Apakah Trump Lebih Berbahaya Dari Kopit?
Oleh: Ndaru Anugerah
Di AS sana, ada 2 topik panas yang saat ini kerap diperbincangkan. Pertama Kopit dan kedua Trump. Keduanya dianggap sebagai sumber masalah. Nah kalo misalnya orang Amrik ditanya saat ini mana yang lebih berbahaya, Kopit atau Trump? Apa yang kira-kira jadi jawabannya?
Berdasarkan data, lebih dari 400 ribu orang AS meninggal gegara si Kopit hanya dalam waktu satu tahun, dengan lebih dari 25 juta kasus orang terinfeksi. (https://www.worldometers.info/coronavirus/country/us/)
Cuma bukan itu yang buat Kopit menakutkan.
Dampak dari pandemi tersebut, membuat orang misqueen di AS jadi sulit mengakses kesehatan, ekonomi dan sosial. Akibatnya, banyak dari mereka yang meninggal karena nggak punya akses. (https://www.project-syndicate.org/commentary/post-covid-economy-more-deaths-of-despair-by-anne-case-and-angus-deaton-2020-12)
Bahkan karena akses kesehatan yang terbatas, di Los Angeles sendiri akhirnya buat kebijakan dimana mereka nggak akan merawat pasien yang punya peluang kemungkinan hidupnya kecil. (https://edition.cnn.com/2021/01/05/us/los-angeles-county-california-human-disaster-covid/index.html)
Secara ekonomi lebih mengerikan lagi. Lalu lintas kereta bawah tanah di New York saja, menurun hingga 70% dan menyebabkan kerugian hingga USD 3,4 milyar. (https://www.welt.de/wirtschaft/article223346550/Vorbote-des-oekonomischen-Niedergangs-New-Yorker-U-Bahn-droht-der-Kollaps.html)
Padahal sewaktu krisis Lehman Brothers di 2008, metro (kereta bawah tanah) mengalami kerugian hanya USD 400 juta. Artinya krisis ekonomi akibat pandemi, jauh lebih mengerikan lagi. (https://www.lefigaro.fr/vox/societe/hubert-vedrine-europeens-et-americains-s-eloignent-les-uns-des-autres-20210105)
Di bidang sosial semisal pendidikan, dampaknya juga nggak kalah dahsyat. Akibat sekolah ditutup selama pandemi dan digantikan dengan sistem home learning, kebijakan ini berpotensi untuk menjadikan anak-anak usia sekolah (khususnya kaum misqueen) sebagai generasi yang hilang. (https://www.kansascity.com/news/local/education/article247378379.html)
Dan generasi yang hilang jelas nggak punya harapan atas masa depan dan cita-cita mereka.
Itu tentang si Kopit. Lalu bagaimana dengan Trump?
Direktur Eksekutif Human Rights Watch (HRW), Kenneth Roth mengatakan, “Masa kepresidenan Donald Trump menjadi petaka bagi masalah HAM.” (https://www.youtube.com/watch?v=bTqZKsXyO6Q)
Memang apa saja daftar dosa Trump menurut HRW?
Macam-macam, mulai dari kegagalan dalam memberikan perlindungan kepada warganya, membantu memperkuat kelompok radikal sayap kanan hingga menghasut kebencian terhadap kelompok minoritas. Kematian George Floyd oleh aparat kepolisian, adalah salah satu contohnya.
Bahkan pada kasus pendudukan Capitol Building oleh pendukung fanatik Trump baru-baru ini, dituding sebagai kemunduran demokrasi yang terjadi semasa kepemimpinan Trump. (https://www.politico.com/news/2021/01/11/military-right-wing-extremism-457861)
“Trump telah melakukan serangkaian tindakan yang menghantam bukan saja lembaga di AS tapi juga lembaga internasional lainnya. Dan kita nggak mungkin menekan tombol rewind untuk mengembalikan semua kekacauan yang terjadi,” ungkap Lakhdar Brahimi. (https://www.lemonde.fr/international/article/2021/01/08/lakhdar-brahimi-un-retour-a-l-ordre-anterieur-a-donald-trump-n-est-ni-possible-ni-souhaitable_6065620_3210.html)
Saat pandemi melanda, Trump malah tarik diri atas keanggotaannya di WHO. (https://www.bbc.com/news/world-us-canada-53327906)
Saat Timur Tengah relatif ‘tenang’, Trump malah menggelar kebijakan dengan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel yang baru. (https://www.nytimes.com/2017/12/06/world/middleeast/trump-jerusalem-israel-capital.html)
Belum lagi sengketa dengan China yang makin diperuncing dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat Trump. (https://www.nytimes.com/2020/08/06/technology/trump-wechat-tiktok-china.html)
Namun, terlepas dari semua itu, dimata para pendukung fanatiknya, Trump tetaplah sosok yang dielu-elukan untuk dapat membawa perubahan signifikan bagi AS ke depannya ke arah yang lebih baik.
Jadilah publik AS terbelah menyikapi situasi saat ini. Bagi pendukung Trump, Kopit jelas lebih berbahaya sementara di mata rakyat lainnya sosok Trump jelas ancaman bagi masa depan AS.
Dan ini jadi beban tersendiri bagi Joe Biden yang akan memimpin selama 4 tahun ke depan di tengah keterpurukan yang ada. (https://www.economist.com/briefing/2021/01/23/after-the-chaos-of-the-trump-era-what-can-joe-biden-hope-to-achieve)
Mau menyatukan rakyat saja sudah jadi PR tersendiri, gimana mau buat AS lebih maju?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments