Ketika Mencuci Baju Dilarang
Oleh: Ndaru Anugerah
Banyak larangan, mungkin adalah frase yang tepat dalam mewujudkan tatanan dunia baru ke depannya selepas plandemi Kopit. Dengan kata lain, semua-semua serba dilarang dengan alasan klasik ‘untuk mencegah’ pemanasan global.
Siapa lagi yang mengajukan ini ‘brilian’ ini selain genk Davos.
Awalnya mereka menyerukan kepada penduduk negara-negara maju untuk meninggalkan pola konsumsi daging dan beralih menyantap serangga sebagai menu harian. Memangnya orang bule sama dengan warga Gunung Kidul yang biasa menyantap belalang sebagai sumber protein? (https://www.weforum.org/agenda/2021/07/why-we-need-to-give-insects-the-role-they-deserve-in-our-food-systems/)
Lalu ada ide gila lainnya yang menyuruh para penduduk negara maju untuk ‘melepaskan’ semua harta benda miliknya. (https://www.youtube.com/watch?v=mD-ioJM8v64)
Apa lagi alasan utamanya, selain narasi global warming yang terus didengungkan oleh media mainstream selaku corong sang Ndoro.
Dengan melakukan semua ‘larangan’ yang diberikan, maka akan mampu menurunkan kadar emisi karbon sesuai dengan target yang ditetapkan.
Klausul yang diberikan, “Dengan menurunkan kualitas hidup rata-rata orang, maka akan terbuka jalan dalam upaya mencegah perubahan iklim yang dapat membawa bencana bagi umat manusia di masa depan.”
Apakah seruan konyol hanya cukup sampai disitu?
Tentu tidak. Bukan Ndoro besar namanya kalo nggak mengeluarkan seruan kontroversial lainnya.
Maksudnya?
Baru-baru ini, lewat sebuah postingan di Twitter, WEF kembali menyerukan semua warga dunia untuk tidak mencuci pakaian yang telah mereka gunakan sehari-hari, karena dapat menyebabkan kerusakan alam dan memicu pemanasan global. (https://twitter.com/wef/status/1475043731002830851)
Menurut sang Ndoro, aktivitas mencuci pakian telah memberikan kontribusi pelepasan emisi CO2 sebesar 70%. Selain itu, aktivitas tersebut kerap mencemari lingkungan karena deterjen yang digunakan yang juga menghasilkan partikel mikro fiber yang dilepaskan pada jalur air.
Singkatnya aktivitas mencuci pakaian nggak ramah lingkungan dan cenderung merusak ekosistem.
Lalu apa solusinya?
Jangan mencuci pakaian setiap harinya, meskipun itu baru saja anda pakai.
Ambil contoh celana jeans yang tiap hari anda pakai, seharusnya hanya dicuci sebulan sekali. Sedangkan untuk piyama yang anda pakai tiap malam, dicuci dalam rentang seminggu sekali.
Pengecualian diberikan hanya pada pakaian dalam yang boleh dicuci saban harinya.
Jadi, anda disuruh memakai pakaian kotor dan berkeringat tanpa perlu dicuci, dengan alasan menyelamatkan bumi dari global warming.
Pertanyaannya sederhana: sudahkah sang Ndoro melakukan hal yang sama guna menyelamatkan bumi dari pemanasan global?
Ngomong sama ember.
Lha wong kemana-mana mereka naik jet pribadi yang otomatis melepaskan karbon ke lingkungan lebih banyak ketimbang rata-rata karbon yang dihasilkan dari aktivitas mencuci keluarga dalam setahun. (https://www.theguardian.com/global-development/2019/jan/22/record-private-jet-flights-davos-leaders-climate-talk)
Apakah ini konsisten?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments