Sebenarnya temu kangen yang berlangsung di silang monas pada hari ini (2/12) sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Setahun yang lalu, tepatnya. Dan selaku ajang konsolidasi para kampret untuk mendukung paslon BOSAN, diharapkan aksi hari ini memanen banyak simpatisan.
Gimana caranya?
Harus ada isu yang mampu mengusik rasa emosional ummat Islam sebagai magnet yang mampu menarik massa lebih banyak. Dan peristiwa Limbangan, Garut adalah momennya. “Dengan pake dalih tauhid, pasti aksi tahun ini akan lebih dahsyat,” pikirnya.
Namun sayang, rencana tinggal rencana. Bendera yang digadang-gadang sebagai “bendera tauhid” tersebut, taunya di Saudi malah dicap sebagai bendera teroris. Gagal maning, son… Seandainya acara hari ini sukses, maka kekurangan yang ada untuk memenangkan kontestasi di 2019, hanya tinggal polesan terakhir. Begitu ide awalnya.
Terpaksa rencana disusun ulang. Lobby ke Singapura-pun akhirnya dijalankan. Tujuannya satu, supaya dapat dukungan, terutama dana logistik yang kian hari kian menipis.
Singkat kata, dana-pun digelontorkan. bukan karena program yang dijalankan Om Wowo bagus, tapi karena gak ada pilihan lagi. Singapura dan genk Rothschild mau nggak mau kudu menyokongnya. Tak ada semvak, cangcut pun jadi..
Kenapa Singapura berkeingingan Jokowi kalah digelaran pilpres 2019?
Santer terdengar bahwa ada dana dari Indonesia yang mangkir di Singapura dengan jumlah fantastik. 4000 trilyun rupiah. Dana itu dari mana asalnya? Dari mulai Petral dulu berjaya, illegal fishing hingga illegal logging, dan juga uang korupsi.
Uang memang tak kenal istilah haram. Dan uang panas dari Indonesia diperlakukan dengan baik di sana, tanpa pajak plus fasilitas tambahan lainnya yang so pasti menguntungkan para pemilik uang.
Uang itulah yang konon dikelola oleh Singapura lewat BUMN andalan mereka, Temasek. Jadi jangan heran bila Singapura yang nggak punya SDA bisa jadi leading country di kawasan ASEAN. Yah, uang panas dari Indonesia-lah yang menyokong perekonomian mereka.
Lalu apa jadinya jika Jokowi terpilih untuk yang kedua kalinya?
Mimpi buruk akan serta merta mendatangi mereka. Dengan paket ‘tax amnesty’ tempo hari saja, Singapura udah dibuat pontang-panting karenanya. Bagaimana jika uang 400 T tersebut lari semua dari negeri singa tersebut? Ekonomi mereka bisa dipastikan anjlok menuju titik nadir.
Bahaya. Padahal Singapura sudah jauh-jauh mendeklarasikan negaranya sebagai negeri pusat investasi di Asia pada tahun 2020, tanpa saingan pada mulanya. Eh tiba-tiba nongol Jokowi yang giat menjalankan program pembangunan infrastruktur disana-sini. Dalam waktu singkat pembangunan infrastruktur di Indonesia dikebut dan akan rampung di 2019 nanti.
Apa yang kemudian mungkin terjadi? Investor akan lebih memilih Indonesia ketimbang Singapura sebagai negara untuk berinvestasi mengingat Indonesia punya nilai plus, kaya Sumber Daya Alam belum lagi indah alamnya.
Inilah yang tidak boleh terjadi. Ketimbang menunggu nasib, lebih baik berjudi dengan mendukung Om Wowo. Siapa tahu dewi Fortuna ada di pihak mereka. Sret-sret danapun mocor dan mengalir ke acara temu kangen dengan harapan aksinya mendulang sukses ibarat cerita nostalgia.
Namun, seperti ulasan saya sebelumnya, aksi hari ini terbilang melempem. Walaupun para kampret bersikukuh bahwa temu kangennya telah dihadiri oleh 8 juta orang, namun pihak kepolisian berkata lain.
“Cuma 40 ribu,” demikian pernyataan resmi Karopenmas Divhumas Polri – Brigjen Dedi Prasetyo (2/12). Ini mah namanya ngungsep, bray..
Aliasnya, aksinya DLDL alias Dia Lagi – Dia Lagi. Kalo nggak kader PKS yah simpatisan HTI yang ikutan aksi. Ini bisa terjadi karena rencana matang yang telah disusun, berantakkan di akhir cerita. Belum lagi kader NU yang banyak ikutan di aksi 212 pada tahun 2016 silam, telah diwanti-wanti untuk tidak menghadiri temu kangen kampret tersebut.
Akankah aksi cukup sampai disini? Tentu tidak, mengingat dana sudah digelontorkan. Dengan uang semua bisa dilakukan. Termasuk penggalangan massa menjelang hari pencoblosan. Belum lagi di Januari nanti, Ahok resmi dibebaskan dari mako Brimob. Pasti bisa dijadikan amunisi bagi para kampret untuk beraksi.
Saran saya: “Siapin popcorn yang banyak buat nonton sinetron ala kampret berikutnya..”
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments