Konflik India dan Pakistan
Oleh: Ndaru Anugerah – 28042025
Pahalgam merupakan sebuah destinasi wisata yang berada di Kashmir yang dikelola India. Daerah tersebut terbilang ramai kunjungan wisatawan tiap tahunnya, karena keindahan alamnya berupa padang rumput Baisaran yang dikelilingi hutan pinus plus view puncak-puncak Himalaya yang tertutup salju.
Kalo anda tahu view pegunungan Alpen di Swiss, maka keindahan Pahalgam nggak kalah indahnya.
Namun semua berubah 180 derajat, saat sekelompok pria bersenjata dengan pakaian samaran, menembaki wisatawan yang sedang menikmati liburan pada 22 April silam. Akibat serangan ini, 26 orang langsung meninggoy dan melukai lebih dari selusin orang lainnya. (https://www.aljazeera.com/features/2025/4/25/we-are-condemned-kashmiri-tourism-pays-the-price-of-pahalgam-killings)
Sontak insiden tersebut sukses membuat Pahalgam menjadi kota mati.
Ya, mungkin mirip-mirip kondisi di Bali akibat serangan bom pada beberapa dekade yang lalu.
Siapa bertanggungjawab?
Sasus beredar, Front Perlawanan (The Resistance Front) pelakunya. Sekedar informasi bahwa kelompok ini merupakan pemberontak bersenjata yang muncul pada 2019 silam, dengan tuntutan utama pemisahan diri Kashmir dari India.
Konon, kelompok ini merupakan sempalan dari kelompok teroris Lashkar e-Taiba. (https://www.yahoo.com/news/search-perpetrators-intensifies-attack-kashmir-125918524.html)
Namun, pihak India justru menuding bahwa serangan tersebut berkaitan erat dengan pemerintahan Pakistan.
“Serangan dilakukan oleh tentara Pakistan yang berpura-pura menjadi teroris dan melakukan serangan ini,” begitu kurleb-nya. (https://www.indiatoday.in/india/story/pahalgam-terror-attack-why-pakistan-army-chief-asim-munir-risking-mini-war-with-india-2714005-2025-04-24)
Bahkan PM Narendra Modi juga menyuarakan hal yang sama. “Mereka yang berada di balik tindakan keji tersebut akan diadili. Tekad kami memerangi terorisme tidak tergoyahkan,” ungkap Modi. (https://www.theguardian.com/world/2025/apr/22/tourists-killed-by-suspected-militants-in-kashmir-attack)
Singkatnya, serangan teror tersebut membuat India meradang.
Wajar jika India kemudian melakukan serangkaian aksi balasan terhadap Pakistan, dari mulai pembatalan visa, menutup perbatasan yang terkoneksi langsung dengan Pakistan, mengusir warga Pakistan yang ada di India dalam waktu 48 jam, penurunan hubungan diplomatik hingga penangguhan Perjanjian Perairan Indus.
Nggak cukup sampai disini, ternyata masalahnya tambah kusut.
Kenapa?
Karena jika India menangguhkan Perjanjian Perairan Indus, ini sama saja dengan membunuh pertanian yang ada di Pakistan.
Kok bisa?
Selama ini, pertanian di Pakistan sangat bergantung pada supply air yang berasal dari Sungai Indus. Jika kemudian Sungai Indus ditutup oleh India, maka otomatis air nggak lagi mengalir ke wilayah Pakistan. Ini akan berimbas pada hasil panen yang akan turun drastis.
“Hasil panen bisa turun, biaya bisa naik dan harga pangan kemungkinan akan melonjak. Ujung-ujungnya, petani skala kecil yang selama ini beroperasi dengan margin keuntungan yang tipis, akan terkena dampaknya,” begitu kurleb-nya. (https://www.reuters.com/world/asia-pacific/what-is-indus-waters-treaty-between-india-pakistan-2025-04-24/)
Singkatnya, ini sama saja dengan ngajak perang Pakistan secara nggak langsung.
Ini nggak mengada-ada, mengingat pemerintah Pakistan juga telah merespon atas kebijakan yang akan diambil India terhadap mereka.
Dalam sebuah konpres baru-baru ini, Pakistan mengumumkan tindakan balasan terhadap India, dari mulai penangguhan visa dan perdagangan, pengusiran diplomat hingga penutupan wilayah udara Pakistan untuk penerbangan India. (https://www.dawn.com/news/1906284/trade-ties-and-flights-off-limits-as-pakistan-retaliates-to-indias-moves)
Makin seru saja.
Apakah Pakistan terlibat dalam menyokong kelompok teror yang beraksi di Pahalgam?
Mungkin, karena sejarahnya Pakistan telah lama dijadikan ‘camp’ bagi pembentukkan kelompok Mujahidin yang kelak dijadikan proxy AS bagi perang di Afghanistan dalam melawan tentara Soviet pada era Perang Dingin. (baca disini dan disini)
Kalo saat ini mereka kembali mendukung kelompok teror Front Perlawanan, yang punya tuntutan untuk membebaskan wilayah Kashmir dari ‘tangan’ India, itu nggak berlebihan.
Masalahnya, faktor pendukung konflik nggak hanya datang dari Pakistan.
Di India sendiri, kelompok sayap kanan yang selama ini menjadi pendukung garis keras Narendra Modi, juga ambil peranan dalam mempertajam konflik dengan Pakistan.
Yang paling sering mereka lakukan adalah aksi mendukung mayoritas Hindu, dengan mengecam kelompok Muslim sebagai penyusup asing yang mencoba menyerang tatanan masyarakat India.
Walhasil, aksi penyerangan terhadap kelompok minoritas Muslim di India, kerap terjadi. Kelompok sayap kanan Modi-lah yang jadi pemicu-nya. (https://www.cfr.org/backgrounder/india-muslims-marginalized-population-bjp-modi)
Dengan kata lain, kedua pihak berpotensi untuk memicu aksi yang lebih besar. Dan kedua negara punya senjata nuklir yang sama.
Jadi, potensi konflik yang membesar bisa saja terjadi.
Apalagi AS yang selama ini berperan sebagai penengah dalam konflik tersebut, sekarang mungkin berubah haluan.
Maksudnya?
Tahukah anda, pada saat serangan teror dilakukan di Pahalgam, Wapres AS J.D. Vance tengah melakukan kunjungan bilateral ke India? (https://www.wsj.com/opinion/jd-vances-india-visit-highlights-closer-u-s-relations-84dc8bad)
Jika saat ini AS butuh India yang bakal dijadikan sekutunya dalam perang dagang melawan China, apakah niatan India untuk memperluas konflik dengan Pakistan nggak akan mendapat dukungan dari AS sebagai imbal baliknya?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)