Angin Perubahan?
Oleh: Ndaru Anugerah – 25062024
Perang Ukraina-Rusia (saya lebih suka menyebutnya sebagai aksi perang-perangan), telah berlangsung lebih dari 2 tahun lamanya. Ajaibnya, hingga saat ini skenario itu belum kelihatan kapan akan berakhir. (baca disini dan disini)
Akankah segera berakhir atau justru akan diperpanjang?
Entahlah.
Namun yang pasti, ada dua kejadian yang perlu mendapat perhatian akhir-akhir ini terkait dengan skenario tersebut. Dan ini juga yang mungkin menjadi pertanda bahwa aksi militer yang dipaksakan tersebut akan berakhir.
Kejadian pertama berkaitan dengan wawancara yang dilakukan Piers Morgan (sosok penting di Daily Mail) terhadap Prof. Jeffrey Sachs, terkait situasi di Ukraina.
Bagi yang belum paham, Prof. Sachs adalah seorang ekonom dan mantan diplomat AS. Dia juga sosok yang kerap menggaungkan skenario Perang Dunia III belakangan ini yang dipicu oleh situasi di Ukraina. (https://www.jeffsachs.org/interviewsandmedia/2lh4ktzsflygxarnb9mfyk8fa3t6c7)
Dalam wawancara tersebut, Prof. Sachs menyatakan hal yang sangat mengejutkan, “Dapatkah anda menemukan sesuatu hal yang bersifat negatif soal Presiden Putin?” (https://www.youtube.com/watch?v=c586OPde_NA)
Ini bukan yang pertama sosok Prof. Sachs diundang untuk wawancara soal konflik di Ukraina.
Pada Mei silam, Prof. Sachs juga diundang dalam sesi wawancara yang dikelola oleh Tucker Carlson yang merupakan figur penting di Fox News. Dalam wawancara selama hampir 2,5 jam tersebut, Prof. Sachs menyatakan hal yang kurleb sama tentang kemungkinan Perang Dunia III yang dipicu oleh skenario di Ukraina. (https://x.com/i/status/1795500379578253729)
Bahkan Carlson yang selama ini dikenal ‘galak’ saat mewawancarai narsum, dibuat terkesima alias terdiam seribu bahasa dengan penjelasan yang diberikan Prof. Sachs.
Sangat aneh.
Pertanyaannya: mengapa Prof. Sachs dapat menyatakan hal yang selama ini tabu untuk diungkapkan, bahwa Rusia di bawah kepemimpina Putin merupakan hal yang positif?
Mungkin kalo yang bicara sosok yang nggak punya kapasitas seperti Prof. Sachs, kita nggak akan gubris content wawancara tersebut.
Ada apa gerangan?
Sudah rahasia umum, jika media mainstream mengundang narasumber untuk tampil di acara mereka, pasti mekanisme sensor dilakukan. Artinya, nggak mungkin juga seorang narsum diundang yang ujung-ujungnya bakalan menegasikan narasi yang tengah mereka gaungkan.
Nggak mungkin itu terjadi.
Artinya apa?
Seorang Prof. Sachs sengaja diundang, pasti punya maksud. Dan maksud tersebut pasti selaras dengan tujuan yang hendak mereka sampaikan ke publik.
Jika sekelas Prof. Sachs menyatakan bahwa Putin adalah sosok yang tiba-tiba dinyatakan ‘baik’, maka kemungkinan besar bakal ada implikasi ke depannya yang berkaitan dengan konfik di Ukraina, tempat dimana sosok Putin terlibat di dalamnya.
Kejadian kedua saat pemimpin Partai Reformasi di Inggris, Nigel Farage yang diundang tampil di broadcast BBC. Dalam wawancara tersebut, Farage menyatakan hal yang di luar kelaziman. “Konflik di Ukraina memang kesalahan Putin, tapi NATO yang bertanggung jawab karena telah memprovokasi Rusia untuk menggelar perang,” begitu kurleb-nya. (https://www.bbc.com/news/videos/c8vv3vgngd0o)
Pertanyaannya: apa kapasitasnya maka seorang Farage diberikan ‘panggung’ oleh media mainstream, dengan menyatakan bahwa akar masalah konflik di Ukraina adalah NATO?
Mungkinkah media mainstream sekelas BBC kecolongan saat mengundang Farage?
Ataukah wawancara tersebut sengaja dirancang untuk menyampaikan pesan ‘terselubung’ kepada publik tentang rencana yang akan dibuat oleh NATO terkait dengan konflik di Ukraina?
Ini patut dipertanyakan, karena nggak ada ceritanya media mainstream yang selama ini jadi kanal propaganda sang Ndoro besar, bakal bersuara sumbang menentang narasi sang Ndoro.
Nggak percaya?
Coba tengok kembali sejarah saat plandemi Kopit melanda dunia di awal tahun 2020 silam.
Adakah sosok yang punya kapabilitas untuk mengungkapkan ‘kebenaran’ dibiarkan berbicara kepada publik dengan menyatakan bahwa si Kopit sebenarnya nggak pernah ada?
Nggak mungkin, bukan?
Padahal kita tahu, banyak pakar yang punya kemampuan mumpuni di bidang-nya yang sanggup bicara soal plandemi Kopit. Nyatanya, nggak satu-pun dikasih panggung untuk bicara oleh media mainstream.
Logis.
Orang gila mana yang mau mengundang seseorang yang potensial untuk ‘mengacak-acak pesta’ yang tengah dia gelar?
Kembali ke laptop.
Jadi, apa yang bisa disimpulkan dari dua kejadian yang rada ‘janggal’ ini?
Bagian ini, biar anda yang menyimpulkan.
Apakah akan ada skenario baru menyangkut konflik di Ukraina dalam waktu dekat?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)