Selalu Di September (*Bagian 2)


526

Selalu Di September (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah – 13052024

Pada bagian pertama tulisan kita sudah bahas tentang bagaimana AS merasa bahwa kenyamanan-nya terusik saat sosok sosialis yang bernama Salvador Allende berhasil memenangkan pilpres di Chili. (baca disini)

Bukan hanya itu, sebab langkah nasionalisasi yang diambil Allende pada perusahaan trans-nasional sekelas Anaconda Copper dan Kennecott, perusahaan telekomunikasi sekelas ITT, termasuk mengambil alih sistem perbankan nasional, jelas buat gerah kartel Ndoro besar. (https://mtstandard.com/news/local/mining-city-history-anaconda-and-the-rothschilds/article_180b3db5-9c3b-5761-bc08-e97abebf4ea1.html)

Jadi, alasan utama digulingkannya seorang Allende, bukan karena dia ‘kiri’, tapi sudah berani melabrak kepentingan bisnis kartel Ndoro besar di Chili.

Anda perlu catat hal itu.

Hal yang membuat AS makin meradang adalah saat pemimpin Kuba, Fidel Castro melakukan kunjungan selama 4 minggu ke Chili pada akhir tahun 1971. (https://www.telesurenglish.net/multimedia/Fidel-Castros-1971-Visit-to-Salvador-Allende-in-Chile-20171110-0022.html)

Ini dilakukan Castro guna memperat hubungan kedua negara sosialis tersebut, selain sebagai kunjungan balasan pada Allende yang telah lebih dahulu mengunjungi Kuba di tahun 1960an.

Kalo kedua kubu kiri saling bertemu, sudah pasti bicaranya soal bagaimana mengekspor sistem sosialis ke negara-negara tetangga mereka. Dan ini sudah pasti membahayakan cengkraman tangan AS pada wilayah Amerika Latin.

Untuk menjatuhkan seorang Allende, maka AS lewat Presiden Nixon dan Penasihat Keamanan Nasional, Henry Kissinger mulai menggerakkan CIA, dengan menggelar Proyek FUBELT pada 16 September 1970 di Chili dengan nilai operasi mencapai USD 10 juta. (https://www.thetricontinental.org/newsletterissue/twelve-step-method-to-conduct-regime-change-the-fifth-newsletter/)

“Tolong hati-hati dalam mengerjakan proyek ini. Jangan sampai berita ini bocor keluar bahwa kita tengah mencoba menggulingkan pemerintahan Allende,” begitu kurleb bisikan Nixon kepada Kissinger sebelum diteruskan ke Langley.

Ada 2 elemen yang kemudian dipersiapkan CIA guna memuluskan rencana itu.

Pertama dari kalangan akademisi yang belakangan dikenal sebagai genk Chicago Boys. Tugas kelompok ini sangat mudah, yaitu bagaimana membuat ekonomi Chili dibuat terpuruk semasa kepemimpinan Allende. (https://www.thenation.com/article/archive/the-chicago-boys-in-chile-economic-freedoms-awful-toll/)

Sedangkan elemen kedua berasal dari kalangan militer yang sangat menentang kepemimpinan Allende. Nggak sulit untuk menemukan sosok ini, karena banyak jebolan School of America (SOA) yang menjadi jenderal di Chili saat itu. (baca disini)

Salah satunya adalah Jenderal Augusto Pinochet. Figur yang sempurna mengingat Pinochet adalah jebolan SOA yang sudah pasti bersedia balas jasa pada Paman Sam yang sudah membesarkannya, selain memiliki karakter yang ambisius dan tentunya raja tega. (http://www.derechos.org/soa/chile-not.html)

Tentang penggulingan Allende oleh CIA, ini sudah jadi rahasia umum. Anda bisa melihat pada laman di bawah ini. (https://nsarchive.gwu.edu/briefing-book/chile/2020-11-06/allende-inauguration-50th-anniversary) (https://nsarchive2.gwu.edu//NSAEBB/NSAEBB8/nsaebb8i.htm)

Singkat cerita, sesuai skenario, pada tahun 1973 ekonomi Chili tengah kacau balau. Inflasi meningkat hingga mencapai 433% diikuti aksi pemogokan dari kaum buruh serta kekurangan pangan yang menjadi santapan sehari-hari bagi warga Chili. (https://mafhola.uchicago.edu/wp-content/uploads/Chile-3.pdf)

Saat itu, Allende masih mendapat dukungan dari kaum pekerja dan petani, meskipun kelas menengah sudah mulai bersatu untuk menentangnya. Bisa dikatakan kekuatan pendukung dan penentang Allende masih 50-50.

Pada titik ini, CIA hanya butuh sentuhan terakhir. Dan itu didapat dari kubu militer yang telah lama dipersiapkan. Dengan sedikit arahan, nggak sulit untuk seorang Jenderal Augusto Pinochet untuk membantu menggulingkan Allende.

“Pokoknya gulingkan Allende, kalo kamu mau jadi presiden di Chili,” begitu rayuan CIA.

Dan benar saja. Setelah Allende berhasil dilumpuhkan, AS langsung menepati janjinya untuk mengangkat Pinochet menjadi presiden sekaligus diktator di Chili.

Selama 17 tahun kediktatoran Pinochet, sekitar 40 ribu warga Chili disiksa. Cara menyiksanya-pun juga cukup sadis, dimana tim dokter akan membius para korban dan disiksa secara perlahan dan berulang-ulang, sebelum akhirnya meregang nyawa. Kalo disiksa langsung meninggoy mah enak. Nah ini? (http://www.nytimes.com/2000/01/03/world/shadows-torment-special-report-pinochet-case-reviving-voices-tortured.html?mcubz=3)

Yang terpenting adalah bahwa ekonomi Chili kembali di tangan AS sejak Pinochet berkuasa. Perusahaan trans-nasional yang awalnya telah sukses dinasionalisasi Allende, kembali diprivatisasi oleh rezim Pinochet.

Dalam mengelola ekonomi Chili, maka Chicago Boys yang merupakan ekonom binaan AS di Universitas Chicago lewat Prof. Milton Friedman, langsung mempraktikan ekonomi liberal setelah mereka ditampung pada kabinet pemerintahan Pinochet.

Hasilnya? Ekonomi Chili-pun langsung ‘terjun bebas’.

Lengkap sudah penderitaan warga Chili.

Alih-alih ingin mendapatkan pemerintahan yang lebih baik selepas Allende, nyatanya mereka malah masuk jurang kesengsaraan dan penindasan setelah Pinochet berkuasa.

Bahkan saking berkuasanya Pinochet, sampai-sampai dia ngomong begini, “Nggak ada sehelai daun-pun yang bisa bergerak di Chili, jika saya tidak menggerakkannya.” (https://www.theguardian.com/world/1999/sep/14/pinochet.chile)

Kembali ke pokok masalah diawal.

Mengapa banyak momen penting yang digelar oleh kartel Ndoro besar, selalu terjadi di September? Just a coincidence?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


error: Content is protected !!