Ketika Ekskalasi Makin Meningkat


525

Ketika Ekskalasi Makin Meningkat

Baru saja rusuh Mako Brimob oleh napiter usai, timbul ledakan di 3 gereja di Surabaya. Gak lama rusunawa Wonocolo, Pasuruan juga meletup. Dan yang paling gres, di Mapolrestabes, juga di Surabaya. Seakan ada marathon bom bunuh diri, satu mengejar yang lain…

Tercatat, lebih dari 20 orang meregang nyawa, dan puluhan terluka. Dan Indonesia pun kembali berduka.

“Sebenarnya, ada apa bang?” tanya seseorang dikanal whatsapp.

Menurut keterangan pak Tito, para teroris yang terafiliasi dengan ISIS, berupaya untuk membalas dendam. Ini karena pimpinan mereka di Indonesia (Aman Abdurrahman) tidak kunjung dibebaskan. Terpaksa ditahan kembali setelah ketahuan mendanai aksi teror bom Thamrin, awal 2016 lalu.

Bukan itu saja, setelah Aman digantikan oleh Zainal Anshori, tak lama Zainal pun dicyduk karena mendanai masuknya senjati api dari Filipina Selatan ke Indonesia. Sontak, aksi ini membuat para teroris geram, dan membuat aksi balasan. “Aksi Mako Brimob tak sekedar makanan yang tak boleh masuk,” begitu kata pak Tito.

Apa benar jalannya seperti itu?

2018 adalah tahun politik. Terlalu naïf kalo kita menutup mata, dengan mengabaikan satu peristiwa dengan kenyataan tersebut. Semua yang terjadi di tahun ini, sarat muatan politisnya.

Semua rentetan peristiwa tersebut, adalah upaya menggoyang pemerintahan Jokowi. Itu dilakukan karena mereka bingung menghadapi konsolidasi politik secara masif yang dilakukan oleh pakde. Satu cara yang paling mungkin dilakukan adalah memecah konsolidasi itu. Caranya? Buat teror…

Dengan teror diharapkan, situasi mejadi tak terkendali. Rupiah akan melorot terhadap Dollar, bursa saham akan anjlok. Dan ujungnya akan bisa kita tebak bersama..

Coba cermati sedikit, bagaimana para teroris seakan mendapatkan justifikasi dengan tidak rampungnya RUU Terorisme? Bagaimana bisa, bahan peledak masuk ke Indonesia dengan mudahnya? Atau gerakan berjamaah teroris medsos saat mereka teriak: Pengalihan isu, pada kasus teror bom tersebut? Semua saling terangkai dengan apiknya dan saling dukung.

Apa upaya ini bisa berhasil? Tinggal kita lihat kedepannya.

Yang jelas saya lumayan apresiatif terhadap pelaku pasar yang tidak reaktif terhadap kasus teror tersebut. Rupiah masih belum anjlok seperti yang ditakutkan. “Investor akan melihat tindakan cepat pemerintah mengatasi persoalan teror tersebut. Kepercayaan investor akan naik jika penangannya cepat.” begitu kata ekonom INDEF, mas Bima Yudhistira.

Menurut saya, pakde harus cepat merespon. Paling tidak 2 opsi yang bisa dilakukan.

Pertama mengaktifkan Koopssusgab (Komando Operasi Khusus Gabungan) TNI untuk menangani terorisme. Yang kedua segera keluarkan Perpu untuk menangani terorisme. Ini mendesak untuk dilakukan karena selama ini, peran polri menjadi mandul. Hanya bisa menindak teroris jika ada kejadian. Yang ada, EDITANSIL alias ejakulasi dini tanpa hasil.

Tahun ini menjadi terasa semakin panjang. Namun rally itu akan masif digelar. Percayalah!! Karena mereka sudah hilang akal sehat menghadapi langkah politik seorang Jokowi. Sementara tagar #2019gantipresiden, akan segera berganti “nama seseorang”.

Salam duka yang mendalam bagi para korban ledakan bom di Surabaya. Kali ini lebih miris, mengingat anak kecil yang tak berdosa-pun, diajak ikutan ngebom demi janji surga yang tak jelas dimana rimbanya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!