Dan Beirut Berkabung
Oleh: Ndaru Anugerah
Ledakan dahsyat terjadi di Beirut pada 4 Agustus silam. Bahkan kekuatan ledakannya setara dengan gempa bumi yang mencapai 4,5 skala Richter. (https://www.forbes.com/sites/michaelpeck/2020/08/04/was-israel-responsible-for-the-beirut-explosion/)
Beirut berkabung, mengingat yang meninggal lumayan jumlahnya akibat ledakan keras tersebut. Tercatat 135 orang tewas dan 5000 luka-luka. Bukan itu saja, sekitar 300ribu orang kehilangan tempat tinggal akibat bangunan hancur. (https://www.bbc.com/indonesia/dunia-53657975)
Apa penyebabnya?
Menurut sumber di Angkatan Darat Lebanon, penyebabnya adalah kontainer kembang api yang terbakar, lalu merembet ke gudang di sebelahnya dimana terdapat sekitar 2700-ton ammonium nitrat. (https://off-guardian.org/2020/08/04/discuss-huge-explosion-shakes-beirut/)
Lalu apakah ini kecelakaan murni atau justru ada unsur sabotase?
Disini simpang siur informasi terjadi. Semua jadi analis dadakan, yang mirip tahu bulat. Saling tuding tanpa ada data penunjangnya. Yang satu tuduh Israel sebagai biang keroknya. Yang satunya lagi tuding Hizbullah sebagai biang keroknya.
Mengingat cuma ngandelin jigong tanpa ada analisa yang mendalam, yang ada publik jadi tambah bingung. Yang benar yang mana?
Saya coba bahas, minimal biar publik nggak tambah bingung.
Ada apa di Lebanon? Banyak hal tentunya. Salah satu yang paling penting adalah kelompok Hizbullah yang berafiliasi dengan Iran, berpusat disana. Sudah sering kali kelompok Party of God tersebut memborbardir Israel dari Lebanon.
Bahkan Israel sudah dibuat sewot sama serangan roket kelompok tersebut, dan membalas dengan serangan yang menarget depot senjata Hizbullah yang banyak terdapat di pelabuhan sepanjang Lebanon. (https://www.aljazeera.com/news/2019/09/israel-claims-uncover-hezbollah-missile-plant-lebanon-190904063634550.html)
Tentang keberadaan kelompok Hizbullah, saya pernah ulas. (baca disini)
Jadi agak aneh kalo kita tuding Hizbullah sebagai pihak yang melakukan upaya peledakan, mengingat Hizbullah berkepentingan terhadap negara Lebanon, yaitu banyak gudang amunisi mereka di sana.
Bukan Lebanon yang menjadi musuh Hizbullah, tapi Israel. Lalu, ngapain juga Hizbullah meledakkan gedung di Beirut?
Terus ada apa di Lebanon belakangan ini?
Jauh sebelum ledakan terjadi, Lebanon berada ditengah-tengah krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah bangsa tersebut. Utang yang demikian berat, mata uang yang jatuh bebas, meroketnya angka pengangguran disertai korupsi yang dilakukan para elite politik, akhirnya suskes memicu keresahan sosial.
Nggak aneh bila kemudian ada demonstrasi di Martyrs’ Square di pusat kota Beirut pada 27 Oktober 2019 silam, yang dilakukan oleh sekelompok orang anti pemerintah yang berkuasa saat ini. (https://www.cnbc.com/2020/08/04/massive-explosion-near-beirut-port-rocks-lebanese-capital.html)
Satu yang jadi catatan, demonstrasi tersebut pakai spanduk segede gaban dengan simbol kepalan tangan disertai tulisan ‘revolusi’. Anda yang sering baca ulasan saya, pasti akan paham maksudnya apa. (baca disini)
Jadi ada masalah serius sebelum si Kopit melanda Lebanon. Makanya pimpinan Hizbullah di Lebanon menawarkan solusi untuk menggandeng China sebagai mitra strategis dalam mengatasi krisis dengan investasi yang ditawarkan, ketimbang mengambil tawaran IMF sebagai kepanjangan tangan elite global.
Kepala Hizbullah mengatakan (17/6), “China siap mengisi kesenjangan ekonomi Lebanon melalui pembangunan sektor transportasi (kereta api), pelabuhan dan pembangkit listrik.” (https://asiatimes.com/2020/06/hezbollah-head-prefers-china-to-imf-for-lebanon-bailout/)
China memang telah mengungkapkan minatnya pada pelabuhan Tripoli di Lebanon Utara, untuk menghubungkan jalur BRI sebagai kunci untuk melakukan rekonstruksi di Suriah pasca perang.
Di bidang kelistrikan juga sama, mengingat perusahaan listrik di Lebanon gagal menyediakan cadangan listrik bahkan untuk setengah hari bagi seluruh kawasan di Lebanon. Bukan itu saja, sektor kelistrikan malah menghasilkan utang lebih dari USD 1 milyar setiap tahunnya. Dan itu beban. Mending kasih ke China saja biar nggak berhutang terus-terusan.
Dengan kata lain, ada niatan di Lebanon untuk berpaling ke China sebagai mitra strategisnya. Kalo sudah begini, siapa yang bakal kebakaran jenggot?
Sekarang kita lihat, ada apa di Israel sana?
Pemimpin Israel saat ini sedang dalam tekanan berat dari masyarakatnya. Pertama karena pemerintah dianggap nggak becus dalam merespons pandemi si Kopit. Dan kedua, pemerintah Netanyahu tengah menghadapi tuduhan korupsi yang menjulang tinggi selain 3 tuduhan kasus suap. (https://www.nbcnews.com/news/world/benjamin-netanyahu-s-corruption-trial-resumes-amid-protests-over-israel-n1234306)
Kalo anda jadi Netanyahu, apa yang kira-kira anda lakukan untuk mengalihkan perhatian publik?
Yang paling masuk akal adalah membuat operasi intelijen khas Mossad, guna pengalihan isu selain mendorong revolusi warna dapat terjadi di Lebanon yang tengah dilanda krisis ekonomi berkepanjangan. Sekali timpuk, 2 orang langsung kena. Lebih efektif, bukan?
Nggak aneh bila Trump yang sudah putus asa pada pilpres tahun ini, akhirnya buka suara, “Ledakan itu adalah serangan yang mengerikan.” Trump bisa ngomong, karena telah dapat bocoran dari jenderal angkatan perangnya tentang hal itu. (https://www.ndtv.com/world-news/us-president-donald-trump-says-lebanon-explosions-looks-like-a-terrible-attack-2274293)
Dan Israel sangat punya kemampuan untuk melakukan serangan tersebut, melalui peluru kendali lewat drone, jet tempur, kapal selam hingga rudal balistik yang diluncurkan dari darat. (https://www.forbes.com/sites/michaelpeck/2020/08/04/was-israel-responsible-for-the-beirut-explosion/)
Dan bukan kali ini saja Israel melakukan serangan. Pada tahun 1982, sebuah komisi penyelidikan internasional menemukan bahwa mnatan PM Ariel Sharon terbukti bersalah atas invasi di Lebanon selain aksi pembantaian warga sipil di Sabra dan Shatilla. (http://scholarship.law.wm.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1606&context=facpubs)
Atau anda pernah dengar Operation Protective Eagle yang dilakukan sejak tahun 2014 pada wilayah Gaza? Siapa yang dituding melakukan kejahatan perang disana? Israel-lah jawabannya. Nggak heran bila ICC (International Crimal Court) menyelidiki masalah tersebut. (https://theconversation.com/why-palestine-joining-the-international-criminal-court-could-be-a-total-game-changer-39603)
Satu yang perlu dicatat, bahwa dalam beberapa pekan terakhir, telah ada banyak ledakan di lokasi nuklir, pabrik rudal balistik dan pembangkit listrik di Iran. Dan Mossad adalah pihak yang dituding sebagai pelakunya, (https://www.vox.com/2020/7/17/21325985/iran-israel-explosion-natanz-nuclear-missile)
Jangan heran bila Richard Silverstein yang berdarah Yahudi, tanpa tedeng aling-aling langsung tuding bahwa Israel-lah pelaku peledakan di Lebanon tersebut, karena diduga sebagai gudang senjata Hizbullah. (https://www.richardsilverstein.com/)
Benar tidaknya analisa ini, sangat mudah membuktikannya.
Pertama, biasanya jika Israel telah sukses melakukan serangan teror, maka akan menolak berkomentar kepada pers. Paling banter pejabatnya hanya bilang, “Kami menolak berkomentar. Namun siapapun pelakunya, dunia akan mendukungnya.” Dan itu sudah terjadi. (https://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2020/08/04/Israel-denies-being-behind-Lebanon-blast-Source)
Dan yang kedua, dalam sejarah, Israel nggak pernah menawarkan bantuan kepada negara-negara Arab, termasuk ke Lebanon. Satu-satunya kelompok Arab yang pernah mendapatkan bantuan kemanusiaan oleh Israel adalah para jihadis yang merupakan proxy-nya pada perang Suriah. (https://www.jpost.com/israel-news/as-us-leaves-syria-netanyahu-reiterates-israel-can-rely-only-on-itself-604175)
Apakah nggak aneh kalo tiba-tiba Israel menawarkan bantuan kemanusiaan pada Lebanon yang tengah mendapatkan musibah? (https://ajn.timesofisrael.com/israel-offers-humanitarian-aid-to-lebanon-after-beirut-explosions/)
Lha dulu, kemana aja bang?
Anyway, turut berduka bagi para korban di Lebanon sana.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments