Upaya Menjatuhkan Maduro
Oleh: Ndaru Anugerah – 31072024
Semua orang tahu, kalo Venezuela merupakan halaman belakang AS. Secara otomatis, AS sangat berkepentingan agar backyard-nya tersebut aman dari segala ancaman, termasuk ancaman ekstrim kiri yang banyak ditemukan di negara tersebut.
Masalahnya, rezim Nicolas Maduro yang berkuasa di Venezuela saat ini, adalah sosok yang dipandang sebagai representasi haluan kiri oleh kubu Washington.
Karenanya menjadi lumrah jika Maduro yang beraliran sama dengan pendahulu-nya, Hugo Chavez, masuk dalam list presiden yang jadi target untuk digulingkan oleh AS.
Berbagai upaya telah ditempuh untuk menjatuhkan dirinya. Toh nyatanya, Maduro tetap tak tergoyahkan. (baca disini dan disini)
Tetiba, nggak terasa. Maduro berada dipenghujung masa jabatannya, karena pemilu bakal digelar kembali di Venezuela pada 28 Juli tahun ini.
Siapa kandidat yang jadi penantangnya?
Namanya Edmundo Gonzalez, seorang mantan diplomat dari negara tersebut. Awalnya Gonzalez nggak punya niatan untuk maju. Selain itu warga Venezuela juga nggak terlalu familiar dengan dirinya. Jadi otomatis angka elektabilitasnya juga kurang mumpuni.
Bagaimana mungkin menang dalam melawan Maduro?
Namun, karena desakan kubu oposisi, Gonzalez akhirnya punya niatan untuk maju terus pantang mundur meskipun usianya sudah terbilang uzur (74 tahun).
Perlu anda ketahui, bahwa kubu oposisi telah mengantungi nama Maria Corina Machado pada pemilihan pendahuluan yang berlangsung pada musim gugur sebelumnya.
Akan tetapi, karena ditenggarai terlibat korupsi oleh rezim Maduro, pencalonan Machado otomatis gugur, sehingga digantikan oleh sosok Gonzalez. (https://www.wlrn.org/americas/2024-04-22/venezuela-edmundo-gonzalez-presidential-elections-maduro-oppositions)
Setelah melewati serangkaian kampanye sana-sini, nama Gonzalez mulai dikenal publlik Venezuela dan digadang-gadang bakal memenangkan kontestasi pilpres.
“Rakyat Venezuela butuh perubahan,” begitu kurleb teriakan kubu oposisi yang punya feeling bakal menang. (https://www.reuters.com/world/americas/venezuela-opposition-sees-military-ensuring-respect-vote-results-2024-07-25/)
Tibalah saat yang ditunggu-tunggu.
Pilpres-pun digelar pada 28 Juli kemarin. Rakyat Venezuela berbondong-bondong memberikan suaranya secara digital, pada sosok pemimpin pilihan mereka.
Hasilnya?
Justru tidak seperti yang diharapkan kubu oposisi. Petahana malah mencetak rekor three-peat dengan memenangkan kontestasi, yang otomatis bakal memimpin kembali negara tersebut untuk 6 tahun ke depan. (https://www.nytimes.com/2024/07/28/world/americas/venezuela-election-results.html)
Ramai-lah jagat politik di Venezuela. Layaknya pemilu di Planet Namek, kubu oposisi-pun langsung bereaksi dengan menyatakan bahwa pilpres-nya curang.
Bahkan ada klaim bahwa jajak pendapat menjelang pilpres justru menunjukkan mayoritas pemilih menolak petahana berkuasa kembali. Kok bisa hasilnya berbeda?
Bukan itu saja.
Demi menambah ramai suasana pesta, demonstrasi berujung kerusuhan-pun terjadi dimana-mana di seantero Venezuela. Aksinya macam-macam, mulai dari merobek poster Nicolas Maduro, membakar ban mobil di tengah jalan hingga aksi bakar mobil segala.
Makin meriah saja.
Di sisi yang lain, pihak Maduro-pun nggak kalah set. Dia malah mengatakan bahwa pihak oposisi tengah berencana untuk menggelar kudeta pada pemerintah yang sah. (https://www.democracynow.org/2024/7/30/headlines/venezuelas_maduro_claims_attempted_coup_underway_as_opposition_challenges_vote_tally)
Satu keuntungan Maduro, bahwa kepala angkatan bersenjata Venezuela, menyatakan tetap setia untuk mendukung pemerintahannya. Repot kalo yang punya bedil sudah memberikan dukungan. (https://www.cbsnews.com/news/venezuela-maduro-gonzalez-unrest-disputed-election/)
Mungkin demi mengamankan backyard-nya tersebut, AS coba pakai lobi-lobi negara-negara Amerika Selatan yang tergabung dalam OAS guna menekan Maduro. Satu persatu negara OAS menyatakan untuk menarik dukungan pada Maduro dengan cara membekukan konsulat-nya yang ada di Venezuela.
Kabar terakhir, ada beberapa negara Amerika Selatan yang sudah membekukan hubungan diplomatiknya, sebagai respon tidak melegitimasi hasil pilpres Venezuela yang memenangkan telah Nicolas Maduro, dari mulai Argentina, Chili, Kosta Rica, Peru hingga Uruguay. (https://en.mercopress.com/2024/07/30/oas-report-says-venezuela-s-elections-results-untrustworthy-given-cne-bias)
Pesan yang hendak disampaikan adalah “Tuh lihat, negara-negara tetangga saja pada nggak suka sama pemerintahan Maduro. Gimana dengan komunitas internasional?”
Dan terakhir, demi mengamplifikasi gerakan melawan Maduro, media mainstream juga dikerahkan. Tujuannya satu: menggalang opini internasional bahwa pilpres di Venezuela curang sehingga Maduro layak dimakzulkan.
Coba anda cek sendiri suara media mainstream menanggapi hasil pilpres di Venezuela. Kan semua mencemooh Maduro. (https://www.reuters.com/world/americas/latin-american-leaders-react-venezuela-election-results-2024-07-29/)
Pertanyaan sederhana: apakah Maduro bakal sukses digulingkan dengan aksi kiri-kanan tersebut?
Begini yah. Selama hampir 12 tahun memimpin negara tersebut, Maduro sudah sering mendapatkan serangan dari segala penjuru mata angin. Nyatanya, dia fine-fine aja tuh hingga saat ini.
Apalagi dengan dukungan para pemegang bedil, agaknya butuh strategi cadangan buat AS dan sekutunya di Amerika Selatan untuk menjatuhkannya.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)