Kok Makin Banyak Kasusnya?
Oleh: Ndaru Anugerah
Vaksinasi global telah digelar di banyak negara. Dan Dr. Gerard Delephine telah memantau beberapa negara terkait ‘proyek’ besar tersebut.
Menariknya, beliau menyatakan bahwa vaksinasi justru memicu peningkatan dramatis pada infeksi Kopit dan juga angka kematian, beberapa bulan pasca penyuntikkan. (https://www.mondialisation.ca/lhecatombe-post-vaccinale-setend-dans-le-monde/5656922)
Berikut adalah sebagian data yang berhasl dikumpulkan oleh Dr. Delephine per tanggal 22 Mei 2021 silam.
Misalnya di Nepal. Negara yang berpenduduk 28 juta jiwa telah menggunakan vaksin Sinovac dan AstraZeneca produksi India. (https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-nepal-vaccine-idUSKBN2AI0FR)
Sebelum vaksinasi, jumlah kasus Kopit di negara itu tercatat 270.092, dan angka kematian mencapai 2017 dengan rata-rata kasus harian berjumlah 350.
4 bulan setelah program vaksinasi digelar, Nepal memiliki 497.052 kasus, dan angka kematian mencapai 6.024. Sedangkan rata-rata kasus harian meledak mencapai 8000.
Artinya, begitu program vaksinasi dimulai, peningkatan kasus dan angka kematian justru bertambah secara signifikan.
Di Thailand juga punya kasus yang kurkleb sama.
Negera berpenduduk 70 juta jiwa tersebut memulai vaksinasi pada Maret 2021 silam. Sebelum vaksinasi, negara tersebut memiliki 25.000 kasus infeksi dan 83 angka kematian.
Setelah vaksinasi digelar selama 2 bulan, jumlah orang yang terinfeksi menjadi 123.066 dan angka kematian menjadi 735.
Berikutnya di Kolombia yang ada di Amerika Selatan. Ini malah luar biasa kejadiannya.
Negara berpenduduk 50 juta jiwa, justru mengalami peningkatan infeksi harian selepas program vaksinasi digelar, sebanyak 4 kali lipat, dan angka kematian meningkat sebanyak 3 kali lipat.
Lalu bagimana dengan di Eropa?
Hungaria, misalnya. Negara berpenduduk 9,8 juta jiwa, memulai program vaksinasi di bulan Februari 2021 silam.
Selepas suntik massal terjadi, justru terjadi peningkatan kasus infeksi. Dalam 2 bulan, Hungaria telah menggandakan jumlah orang yang terinfeksi, termasuk angka kematiannya. Meskipun sekarang ada trend penurunan ke masa sebelum vaksinasi.
Masih banyak temuan dari Dr. Delephine yang belum saya ungkap pada tulisan saya kali ini. Anda bisa membacanya sendiri, karena saya sudah kasih link-nya.
Lalu apa yang bisa disimpulkan?
Bukankah vaksinasi bertindak sebagai akselerator epidemi dan kematian daripada upaya pencegahannya? (https://www.agoravox.fr/actualites/sante/article/depuis-qu-on-vaccine-anticovid-la-233252)
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments