Menuju Krisis Demografi? (*Bagian 1)


529

Menuju Krisis Demografi? (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah – 07042025

Saat liburan lebaran kali ini, meski nggak ‘kemana-mana’, saya lumayan menikmatinya. Saya harap anda-pun punya pengalaman yang menyenangkan juga.

Entah kenapa saya jadi teringat pada salah satu lirik karya Chairil Anwar yang berjudul Diponegoro yang dirilis pada 1943.

Disitu ada frase “Sekali berarti sudah itu mati’. Secara intrinsik Chairil mau mengatakan kepada kita untuk menghargai hidup yang kita Jalani. Itu sih pesan-nya menurut saya.

Apa ya manusia akan mengalami frase ‘sekali saja berarti, sudah itu mati’?

Anyway , saya tidak mau mengupas karya Chairil Anwar tersebut dalam tulisan ini. Yang saya mau ulas adalah jumlah manusia di bumi yang kian hari kian melorot ibarat karet sempak yang sudah mulai regas.

Di Jepang saja, menurut data Kemenkes dan Kesejahteraan, hanya 720.998 bayi yang berhasil lahir pada tahun 2024 silam, yang berarti mengalami penurunan sebanyak 37 ribu anak pada tahun sebelumnya, alias defisit 5%. ( https://jakartaglobe.id/news/japans-birth-rate-fell-for-ninth-consecutive-year-in-2024-to-hit-record-low )

Dalam statistika, ada istilah trend , yang berarti jika angka penurunan ini terus berlanjut (tanpa adanya intervensi terhadap data), maka bangsa Jepang hanya akan menjadi kenangan pada 695 tahun dari sekarang. ( https://www.newsweek.com/japan-news-population-faces-extinction-amid-birth-rate-crisis-2012107 )

Seperti yang pernah saya ulas pada analisa setahun yang lalu, krisis demografi ini tidak hanya terjadi di Jepang. Nyatanya, banyak juga negara yang mengalami nasib serupa.

Mengutip kata-kata Paus Fransiskus, kita tengah mengalami musim dingin demografi yang ditandai dengan laju penurunan jumlah penduduk. (baca disini )

Mengapa ini bisa terjadi?

Secara umum, jika suatu populasi ingin tetap eksis, maka nilai Total Fertility Rate (TFR)-nya setidaknya 2,1. Angka tersebut mewakili orang tua (ayah dan ibu) dengan (setidaknya) 1 orang anak.

Naas-nya, menurut prediksi IMF, pada tahun 2050 mendatang, kecuali populasi di Afrika, maka semua negara akan mengalami fase tiarap demografi. Dengan kata lain, sebagian besar negara di dunia, akan berada di bawah nilai TFR normal 2,1. ( https://www.imf.org/en/Publications/fandd/issues/2020/03/infographic-global-population-trends-picture )

Ini prediksi ada datanya lho yah. Jadi nggak serta merta jatuh dari langit.

Tapi, apakah ini menjadi perhatian sang Ndoro besar?

Nyatanya, sang Ndoro tutup mata akan kenyataan ini. Menurut mereka, bumi sudah overpopulasi sehingga tidak bisa menyeimbangi daya dukungnya. “Populasi manusia harus dihentikan, ” begitu kurleb-nya. ( https://www.bbc.com/news/av/science-environment-45741482 )

Jadi yang dikehendaki sang Ndoro besar, bukanlah penurunan angka kesuburan atau kelahiran seperti yang terjadi saat ini, melainkan kelahiran itu sendiri yang harus dihentikan agar daya dukung bumi bisa dioptimalkan.

Kembali ke laptop.

Berdasarkan data, tingkat kesuburan di hampir setiap negara mengalami penurunan yang sangat drastis. Mengapa jumlah sperma di seluruh dunia bisa berkurang setengahnya dalam 50 tahun terakhir? ( https://www.smithsonianmag.com/smart-news/human-sperm-counts-declining-worldwide-study-finds-180981138/ )

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita perlu tahu akan hadirnya racun lingkungan, yang secara sistemik meracuni kita yang kemudian menghambat kemampuan kita dalam produksi. (baca disini , disini dan disini )

Yang pertama adalah BPA alias Bisphenol -A.

