect/674542/)

Selain itu, statin juga dikaitkan dengan sejumlah besar komplikasi penyakit yang cukup menguatirkan seperti yang telah diekspos oleh Dr. Beatrice Golomb di tahun 2010 silam. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2849981/)

Penelitian lainnya juga mengaitkan statin dengan efek samping yang ditimbulkannya, dari mulai masalah kejiwaan seperti depresi, kebingungan, agresi dan hilang ingatan. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24974580)

Masalah disfungsi dan juga kegagalan fungsi hati pada seseorang kerap ditemukan pada pengguna statin. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18752389)

Dan juga menyebabkan timbulnya penyakit kanker pada seseorang selain memicu proses kerusakan yang menuju terjadinya gagal ginjal. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12457784) (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23526815)

Sangat mengerikan, bukan?

Anda juga bisa membaca ulasan yang diberikan Dr. Duane Graveline tentang potensi buruk yang bisa ditimbulkan akibat penggunaan statin pada tubuh seseorang. (https://archive.org/details/statindamagecris0000grav)

Lalu, bagaimana mekanisme kerja statin dalam menghambat pembentukan kolesterol?

Apakah mekanisme ini yang dapat memicu kerusakan jaringan/organ tubuh seseorang?

Pada bagian selajutnya akan kita bahas.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


error: Content is protected !!