Pelajari Rekam Jejaknya
Oleh: Ndaru Anugerah
Pada putaran kampanye pilpres yang lalu, Joe Biden bersumpah kepada Muslim Amerika akan rencananya untuk mencabut ‘larangan Muslim’ untuk bersosialisasi yang sempat disematkan oleh Presiden Trump. “Ini saya akan lakukan pada saat hari pertama saya menjabat,” ungkap Biden. (https://www.middleeasteye.net/news/joe-biden-muslim-advocates-donald-trump-ban)
Berbekal alasan ini, seorang influencer yang sekaligus dosen PTN ternama langsung di Republik Wakanda dengan pede-nya kasih pernyataan, bahwa janji yang telah diucapkan Biden saat kampanye akan terwujud. “Beliau punya komitmen yang kuat terhadap dunia Islam,” ungkapnya.
Benarkah?
Yang namanya kampanye itu ibarat jualan obat. Targetnya agar obatnya laku di pasaran. Titik.
Mau obatnya manjur apa nggak itu bukan soal, yang penting laris manis tanjung kimpul. Itu prinsip utama yang anda perlu ketahui dulu tentang kampanye.
Jadi jangan terlalu digubris janji-janji surga yang telah diucapkan saat kampanye. Siapa juga yang nggak mau ‘obatnya’ laku keras?
Disini pentingnya kejelian seseorang dalam memilih. Kalo anda jeli, maka anda nggak gampang terkecoh pada manisnya sebuah janji, dengan demikian anda tahu siapa calon yang harus anda pilih.
Maksudnya bagaimana?
Beberapa hari yang lalu, Biden merilis daftar tim transisi Pentagon yang dimilikinya. Ada 23 orang yang diplot untuk mengisi tim transisi tersebut. Siapa saja mereka? (https://www.defensenews.com/pentagon/2020/11/10/biden-landing-team-for-pentagon-announced/)
Tim transisi dipimpin oleh Kathleen Hicks. Hicks pernah bekerja di Pentagon semasa pemerintahan Obama. Saat ini Hicks bekerja di Center for Strategic and International Studies (CSIS). (https://www.csis.org/people/kathleen-h-hicks)
Asal tahu saja, CSIS merupakan think-tank yang banyak menerima sumbangan dari industri senjata terkenal dari mulai Boeing, Raytheon, Northrop Grumman hingga Lockheed Martin. (https://www.csis.org/corporation-and-trade-association-donors)
Sudah rahasia umum bahwa CSIS adalah lembaga pemikir yang paling getol untuk menyerukan campur tangan AS pada negara-negara lain di dunia. Nggak heran saat AS tarik pasukannya dari Jerman pada Agustus silam, CSIS langsung bereaksi keras untuk menentangnya. (https://thehill.com/opinion/national-security/510477-pentagon-action-to-withdraw-from-germany-benefits-our-adversaries)
Itu baru Kathleen Hicks. Gimana dengan anggota tim transisi lainnya?
Ada lagi nama yang cukup ‘beken’, yaitu Susanna Blume dan Ely Ratner. Dua orang ini mewakili lembaga Center for a New American Security (CNAS). (https://www.cnas.org/people/)
Memangnya CNAS itu apa?
11-12 dengan CSIS, yaitu sebagai lembaga pemikir alias think-tank.
Siapa yang kerap jadi donatur jumbo bagi CNAS?
Macam-macam, mulai dari perusahaan pembuat senjata (Raytheon, Northrop) dan juga Big Tech (Google, Facebook). (https://www.cnas.org/support-cnas/cnas-supporters)
Anggota tim transisi lainnya, 3 diantaranya berasal dari RAND Corporation, yaitu: Stacie Pettyjohn, Christine Wormuth dan Terri Tanielian. Bagi anda pengamat geopolitik, harusnya nggak asing lagi dengan lembaga yang satu ini, dong? (https://www.rand.org/about/people.html)
RAND Corporation juga merupakan lembaga pemikir yang kerap melakukan memberikan jasa konsultasi keamanan dan juga intelijen. Nggak aneh jika klien RAND Corporation mulai dari Angkatan Darat AS, Departemen Keamanan Dalam Negeri dan juga NATO. (https://www.rand.org/about/clients_grantors.html)
Singkatnya, RAND Corporation berkaitan erat dengan urusan perang.
Jadi setidaknya beberapa anggota ‘kunci’ tim transisi bentukan Biden, berasal dari think-tank yang didanai oleh perusahaan pembuat senjata. (https://inthesetimes.com/article/joe-biden-department-of-defense-pentagon-transition-team-weapons-industry-military)
Coba pakai nalarnya: apa mungkin perusahaan pembuat senjata kasih sumbangan secara cuma-cuma?
Lebih jauh lagi, mungkinkah ada kata damai dalam kebijakan yang kelak dibuat Biden jika tim transisinya saja orang-orang yang dapat gaji dari industri pembuat senjata?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments