Menyoal Krisis Air (*Bagian 1)


523

Menyoal Krisis Air (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa yang menjadi krisis global saat ini selain energi?

Jawabannya, air.

Saat dunia mengalami krisis pangan yang mendorong angka kematian yang melebihi kematian akibat si Kopit, dengan angka mencapai 7,6 juta jiwa. (https://visionlaunch.com/many-people-die-malnutrition-year/#:~:text=The%20United%20Nations%20reports%20that%20over%207.6%20million,average%2C%20die%20every%20day%20because%20of%20food%20insecurity)

Sedangkan menurut PBB, ada sekitar 800 juta orang di dunia yang nggak punya akses ke air bersih, dan sekitar 40% populasi dunia terkena dampak kekeringan. (https://www.un.org/waterforlifedecade/africa.shtml)

Dan krisis air juga nggak hanya melanda negara-negara misqueen, karena nyatanya AS bagian barat juga rebutan akses air yang kini jadi barang langka di wilayah tersebut.

Bahkan dikatakan kalo krisis air yang kini melanda wilayah barat AS tersebut adalah yang terburuk sejak 122 tahun terakhir. (https://www.discovermagazine.com/environment/drought-in-the-western-united-states-sets-a-122-year-record)

Dengan adanya krisis ini, apa yang bisa ditawarkan sebagai jalan keluarnya?

Sebelum kita menjawab soal solusi atas masalah ini, anda perlu tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi dengan air.

Saya tanya satu hal: apakah air merupakan sumber daya terbarukan?

Kalo jawaban anda iya, maka anda perlu meng-update pengetahuan anda.

Kenapa?

Karena sejak lama ahli geologi utama berpendapat bahwa air adalah sumber daya yang tetap dan tidak terbarukan. Penyebabnya adalah groundwater yang bersifat habis alias tidak bersifat terbarukan, meskipun air bisa digunakan sebagai pembangkit listrik dan ini bersifat terbarukan. (https://www.fao.org/3/y4473e/y4473e06.htm)

Mengingat groundwater yang ‘katanya’ bersifat non-renewable, maka air dianggap sebagai ‘minyak baru’ bagi kartel Ndoro besar. Nggak aneh jika kemudian mereka berbondong-bondong berinvestasi dengan membeli hak atas air dan infrastuktur air yang ada di kolong jagat. (http://www.waterpolitics.com/2008/06/13/t-boone-pickens-water-is-the-new-oil/)

Ada sederet nama beken kartel sang Ndoro yang telah berinvestasi dengan membeli air dunia, dari mulai Goldman Sachs, JP Morgan Chase, Citigroup hingga UBS. Dan polanya sama, dimana status privatisasi air yang akan mereka kejar. (https://www.marketoracle.co.uk/article38167.html)

Itu yang terjadi di AS sana dan banyak negara maju lainnya. Silakan cek, apakah hak guna air tidak dimiliki swasta, secara khusus kartel Ndoro besar?

Bagaimana nasib penguasaan air pada negara-negara misqueen dan berkembang seperti Wakanda?

Sama saja dengan negara-negara maju, dimana hak guna air sudah dimonopoli swasta dengan dalih privatisasi.

Bahkan jika negara-negara tersebut tidak mau melakukan upaya privatisasi pada sumber daya airnya, maka Bank Dunia sebagai lengan sang Ndoro nggak akan menggelontorkan pinjaman uang bagi mereka. (https://digitalcommons.law.yale.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1458&context=yjil)

Sekarang anda jadi tahu, kenapa merek air minum terkenal di Wakanda sampai diakuisisi oleh Danone di tahun 1998 silam? Ya karena bagi kartel sang Ndoro, air adalah minyak baru yang harus dikuasai untuk dapat ‘mengatur’ orang. (https://www.globenewswire.com/Ne/news-release/2001/03/20/280428/669/en/Groupe-DANONE-to-Increase-Stake-in-Indonesia-s-AQUA-from-40-to-74.html)

Kembali ke laptop.

Apakah benar anggapan bahwa air adalah sumber daya tak terbarukan yang suatu saat dapat habis?

Seperti kita tahu, bahwa air memiliki siklus hidrologi yang membuat semua air di bumi, termasuk di atmosfer, lautan dan air tanah terkoneksi membentuk lingkaran yang berkesinambungan. Ini yang menyebabkan air dapat dianggap sebagai sumber daya terbarukan oleh beberapa kalangan.

Sebelum siklus hidrologi terbentuk, datangnya air ke bumi dari mana asalnya?

Ada banyak teori tentang asal muasal air jatuh ke bumi. Salah satu yang paling populer adalah air yang ada di bumi berasal dari komet atau asteroid, karena air apapun yang ada di bumi saat itu akan otomatis menguap karena panas yang ditimbulkan atmosfer bumi.

Belakangan teori tersebut dibantah. “Air yang ada di bumi bukan berasal dari Komet,” demikian kurleb-nya. (https://www.sciencealert.com/earth-s-water-didn-t-just-come-from-comets-says-new-study)

Kok bisa begitu?

Karena air yang berasal dari komet berbeda dengan yang ada di bumi, karena rasio deuterium-nya yang lebih tinggi. (https://earthhow.com/origin-of-water-comets-volcanoes-outgassing/)

Sedangkan kalo air berasal dari asteroid, teori ini juga nggak matching karena kandungan airnya nggak cocok untuk di bumi. (https://nuscimag.com/water-from-asteroids-water-the-chances-dab539dfd35a)

Lantas darimana asalnya air yang ada di bumi?

Teori yang paling mungkin, asalnya dari dalam bumi itu sendiri. Mineral yang mengandung hidrogen dan oksigen akan mengeluarkan uap air (H2O) di bawah tekanan dan panas yang tinggi. Uap ini kemudian merembes keluar di bawah gaya sentrifugal bumi yang berputar menuju kerak bumi.

Dan teori ini menyatakan bahwa air yang ada di bumi bukan berasal dari ruang angkasa setelah terbentuknya bumi, karena berdasarkan penelitian terbaru, air itu berasal dari bumi sendiri yang terkunci ribuan kilometer di bawah permukaan bumi. (https://www.newscientist.com/article/dn25723-massive-ocean-discovered-towards-earths-core/)

Sebuah penelitian di tahun 2017 juga menemukan informasi yang kurleb sama, bahwa cadangan air yang sangat besar di bumi mungkin berasal dari reaksi kimia di dalam mantel dan bukan berasal dari luar angkasa. (https://www.newscientist.com/article/2118993-earths-water-must-have-arrived-here-earlier-than-we-thought/)

Dan berdasarkan simulasi komputer, para peneliti menyatakan bahwa air bisa muncul ke permukaan dengan berbagai cara, misalnya melalui magma dalam bentuk aktivitas gunung berapi. Sehingga proses pembentukan air masih bisa terjadi dan nggak berhenti seperti klaim para ahli hidrologi arus utama.

Jika ini benar adaya, artinya air adalah sumber daya terbarukan karena sebenarnya nggak akan habis bahkan jika terus menerus digunakan.

Apa implikasi dari temuan ini?

Pada bagian kedua saya akan mengulasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!