Di Balik Krisis Ukraina
Oleh: Ndaru Anugerah
Bagaimana kita memaknai krisis yang terjadi di Ukraina saat ini?
Seperti saya katakan berkali-kali, bahwa dalam tiap krisis besar, selalu ada campur tangan kartel Ndoro besar di dalamnya. Tak terkecuali krisis yang terjadi di Ukraina.
Sudah lama sang Ndoro punya kepentingan pada negara bekas Soviet tersebut.
Pernyataan yang dikemukakan Carl Gershman selaku presiden NED di tahun 2016 silam pada sebuah konferensi di Washington, mungkin bisa dijadikan rujukan. “NED telah ada di Ukraina sejak 1980-an guna mewujudkan civil society,” ungkapnya. (https://www.ned.org/ukraines-success-after-25-years)
Apa kepentingan sang Ndoro di Ukraina?
Mengutip pernyataan Gershman, “Tanpa Ukraina, Rusia nggak lagi menjadi sebuah kerajaan yang dapat terus memperluas ekspansinya.”
Dengan kata lain, tujuan sang Ndoro besar (lewat tangan AS) menguasai Ukraina, nggak lain untuk mengepung dan menumbangkan dominasi Rusia. (https://www.ned.org/a-fight-for-democracy-why-ukraine/)
Dan untuk menjalankan rencana ini, provokasi harus dibuat agar Rusia menginvasi Ukraina. “Pelanggaran ini akan berdampak besar pada rencana yang sudah disusun untuk melemahkan Rusia,” ungkap Gershman. Itu
Jadi kalo sekarang ada provokasi yang dilakukan pada Rusia untuk ‘menginvasi’ Ukraina, apakah itu hanya kebetulan?
Kita lanjut.
Berapa dana yang digelontorkan NED pada Ukraina?
Di tahun 2021 saja, angkanya mencapai lebih dari USD 5,5 juta.
Apa tujuan dibalik dana hibah yang demikian besarnya?
Menurut saya, tujuannya ada 2: pertama untuk melatih para aktivis pemuda untuk menjalankan agenda demokratisasi dan HAM, dan yang kedua untuk pendanaan outlet propaganda dengan bahasa yang diperhalus ‘jurnalis independen’. (https://www.ned.org/region/central-and-eastern-europe/ukraine-2021/)
Nah, untuk mengeksekusi 2 tujuan tersebut, segudang acara telah dibuat jaringan NED, terutama yang bersinggungan dengan agenda Rusia. Sebut saja Pusat Media Anti-Krisis yang bertujuan untuk membina media independen di Donbass.
Apakah selama ini pernah terekspos status penembakan warga sipil di Donbass oleh pasukan Ukraina atau gerombolan neo-Nazi, meskipun ada jaringan media independen disana?
Selain itu, banyak acara digelar dari mulai diskusi, konpers, seminar hingga membentuk wadah yang memungkinkan proses interaksi antara jurnalis ‘independen’, pemerintah dan masyarakat. (https://www.ned.org/region/central-and-eastern-europe/ukraine-2018/)
Dengan kata lain, ada kepentingan khusus kartel Ndoro besar di Ukraina, dan itu ada sejak lama. Kalo sang Ndoro nggak punya kepentingan, ngapain juga lengan deep-state nya (-dalam hal ini NED) dikerahkan dengan dana segambreng?
Tentang hal ini, Zbigniew Brzezinski menegaskan bahwa tersingkirnya Yanukovych dari Ukraina di tahun 2014 silam, adalah kemenangan bagi bangsa yang merdeka. Jelas saja Brzezinski kasih pujian atas tersingkirnya Yanukovych, karena Ukraina dibawah Yanukovych, merupakan sekutu Rusia, bukan? (http://www.pravda.com.ua/articles/2014/01/15/7009577/)
Solusi yang ditawarkan Brzezinski: Ukraina harus menjadi bagian dari Uni Eropa. Dengan skenario ini, diharapkan rencana ekspansi Rusia pada Eropa, akan gagal di tengah jalan.
Bisa kita lihat, bahwa ada kepentingan untuk membenamkan Rusia yang kelak akan memimpin dunia, di bawah panji Eurasia-nya. (silakan anda baca buku Kerry Bolton (2013) Geopolitics of the Indo-Pacific: Emerging Conflicts, New Alliances untuk melihat detail rencananya.)
Tentang ini saya pernah bahas sebelumnya. (baca disini)
Pertanyaan selanjutnya, apa hanya NED yang digerakkan dalam menggelar skenario di Ukraina?
Tentu saja tidak. Sekelas George Soros juga digerakkan untuk tujuan yang sama.
Kalo anda tahu International Renaissance Foundation yang beroperasi di Ukraina sejak 1990, itu adalah jaringan Open Society yang dimiliki Soros. (http://www.opensocietyfoundations.org/about/offices-foundations/international-renaissance-foundation)
Nggak aneh jika jaringan Soros di Ukraina bersuara keras saat Rusia melakukan opsus.
“Invasi militer Rusia ke Ukraina, merupakan serangan terhadap demokrasi dan pelanggaran hukum internasional selain ancaman besar bagi masyarakat sipil di sana,” begitu kurleb-nya. (https://www.opensocietyfoundations.org/voices/q-and-a-standing-up-for-ukraine)
Dengan hadirnya 2 lengan deep-state yang menguyak Rusia lewat kasus Ukraina, jelas terlihat bahwa ada agenda terselubung dibalik krisis saat ini.
Makin nampak jelas, saat jaringan pers ‘independen’ juga ikut digerakkan (setelah mendapat suntikan dana jumbo dari NED), untuk menggiring opini publik bahwa Rusia adalah negara agresor.
Money talks, doesn’t it?
Siapa yang akan keluar sebagai pemenang dari konflik yang dipaksakan ini?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments