Visi Mulia Musk?
Oleh: Ndaru Anugerah
Siapa nggak kenal sosok Elon Musk? Pria terkaya di kolong jagat tersebut, kembali membuat heboh dunia persilatan, dengan mengakuisisi Twitter. (https://www.bbc.com/news/business-61222470)
Apa alasan utama seorang Musk membeli Twitter?
Didorong motivasinya untuk menyuarakan kebebasan berbicara. (https://www.theguardian.com/technology/2022/apr/26/elon-musk-twitter-takeover-bought-buys-what-will-change-is-free-speech-at-risk)
“Twitter adalah alun-alun kota digital, sebagai tempat dimana hal-hal penting bagi masa depan umat manusia bisa diperdebatkan,” ungkapnya.
Musk menambahkan, “Kebebasan berbicara adalah dasar instrumen dari demokrasi, dimana segala macam sensor tidak diperbolehkan terjadi pada platform digital ini.” (https://twitter.com/elonmusk/status/1518677066325053441)
Kalo bicara sensor, kita telah paham bahwa Big Tech sekelas Twitter, acapkali melakukan upaya penyensoran terhadap konten yang dinilai berseberangan dengan narasi mainstream.
Yang paling terkenal adalah upaya ‘penendangan secara permanen’ terhadap akun seorang Donald Trump yang merupakan mantan orang nomor satu di AS, karena dinilai cukup provokatif. (https://www.cnn.com/2021/01/08/tech/trump-twitter-ban/index.html)
Aliasnya, berbekal semua upaya yang bertentangan dengan nilai demokrasi, Musk mengambil alih Twitter dengan nilai fantastik, dan berjanji akan mengembalikan kebijakan Twitter untuk kembali bisa menyuarakan kebebasan berpendapat. Sungguh sangat mulia.
Pertanyaannya: apa iya?
Untuk jawab teka-teki ini, anda harus paham dulu siapa sosok Musk sebenarnya.
Pertama, anda harus tahu kalo Musk adalah sosok pengusung transhumanis. Ini bisa dilihat pada sepak terang perusahaannya yang bernama Neuralink.
Pada jangka pendek Neuralink memang ingin membantu manusia yang punya masalah klinik dengan otaknya (khususnya pada penderita autisme). Namun di sisi yang lain, tujuan sebenarnya dari Neuralink adalah untuk menciptakan manusia baru yang dipadukan dengan Artificial Intelligence (AI). Apa namanya kalo bukan transhumanis? (https://interestingengineering.com/elon-musk-neuralink-cyberpunk-ai)
Masalahnya, ide transhumanis sudah lama didengungkan oleh kartel Ndoro besar. Kalo anda baca buku karya Zbigniew Brzezinski yang berjudul Between Two Ages (1970), disitu dengan jelas dinyatakan bahwa manipulasi otak manusia adalah impian yang ingin diraih sang Ndoro sejak lama. (https://www.pdfdrive.com/between-two-ages-americas-role-in-the-technetronic-era-d162147791.html)
Jika kemudian ide transhumanis yang diimpikan sang Ndoro selaras dengan cita-cita Musk, apakah ini hanya kebetulan belaka? (https://gmisummit.com/pdfs/what-is-neural-lace-1.pdf)
Yang kedua, Musk telah lama berkecimpung dalam bidang teknoratis melalui perusahaan Starlink miliknya, selain mengembangakn teknologi mobil tanpa pengemudi hingga merintis upaya pengembangan kecerdasan buatan (AI).
Dalam upayanya membangun imperium bisnisnya, Musk telah lama bersinggungan dengan genk Davos. (https://www.americaoutloud.com/elon-musk-is-a-former-klaus-schwab-wef-young-global-leader/)
Nggak hanya itu, sebab Musk juga menjalin kemitraan dengan DARPA Robotic Challenge dalam upayanya untuk menggantikan peran manusia dengan robot di masa depan. (https://www.businessinsider.com/larry-page-elon-musk-at-darpa-robotics-challenge-2015-6?IR=T)
Jadi, mungkinkah sosok Musk yang telah lama menjalin kemitraan dengan sang Ndoro, kemudian menjadi bersebarangan visi?
Yang ketiga, anda tahu bahwa The Great Reset nggak akan berjalan tanpa jaringan 5G. Nah akses 5G tersebut bisa dijalankan dengan bantuan ribuan satelit yang dapat mengorbit dengan ketinggian yang rendah dari muka bumi. (https://www.cellphonetaskforce.org/wp-content/uploads/2022/01/441449-Low-Earth-Orbit-Satellites.pdf)
Siapa yang bakal menyediakan satelit-satelit tersebut?
SpaceX. Dengan adanya satelit berorbit rendah yang diluncurkan SpaceX, maka segala macam aktivitas pelacakan, transaksi keuangan hingga pertahanan, bisa dilakukan. (https://www.cnet.com/science/spacex-wins-contract-to-build-missile-tracking-satellites-for-us-military/)
Lantas siapa pemilik SpaceX? Tentu saja Elon Musk. (https://www.newsweek.com/starlink-spacex-military-use-us-air-force-china-elon-musk-1705282)
Dengan semua potongan informasi yang kita dapatkan, sebenarnya apa motif utama dari akuisisi Twitter yang dilakukan Musk?
Perhatikan baik-baik apa yang dikatakan Musk, “Saya ingin membuat Twitter lebih baik dari sebelumnya dengan membuat algoritma open source sehingga dapat mengautentikasi semua manusia.” (https://www.brownstoneresearch.com/bleeding-edge/elon-musk-lays-out-his-game-plan-for-twitter/)
Pertanyaanya: bagaimana cara mengautentifikasi manusia pada Twitter?
Yang paling mungkin adalah dengan mengintegrasikan data digital yang dimiliki seseorang. Dengan makin banyak orang mengakses layanan Twitter yang diklaim mengusung free speech, maka proses integrasi data akan lebih mudah dilakukan.
Apakah hanya kebetulan lagi, jika World Economic Forum (WEF) menyuarakan syarat bagi seseorang untuk dapat mengakses layanan online, dengan menggunakan digital ID yang dimilikinya sebagai dalih autentifikasi? (https://reclaimthenet.org/world-economic-forum-pushes-digital-id/)
Too good to be true, karena terlalu banyak kebetulannya, bukan?
Kesimpulannya: ini bukan soal platform yang menyediakan layanan kebebasan berbicara bagi manusia yang bakal disediakan Musk. Lebih jauh lagi, ada agenda yang sama yang memang telah lama disuarakan kartel sang Ndoro dibalik rencana ‘free speech’ yang dipromosikan Musk.
Apapun makanannya, minumnya itu-itu juga, kan?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments