Merancang Plandemi Masa Depan


522

Merancang Plandemi Masa Depan

Oleh: Ndaru Anugerah

Apakah plandemi akan berakhir di tahun ini? Pertanyaan selanjutnya, apakah akan ada plandemi lanjutan pasca Kopit atau justru plandemi selamanya nggak pernah ada lagi?

Pertanyaan ini sebenarnya pernah saya bahas pada beberapa analisa sebelumnya. (baca disini dan disini) Jadi, anda sebenarnya sudah bisa menjawab pertanyaan itu.

Kalo anda masih kurang yakin, saya akan kasih insight yang lain.

Coba anda lihat timeline yang saya sebutkan.

Bermula dengan kelompok G-20 yang pada Desember 2020 silam telah menerbitkan makalah tentang pentingnya dibentuk kerjasama multilaterisme agar pandemi di masa depan bisa diantisipasi dengan lebih baik. (https://www.g20-insights.org/policy_briefs/multilateralism-in-times-of-global-pandemic-lessons-learned-and-the-way-forward/)

Masih dengan tema yang sama, di Januari 2021 silam, sebuah lembaga think-tank Uni Eropa juga menerbitkan makalah dengan tema rencana reformasi lembaga multilateral di masa plandemi. (https://www.feps-europe.eu/attachments/publications/book_unitedformultilateralism-264p_s.pdf)

Beberapa bulan kemudian, United Nation Foundation juga telah membuat makalah yang bertema multilateralisme yang diperlukan untuk mengantisipasi masa pasca Kopit. (https://unfoundation.org/blog/post/reimagining-multilateralism-for-a-post-covid-future/)

Di tahun yang sama di bulan Mei, Panel Internasional untuk Kesiapsiagaan Pandemi juga menyuarakan hal yang sama, yaitu tentang antisipasi plandemi susulan di masa depan. (https://theindependentpanel.org/wp-content/uploads/2021/05/COVID-19-Make-it-the-Last-Pandemic_final.pdf)

Berbicara kepada publik, ketua panel Helen Clark mengatakan, “Pandemi ini diperparah oleh kurangnya kepemimpinan global dan juga koordinasi ketegangan geopolitik yang melemahkan sistem multilateral.” (https://web.archive.org/web/20210616071324/https://amp.theguardian.com/world/2021/may/12/covid-pandemic-was-preventable-says-who-commissioned-report)

Lalu di Desember 2021, WHO juga berencana untuk membentuk perjanjian internasional tentang pencegahan dan kesiapsiagaan pandemi. (https://www.who.int/news/item/01-12-2021-world-health-assembly-agrees-to-launch-process-to-develop-historic-global-accord-on-pandemic-prevention-preparedness-and-response)

Berikutnya di Februari 2022, Komisi PBB untuk Pembangunan Sosial juga mengadakan pertemuan guna menguatkan kerjasama multilateral pasca plandemi Kopit. (https://reliefweb.int/report/world/commission-social-development-begins-2022-session-amid-robust-calls-overcoming-food)

Di bulan yang sama, Robert Dworkin dari Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri mengatakan bahwa Eropa harus dapat mengatasi plandemi masa depan, karena kerjasama yang terjadi saat ini dianggap sebuah kegagalan. (https://ecfr.eu/publication/health-of-nations-how-europe-can-fight-future-pandemics/)

Kemudian pada Maret tahun ini, Dewan Eropa juga berniat untuk membentuk badan perundingan antar pemerintah, yang tentu saja berkaitan dengan pandemi global di masa depan. (https://www.consilium.europa.eu/en/policies/coronavirus/pandemic-treaty/)

Apa point yang bisa didapat dari semua agenda di atas?

Pertama soal plandemi susulan yang ditakutkan (apa direncanakan?) bakal terjadi di masa depan, dan kedua perlunya sebuah badan untuk mengantisipasi hal itu.

Jadi kalo diringkas, kurleb-nya: bakal ada sebuah badan yang mengatur kerjasama multilateral guna mengantisipasi plandemi di masa depan.

So, anda pikir plandemi sejenis Kopit nggak akan terjadi lagi?

Yang bokir ajah.

Satu yang perlu dicermati adalah sikap yang diambil oleh kelompok-kelompok pengusung kerjasama multilateral tersebut terhadap Rusia. Apakah Rusia bakal dilibatkan pada kerjasama tersebut mengingat konflik yang terjadi di Ukraina saat ini, atau justru ditinggalkan?

Ini menarik untuk dibahas, mengingat sebagian pengamat geopolitik beranggapan bahwa Rusia adalah bagian dari skenario The Great Reset yang diusung oleh kartel Ndoro besar. Kalo benar begitu asumsinya, maka Rusia akan diajak bergabung pada kelompok-kelompok ini.

Sebaliknya, jika Rusia bukan bagian dari skenario TGR, maka kerjasama seperti ini nggak akan mengikut sertakan Rusia didalamnya. Lebih lanjut lagi, Rusia bisa-bisa saja ditendang dari posisinya sebagai anggota tetap DK PBB, karena dianggap merusak rencana sang Ndoro.

Kita lihat kemana bola akan bergulir.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!