Apa bahayanya dari BPA?

Disinyalir, bahan kimia ftalat yang terkandung di dalamnya yang merupakan salah satu Endoctrine Disrupting Chemicals . Nah ftalat ini banyak ditemukan dalam beragam produk modern yang diproduksi secara massal.

Coba Anda simak wawancara Sarah Janssen tentang BPA agar Anda lebih paham duduk masalahnya. ( https://www.youtube.com/watch?v=ik58Xd-L4zQ )

“Ftalat dapat merusak kesuburan atau bayi yang belum lahir dan mengganggu sistem hormonal manusia, khususnya mempengaruhi perkembangan seksual anak laki-laki yang dapat menyebabkan kemandulan pada orang dewasa,” ungkap Badan Kimia Eropa. ( https://echa.europa.eu/hot-topics/phthalates )

Selaras dengan temuan Badan Kimia Eropa, Dr. Shanna Swan, seorang ahli epidemiologi yang melakukan penelitian komprehensif tentang bahaya racun lingkungan ini, juga mendapatkan hasil yang kurleb sama.

“EDC dan produk kimia lainnya telah merusak populasi manusia, tidak hanya merusak kemampuan kita untuk berproduksi tetapi juga berkontribusi pada peningkatan fluiditas gender,” ungkap Dr. Swan. ( https://archive.org/details/coun-down-5/Count+Down+1.mp4 )

Pertanyaan selanjutnya: bagaimana bisa ftalat dan racun lingkungan lainnya bisa dikonsumsi manusia? Apakah ini hanya kebetulan atau justru ada grand design -nya?

Ini tentu saja pertanyaan retorika.

Ide untuk menggunakan zat sterilisasi dalam rangka mengurangi populasi global tanpa sepengetahuan ataupun persetujuan publik, bukanlah barang baru . Ide ini sudah ada sejak lama.

Anda kenal Charles Galton Darwin, yang merupakan anggota sekte eugenika?

Dalam salah satu karyanya di tahun 1952, Charles Galton Darwin mengatakan , “Hormon ataupun obat-obatan dapat digunakan untuk mengendalikan populasi manusia dengan cara menghilangkan hasrat seksual mereka yang membuat manusia hanya sibuk pada pekerjaannya.” ( https://archive.org/details/nextmillionyears00darw )

Jika Anda melihat sosok yang gila kerja tanpa peduli kehidupan rumah tangga-nya (termasuk para wanita karir yang enggan memiliki momongan), mungkin ini salah satu penyebabnya.

Gagasan serupa juga dikemukakan tokoh eugenika seperti Paul dan Anne Ehrlich serta John Holdren.

“Sejumlah tindakan yang memaksa dalam upaya mengurangi populasi global dapat dilakukan termasuk menambahkan bahan sterilisasi ke persediaan udara tanpa sepengetahuan dan persetujuan publik,” begitu ungkap mereka. ( https://archive.org/details/EcosciencePopulationResourcesEnvironmentByPaulR.EhrlichJohnP.HoldrenAndAnneH.Ehrlich1977/page/n1201/mode/2up )

Coba anda cek, apa yang tiap hari anda konsumsi sebagai pelepas dahaga di rumah?

Dan masih banyak gagasan sejenis yang lahir dari kaum eugenika. Intinya, ada grand design yang menyebabkan tingkat kesuburan pada manusia menjadi berkurang secara drastis.

Apakah hanya racun lingkungan saja yang menyebabkan berkurangnya tingkat kesuburan pada manusia?

Tentu saja tidak hanya itu.

Pada bagian selanjutnya kita akan membahasnya.

Salam Demokrasi!!

(* Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98 )


error: Content is protected !!