John Lennon Sang Legenda
Oleh: Ndaru Anugerah
“Tuan Lennon?” tanya seseorang. John Lennon langsung membalikkan badannya ke arah orang yang memanggil namanya.
Tanpa banyak cerita, orang yang belakangan dikenal sebagai Mark Chapman tersebut, langsung menembakkan pistol 38 miliknya ke arah Lennon.
Dengan lima tembakan yang menyasar punggung, samping dan bahu, Lennon-pun tumbang dan meninggal dalam perjalanan ke RS. (https://www.dailymail.co.uk/news/article-1335479/Was-John-Lennons-murderer-Mark-Chapman-CIA-hitman-Thirty-years-theres-extraordinary-new-theory.html)
John Lennon adalah legenda hidup dan menjadi ikon bagi musik pop dunia hingga kini.
Selepas dari bubarnya The Beatles, Lennon langsung banting stir dengan menjadi aktivis anti-perang sekaligus aktivis perdamaian di tahun 1970-an. Dan usahanya tersebut lumayan bikin ketar-ketir pemerintahan AS yang saat itu dikendalikan oleh kubu Republik.
Dan ini bukan isapan jempol, mengingat pada dokumen yang di-deklasifikasi oleh FBI, lembaga negara AS tersebut mengakui tindakannya pada Lennon. (http://www.newsweek.com/35-years-later-john-lennon-cultural-legacy-376153)
Edgar Hoover selaku kepala FBI saat itu menyatakan bahwa memang ada upaya dari lembaganya untuk memata-matai sang musisi tersebut. (http://www.sfgate.com/opinion/article/Art-and-politics-frightened-the-FBI-Lennon-most-2487796.php)
Itu dilakukan dengan cara mengumpulkan data kehidupannya, menyadap telpon termasuk lirik lagunya, yang tertuang dalam laporan setebal 281 halaman. (http://lennonfbifiles.com/fbi.html)
Singkatnya, Lennon dianggap ancaman bagi negara, karena dianggap mampu menyampaikan pesan radikal kepada para penggemarnya. Terlebih Lennon sangat percaya pada kekuatan rakyat yang mampu membawa perubahan. Klop sudah. (https://www.fff.org/explore-freedom/article/john-lennon-right/)
Seorang jurnalis yang bernama Martin Lewis menulis: “John Lennon adalah sosok yang mampu menginsiprasi para pengikutnya dan itu bisa berarti ‘gangguan’ bagi pihak lain.” (http://content.time.com/time/arts/article/0,8599,91207,00.html)
Ini benar adanya. Misalnya, saat menggelar konser di Ann Harbor, Michigan pada Desember 1971, Lennon naik panggung dan bernyanyi tentang John Sinclair yang merupakan seorang pria yang dijatuhi hukuman 10 tahun penjara gegara menghisap 2 batang ganja.
Nggak pakai lama, Mahkamah Agung Michigan akhirnya melepas Sinclair dari kurungan setelah mendengar ‘seruan’ Lennon tersebut. (http://www.nytimes.com/2006/09/21/opinion/21thu4.html)
Dan selepas single ‘Power to the People’ yang dirilis pada tahun 1971, Lennon pindah ke New York dan langsung pasang badan menentang pemerintah AS yang mendanai perang Vietnam.
Langkah ini disusul dengan rencana Lennon yang pada 1972 yang sasusnya akan menggelar konser di AS dalam rangka spirit anti perang. Jelas aja ini buat presiden Nixon kelimpungan. Bukan nggak mungkin sekitar 11 juta pemilih baru di AS akan mendengar seruan Lennon dan berpaling ke kubu Demokrat pada pemilu 1972.
Akibatnya Lennon di deportasi dari AS untuk membungkam suara perdamaian yang diusungnya yang bisa mengakibatkan gembosnya Republik. (http://www.truthdig.com/report/item/20060912_john_lennon_politics_deportation)
Apakah Lennon punya ambisi untuk menumbangkan pemerintah yang sah?
Nggak juga.
Pada sebuah wawancara di tahun 1980, Lennon mengatakan, “Kalau kami berniat menggulingkan pemerintah, terus gantinya apa?” Artinya, Lennon hanya menghendaki situasi damai alias nggak ada perang. Dan kalo nggak ada perang, siapa pihak yang dirugikan yang biasa bisnis dari perang? (https://entertainment.howstuffworks.com/john-lennon.htm)
Singkat cerita, di tahun 1976 Lennon dapat green card untuk tinggal di AS. Dan 4 tahun kemudian, Lennon muncul kembali dengan merilis album baru (Double Fantasy) dan berencana terjun ke dunia politik lagi dengan spirit perdamaian.
Sayang, rencana Lennon kandas setelah diterjang peluru Mark Chapman tepat pada 8 Desember 1980. Dan Lennon berhasil ‘dilenyapkan’ untuk selamanya.
Siapakah Chapman sesungguhnya?
Dia adalah seorang pemuda berusia 25 tahun yang merupakan penggemar berat Lennon. Dia sengaja terbang dari Hawaii ke New York, guna membunuh Lennon demi popularitas. Dan sasus beredar, Chapman mengalami gangguan kejiwaan.
Namun, menurut John Potash yang menulis buku ‘Drugs as Weapons Against Us’, Lennon sengaja dilenyapkan oleh CIA lewat tangan Chapman, guna menghentikan dukungannya kepada ideologi ‘kiri’. ‘Fenton Bresler memiliki dokumen rahasia CIA dan FBI,” ungkap Potash.
Banyak kejanggalan seputar Chapman. Misalnya, pemuda tersebut telah melancong ke banyak tempat di dunia mulai dari Jepang, Inggris, India, Nepal, Korea, Vietnam hingga Cina. Masalahnya uangnya dari siapa, mengingat Chapman kerjaannya hanya seorang satpam?
Terus, ngapain juga Chapman sempat pergi ke Beirut, yang saat 70-an dijadikan markas pelatihan CIA di Timteng? (https://www.express.co.uk/news/weird/808777/John-Lennon-murdered-CIA-trained-killer-radicalising-youth-New-York)
Dan dalam satu sesi wawancara, letnan Arthur O’Connor dari NYPD yang menangani kasus Lennon bilang, “Chapman sepertinya telah ‘diprogram’ untuk membunuh. Dan itu terlihat pada caranya berpenampilan dan juga bicaranya.”
Benar tidaknya, namanya juga teori.
Terlepas dari semua itu, Lennon mengajarkan kepada kita bahwa kalo kita mau ‘aman’, baiknya jangan coba-coba mengusik bisnis elite global yang biasa mereguk keuntungan besar lewat perang.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Bang, mau pilpres USA, ada analisa terbaru nih Trump vs Biden. Invincible Hand pada dukung siapa nih?