Menggusur Traore (*Bagian 1)
Oleh: Ndaru Anugerah – 06052025
Ada upaya kudeta terhadap junta militer di Burkina Faso, untuk menggulingkan pemimpin karismatik Kapten Ibrahim Traore. (https://businessday.ng/africa/article/burkina-faso-says-it-foiled-coup-plot-backed-by-terrorist-leaders-in-ivory-coast/)
Tentang upaya penggulingan ini, saya sudah prediksi pada Januari silam. (baca disini)
Siapa yang terlibat?
Menurut rilis pemerintah, pelakunya adalah tentara aktif dan mantan tentara yang berkonspirasi dengan para pemimpin teroris dan dalang yang berbasis di Pantai Gading. Merekalah yang melancarkan serangan bersenjata ke istana kepresidenan.
“Upaya kudeta telah direncanakan pada Rabu, 16 April 2025 silam,” ungkap Mahamadou Sana selaku Menteri Keamanan Burkina Faso.
Jadi, para konspirator tersebut diduga telah beroperasi di negara tetangga, Pantai Gading dan menerima pendanaan. Tujuannya membuat upaya destabilisasi di Burkina Faso. Kalo sudah kacau, maka otomatis badan dunia sekelas PBB bakal ambil alih.
Sekedar informasi, Burkina Faso nggak semua wilayahnya berhasil dikuasai junta militer Traore. Sekitar 40% wilayahnya, masih dikuasai kelompok jihadis bersenjata sejak 2022 silam. (https://www.cass-center.org/en/blog/jihadists-train-their-sights-on-northern-burkina-faso)
Pusing kan menghadapi serangan para jihadis tersebut?
Karenanya, Kapten Traore menggandeng musuh ‘alami’ dari para teroris tersebut, yakni Rusia.
Bahkan pada awal April silam, Rusia mengundang tidak saja Menlu Burkina Faso, tapi juga Mali dan Niger untuk bertandang ke Moskow guna membicarakan kerjasama keamanan yang ada di kawasan Sahel tersebut. (https://indepthnews.net/russias-expanding-geopolitical-influence-in-burkina-faso-mali-and-niger/)
Dengan kerjasama ini, artinya Burkina Faso makin menjauh dari aliansi tradisional mereka yakni Barat termasuk Blok Afrika Barat dan ECOWAS, secara khusus Prancis. (https://www.aa.com.tr/en/africa/niger-mali-and-burkina-faso-formally-withdraw-from-ecowas-regional-bloc/3465700)
Coba anda bayangkan jika anda berada di pihak Prancis.
Jika dulu sukses menduduki Prancis dan berhasil mendapatkan konsesi SDA-nya, kini Prancis dibuang ke tomg sampah.
Sakit hati, nggak menerima kenyataan ini?
Pasti lah.
Padahal dulu, Prancis terbilang sukses mengadali Burkina Faso. Dengan menakut-nakuti pemerintah yang sah akan gangguan terorisme, mereka menawarkan jasa ‘bodyguard’ kepada pemerintah.
“Pokoknya, selama ada kami, pemerintah nggak akan diganggu sama kelompok jihadis,” begitu kurleb-nya. (https://www.africanews.com/2021/01/09/france-promise-continued-support-to-burkina-faso-in-fight-against-extremism/)
Tapi situasi berubah 180 derajat sejak Traore naik ke puncak pimpinan tertinggi pada September 2022 silam.
Traore langsung tancap gas dengan memulihkan SDA dan kedaulatan nasional atas wilayah dan penduduk Burkina Faso.
Dan bisa ditebak, sejak Traore berkuasa, Burkina Faso nggak pernah absen dari upaya kudeta. Dan lagi-lagi pion yang digunakan untuk menggoyangnya adalah pasukan pentol korek yang gemar menyerukan upaya jihad.
Guna menanggapi serang para jihadis tersebut, Traore nggak tinggal diam. Bersama Mali dan Niger yang ada di kawasan Sahel, Burkina Faso kemudian menandatangani Piagam Liptako-Gourma pada kahir 2023 silam. (https://www.aljazeera.com/news/2023/9/16/mali-niger-and-burkina-faso-establish-sahel-security-alliance)
Jadi kalo satu negara dari 3 negara tersebut diserang teroris, maka mereka akan saling membantu untuk mengatasinya. Begitu kurleb isi perjanjian tersebut.
Nggak hanya itu.
Di tahun 2024 silam, Aliansi Negara-Negara Sahel (AES) dibentuk oleh ketiga negara tersebut, yang otomatis memisahkan diri mereka pada Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) yang berorientasi Barat. (https://www.isao-ltd.com/en/the-aes-states-confirm-their-intention-to-leave-ecowas/)
Dengan gebrakan ini, Prancis dan AS jadi gerah.
Gimana maksudnya?
Kalo Prancis marah, kita sudah mahfum.
Kalo AS marah, apa relevansinya?
Di bawah kepemimpinan Traore, upaya keluarnya Burkina Faso dari ECOWAS jelas buat AS meradang. Padahal badan ini sengaja dibentuk untuk memberikan ‘dikte ekonomi’ pada negara-negara di Afrika Barat. (https://ustr.gov/about-us/policy-offices/press-office/press-releases/2014/August/US-ECOWAS-Sign-Trade-and-Investment-Framework-Agreement)
Jadi masuk akal jika kemudian Jenderal Michael Langley selaku pimpinan AFRICOM, memberi kesaksian di depan senat AS jika Kapten Traore berupa memperkaya diri dengan menyalah gunakan penjualan emas di Burkina Faso. (https://westafricaweekly.com/burkina-faso-slams-africom-commander-for-regrettable-and-frivolous-claims-about-burkinabe-cooperation-with-china/)
Apakah pernyataan Jenderal Langley ada kaitannya dengan bisnis emas di Burkina Faso?
Ataukah pernyataan tersebut hanya bersifat random?
Pada bagian kedua kita akan menguliknya.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)