Diambang Perang Saudara?


517

Diambang Perang Saudara?

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, bisa bahas demonstrasi yang terjadi di Israel akhir-akhir ini?” tanya singkat seorang netizen.

Saya akan coba membahasnya.

Benjamin Netanyahu terpilih kembali menjadi Perdana Menteri di Israel pada penghujung 2022 silam, dengan perolehan suara mencapai 80%. Dengan demikian, Netanyahu adalah PM Israel terlama sepanjang sejarah bangsa Zionist tersebut. (https://www.cbsnews.com/news/israel-election-2022-results-today-benjamin-netanyahu-itamar-ben-gvir-far-right/)

“Prioritas utama pemerintah baru adalah memajukan dan mengembangkan penyediaan semua wilayah di Israel, utamanya pada wilayah yang memiliki populasi orang Palestina dalam jumlah besar,” begitu ungkap Netanyahu. (https://www.dw.com/en/israel-new-netanyahu-government-vows-to-expand-settlements/a-64228466)

Dari pernyataannya tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa pemerintahan Netanyahu berkeinginan untuk mengobarkan semangat perang terhadap bangsa Palestina di wilayah pendudukan. Apalagi Itamar Ben-Gvir yang merupakan sosok Ultra-Kanan Israel, paling getol mendukung kepemimpinan Netanyahu.

Klop sudah.

Hanya saja, permasalahan pemerintahan Netanyahu nggak melulu soal ekspansionis semata, melainkan ada hal lain yang justru menghantam kepemimpinannya. Masalah itu adalah perihal integritas yang dimilikinya sebagai sosok leader.

Sudah rahasia umum kalo Netanyahu bukanlah sosok yang ‘bersih’ karena terlibat beberapa rangkaian kasus korupsi, dari mulai gratifikasi hingga ngembat uang negara. (https://dunia.tempo.co/read/1122735/4-skandal-korupsi-yang-menjerat-benjamin-netanyahu)

Sasus beredar, Netanyahu alias Bibi sangat lemah di titik ini. Bukan nggak mungkin jika dirinya kembali diseret ke pengadilan, nggak bakal lolos dari lubang jarum Kembali.

Dan ini sangat mengganggu pikirannya.

Singkat cerita, diperlukan rencana agar dirinya bisa aman dari jeratan hukum. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah dengan ‘mensterilkan’ lembaga peradilan di Israel. “Jika hakim peradilan bisa saya tunjuk, bukankah itu bagus untuk diri saya?” demikian kurleb-nya.

Maka keluarlah rencana reformasi lembaga peradilan ala Netanyahu, yang intinya memberi pemerintahannya kendali mutlak atas penunjukan hakim senior dan kekuasaan untuk mengesampingkan keputusan Mahkamah Agung. (https://www.timesofisrael.com/israels-judicial-overhaul-what-is-the-coalition-planning-and-where-does-it-stand/)

Luar biasa.

Namun publik Israel nggak cukup bodoh untuk dikadalin. Mereka paham betul akal bulus Netanyahu. Karenanya serangkaian demonstrasi digelar guna menentang niatan Bibi sejak Januari silam. (https://www.bbc.com/news/world-middle-east-64279349)

Seiring berjalannya waktu, ekskalasi demonstrasi kian meningkat dan memaksa Bibi untuk menghentikan niatannya dalam mensterilkan peradilan Israel. (https://www.middleeasteye.net/news/israels-netanyahu-suspends-judicial-overhaul)

Ini cukup beralasan karena rangkaian protes sukses memaksa pusat-pusat kota untuk menghentikan aktivitasnya, dari mulai sekolah, bandara internasional, institusi publik hingga kedubes Israel yang ada di luar negeri. (https://www.haaretz.com/israel-news/2023-03-27/ty-article/.premium/israels-embassies-shutter-abroad-as-diplomats-strike-against-netanyahu-led-overhaul/00000187-2340-d4ca-afff-3348b5db0000)

Puncaknya adalah saat dimana massa berhasil mengepung gedung parlemen yang ada di Yerusalem. Makin panas saja suasananya. (https://www.timesofisrael.com/mass-rally-at-knesset-as-pm-delays-planned-speech-right-plans-large-counter-protest/)

Menghadapi tekanan ini, Bibi malah memecat Menteri Pertahanannya Yoav Gallant, yang dianggap pro massa demonstran. Dan situasi malah makin tak terkendali. (https://www.timesofisrael.com/we-are-not-afraid-mass-protests-erupt-nationwide-after-netanyahu-fires-gallant/)

Di sisi yang lain, tekanan yang diberikan Itamar Ben-Gvir pada Bibi juga nggak kalah set. “Kami bersumpah untuk menjatuhan pemerintah Netanyahu jika dirinya tidak melanjutkan UU Reformasi Peradilan,” begitu kurleb-nya. (https://www.middleeasteye.net/video/who-itamar-ben-gvir)

Mungkin karena tekanan tersebut, akhirnya Bibi terpaksa membentuk Pengawal Nasional dibawah otoritas Ben-Gvir, dengan konsesi UU Reformasi Peradilan tersebut ditunda. (https://www.haaretz.com/israel-news/2023-03-27/ty-article/.premium/ben-gvir-agrees-to-netanyahus-judicial-overhaul-delay-in-exchange-for-national-guard/00000187-23eb-d4ca-afff-33ebbc290000)

Apakah Israel diambang perang saudara?

Lantas kemana semua ini akan bermuara?

Sudah rahasia umum jika Israel dikenal luas sebagai negara yang nggak demokratis. Bahkan beberapa menjulukinya sebagai negara apartheid. (https://www.amnesty.org/en/latest/campaigns/2022/02/israels-system-of-apartheid/)

Namun upaya absolut pemerintah untuk berlaku otoritarian masih terkendala oleh satu lembaga yang bernama Mahkamah Agung (MA). Menyangkut siapa yang mempunyai otoritas tertinggi untuk mengelola wilayah pendudukan atau sekedar merampas wilayah tersebut atas nama keamanan nasional, MA yang punya kuasa dan bukan pemerintah.

Dengan kata lain, MA adalah batu sandungan bagi kebijakan zionis untuk bisa berkuasa secara absolut di Israel.

Yang kedua adalah endorsement untuk mengakomodir warga beretnis Palestina untuk bisa membentuk partai Arab yang kelak dapat mencalonkan diri sebagai Knesset alias anggota parlemen lewat mekanisme pemilu. (https://www.972mag.com/israeli-right-palestinian-parties-ban/)

Kalo ini dibiarkan, bisa kacau dunia persilatan. Masa orang Arab banyak jadi anggota Knesset?

Bagaimana jika kemudian hal-hal itu terjadi dan menyebabkan rekonsiliasi antara kubu Palestina dan Israel?

Ini bukan kaleng-kaleng, mengingat secara historik langkah mewujudkan agenda damai pernah dibesut semasa pemerintahan Yitzak Rabin di era 1990an, dengan terbitnya Kesepakatan Oslo. (https://www.middleeasteye.net/news/what-are-oslo-accords)

Ajaibnya, kesepakatan tersebut terpaksa dikubur hidup-hidup, utamanya sejak Rabin dibunuh di tahun 1995 dan rezim selanjutnya malah melanjutkan kebijakan ekspansionis. (https://www.newyorker.com/magazine/2015/10/26/yitzhak-rabin-assassination-israel-oslo-peace-accords)

Apakah pembunuhan Rabin hanyalah kebetulan semata?

Entahlah.

Satu yang pasti bahwa Israel bukanlah diambang perang saudara seperti yang diprediksi banyak orang. Bukan itu yang terjadi.

Netanyahu yang korup dan takut dirinya terciduk, serta adanya MA sebagai lembaga penyeimbang pemerintah untuk bertindak otoriter, itu yang jadi masalah utama krisis kepercayaan di Israel saat ini.

One more thing, anda harus paham kalo rangkaian unjuk rasa ini hanya akan memberikan jalan bagi pemerintahan Bibi untuk berlaku represif dengan alasan keamanan nasional. Bukankah National Guard telah terbentuk dibawah komando Ben-Gvir? Ngapain dibentuk kalo kelak nggak digunakan? (https://www.aljazeera.com/news/2023/4/3/analysis-why-does-israels-ben-gvir-want-a-national-guard)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!