Gelombang Kedua?
Oleh: Ndaru Anugerah
Dikatakan bahwa China saat ini sedang menghadang gelombang kedua kasus COVID-19.
Benarkah?
Ya kalo baca berita dari media mainstream, yang ada kita jadi parno.
Dan ujung-ujungnya kita termakan propaganda media. Seolah-olah benar China kini dihajar oleh mutasi genetik virus Corona, yang mengakibatkan gelombang susulan COVID-19 akan kembali terjadi di negeri Tirai Bambu tersebut.
Lantas bagaimana jalan cerita sesungguhnya?
108 kasus baru yang tercatat pada Minggu (12/4) kemarin, naik dari 99 dibanding hari sebelumnya. Dan ini terjadi pada enam pekan terakhir.
Sebagai gambaran Komisi Kesehatan Nasional China merilis laporan bahwa secara keseluruhan kasus COVID-19 kini mencapai 82.160 dengan jumlah kematian 3341 orang. (fatality rate 4,2%)
“Itu merupakan kasus impor bukan kasus lokal. Sebanyak 98 kasus baru tersebut berasal dari pendatang yang baru pulang dari luar negeri sehabis plesir,” demikian keterangan resminya.
Secara teknis, kasus baru tersebut berasal dari kota Suifenhe dan Harbin, ibukota Heilongjiang yang berbatasan dengan Rusia.
Provinsi Heilingjiang sendiri berada di Timur Laut China, tepat berbatasan dengan negara Beruang Merah tersebut.
Temuan ini didapat setelah protokol ketat diterapkan kepada semua pendatang untuk menjalani 28 hari karantina setelah kepulangan dari Rusia, selain menjalani tes asam nukleat dan antibodi.
“Jadi bukan kasus mutasi gen ataupun gelombang kedua berupa ditemukannya jenis varian baru pada COVID-19. Bukan begitu faktanya, karena kasus baru tersebut berasal dari kasus impor yang dibawa oleh para pendatang.”
Bagaimana kasus COVID-19 sendiri di Rusia?
Presiden Rusia – Vladimir Putin – kemarin (13/4) mengisyaratkan untuk bisa menggunakan militer untuk menangkal virus Corona, setelah kasus di negara tersebut meningkat drastis. Tercatat 2558 orang telah terinfeksi COVID-19, dengan 148 meninggal dunia.
“Kapabilitas angkatan bersenjata memungkinkan untuk digunakan, karenanya harus digunakan,” demikian ungkap Putin para pers.
Bisa disimpulkan bahwa Rusia tengah bersiap menghadapi peak season COVID-19 di negaranya.
Clear ya..
Lagian, China nggak cukup bodoh untuk menjadikan negaranya mengalami serangan kedua untuk trouble-maker yang sama.
Nggak aneh kalo perbatasan sangat dijaga ketat, guna mengantisipasi infiltrasi virus dari luar.
Namun yang saya amati, hampir semua media mainstream sengaja menggiring opini dengan membuat seolah-olah ada gelombang kedua hantaman COVID-19 di China.
Dan fantasi orang mulai bergerak liar setelah membaca headline berita, dengan berandai-andai: jangan-jangan virusnya telah bermutasi lebih dahsyat, jangan-jangan China sengaja dihantam kembali agar terus menetapkan status lockdown, dan banyak jangan-jangan lainnya.
Ini nggak aneh, karena sekarang ini adalah tahap penggiringan opini untuk: pertama membuat orang makin panik hingga dibuat putus-asa. Lalu yang kedua orang akan digiring opininya secara perlahan menerima program vaksinasi global yang telah dirancang sebelumnya.
Semoga kita makin kritis dalam menanggapi framing yang sengaja dibuat oleh MSM.
Bagusan nonton video tiktok Mama Muda, bray..
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments