Operasi Kontra Operasi (*Bagian 1)
Oleh: Ndaru Anugerah – 20062025
“Bang, bisa bahas soal konflik Iran – Israel yang mulai memanas?” tanya seseorang via akun media sosial yang saya miliki.
Saya coba bahas yah.
Seperti yang kita ketahui bersama, Israel melancarkan gelombang serangan besar-besaran yang menyasar wilayah Iran, pada malam 12 Juni silam. ‘Bibi’ Netanyahu menyebutnya sebagai Operasi Rising Lion. (https://edition.cnn.com/2025/06/12/middleeast/israel-iran-strikes-intl-hnk)
Operasi militer ini konon digelar dengan tujuan menangkal ancaman Iran terhadap kelangsungan hidup negara Zionis tersebut.
Dengan alasan inilah, Israel bersumpah untuk terus melanjutkan operasi sampai ancaman potensial tersebut bisa ditanggulangi.
Walhasil, serangan tersebut sukses digelar.
Indikatornya?
Bukan saja para jenderal namun ilmuwan penting Iran (terutama pakar nuklir-nya) tewas pada serangan awal tersebut. (https://www.aljazeera.com/news/2025/6/13/israel-kills-nuclear-scientists-strikes-sites-in-iran-who-did-it-target)
Nggak hanya itu, serangan yang menyasar beberapa lokasi strategis di Iran termasuk Natanz yang selama ini dikenal sebagai wilayah pengayaan nuklir utama Iran, juga bisa dikatakan berhasil. (https://www.timesofisrael.com/liveblog_entry/idf-says-strike-on-natanz-hit-underground-centrifuge-hall-critical-infrastructure/)
Sebenarnya apa yang dimaksud sebagai ‘ancaman’ terhadap Israel?
Nggak lain upaya Iran yang ditenggarai telah melakukan pengayaan uranium.
Dan jika ini dibiarkan, bukan nggak mungkin Iran bakal punya senjata nuklir. Kebayang dong jika Iran punya nuklir, apa Israel nggak ketar-ketir?
Apakah demikian adanya?
Badan pengawas nuklir PBB telah menyatakan berulang-ulang bahwa Iran nggak pernah mengalihkan bahan nuklir apapun yang mereka miliki ke program militer mereka. (https://web.archive.org/web/20150310012328/https:/www.presstv.com/Detail/2015/03/02/399890/No-diversion-in-Iran-Nmaterial-IAEA)
Nggak hanya itu.
Komunitas intelijen AS sendiri mengakui di tahun 2011 silam bahwa Iran nggak mencoba membuat bom nuklir seperti yang dituduhkan banyak pihak. (http://articles.latimes.com/2012/feb/23/world/la-fg-iran-intel-20120224)
Bahkan badan intelijen Israel, Mossad, membuat penilaian mereka di tahun 2012 silam bahwa Iran tidak melakukan aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi senjata. (http://www.aljazeera.com/news/2015/02/leaks-netanyahu-misled-iran-nuclear-programme-guardian-iran-nuclear-speech-2012-150218165622065.html)
Dengan kata lain, anggapan bahwa Iran tengah melakukan proses pengayaan uranium untuk program senjata nuklir-nya, jelas lebay.
Setidaknya beberapa dokumen telah mengungkapkan hal itu.
Kalo bukan ‘ancaman’ lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Mengapa tetiba Israel melakukan operasi Rising Lion pada Iran?
Jawaban yang paling mungkin adalah karena Israel punya agenda terselubung.
Apa itu?
Upaya pembentukkan Israel Raya sesuai rencana Oden Yinon. (baca disini dan disini)
Seperti Irak yang ditenggarai mempunyai senjata pemusnah massal sebelum invasi ke negara tersebut dilakukan NATO, maka serang terhadap Iran menjadi sah-sah saja dilakukan berdasarkan tudingan sepihak. (https://www.nbcnews.com/id/wbna7634313)
Iran telah berniat membangun persenjataan nuklir dan ini menjadi ancaman terhadap stabilitas Timur Tengah khususnya Israel. Karena-nya ancaman ini dianggap real, walaupun nyatanya nggak pernah bisa dibuktikan. Gimana bisa dibuktikan jika hanya tudingan sepihak?
Jadi, upaya penaklukan Iran mutlak diperlukan setelah Suriah berhasil ditekuk. Jika Iran berhasil dilumpuhkan, maka upaya terwujudnya The Greater Israel tinggal selangkah lagi. Dan itu harus dilakukan saat momentum-nya tepat yakni saat ini.
Nggak aneh jika sejak awal Israel kerap teriak-teriak tentang program nuklir Iran.
Misalnya, upaya Bibi di tahun 2012 silam yang berbicara pada Majelis Umum PBB. “Iran akan beralih ke tahap akhir program senjata nuklir-nya dalam waktu satu tahun,” begitu kurleb-nya. (https://www.aljazeera.com/gallery/2025/6/18/the-history-of-netanyahus-rhetoric-on-irans-nuclear-ambitions)
Sudah lewat bukan lagi setahun, tapi lebih dari 1 dekade, apakah terbukti tudingan tersebut?
Kan nggak.
Langkah serupa juga dilakukan Netanyahu beberapa tahun kemudian (tepatnya di tahun 2018), dengan memfabrikasi tudingan yang sama terhadap Iran.
“Kami memiliki tumpukan laporan intelijen yang berhasil dicuri dari Iran oleh pihak intelijen kami, yang intinya membenarkan adanya upaya Iran dalam mengembangkan persenjataan nuklir,” begitu ungkap Bibi(https://www.youtube.com/watch?v=_qBt4tSCALA)
Pertanyaannya sekali lagi: apakah tudingan tersebut terbukti?
Tentu saja tidak.
Dan memang upaya penggiringan persepsi publik bahwa Iran telah mengembangkan senjata nuklir-nya sengaja dilakukan agar kelak tindakan apapun yang dilakukan Israel (dan juga sekutu NATO-nya) pada Iran menemukan ‘pembenaran’.
Ya, mirip-mirip upaya penggulingan Saddam di Irak atau Khadafi di Libya. (https://iranwire.com/en/politics/140239-the-libya-model-disarmament-what-it-means-for-us-iran-talks/)
Lantas apa implikasi dari eskalasi yang terus meningkat ini?
Pada bagian kedua kita akan membahasnya.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)