Kopit Mulai Ditinggalkan
Oleh: Ndaru Anugerah
Plandemi Kopit memang belum berakhir, karena hingga saat ini masih terus dimainkan untuk menakut-nakuti orang sejagad.
Tapi tanda-tanda plandemi mulai meredup sudah tampak sejak beberapa bulan yang lalu, secara khusus sejak operasi militer khusus digelar oleh Rusia pada Ukraina. (baca disini)
Lalu apa agenda selanjutnya selain krisis pangan yang sudah di depan mata? (baca disini dan disini)
Menarik apa yang dikatakan PM Italia, Mario Draghi baru-baru ini. Secara mengejutkan Italia akan mendorong program penjatahan energi bagi warganya mulai bulan depan hingga Maret 2023 mendatang. (https://www.theguardian.com/world/2022/apr/20/operation-thermostat-italy-limits-air-conditioning-amid-energy-crisis-fears)
Pada tataran operasional, maka semua gedung publik yang ada di seantero Italia, akan dikenakan larangan menyalakan AC dibawah suhu 25 derajat atau memanaskan lebih tinggi dari 19 derajat.
“Apakah kita mengejar kedamaian dunia ataukah kita memilih AC di ruangan kita tetap menyala?” ungkap Draghi.
Sungguh ungkapan yang membagongkan.
Program yang diluncurkan Draghi tersebut, belakangan dikenal publik sebagai operasi Termostat.
Apa penyebab utama Italia menjalankan program ini?
Setidaknya ada 2.
Pertama karena pasokan minyak dan gas dari Rusia yang biasanya mengalir ke Italia, menjadi terhenti karena adanya pemberlakuan sanksi yang dikenakan pada Rusia. Dan kedua, ini dibuat sebagai bentuk solidaritas Italia dalam mendukung Ukraina yang kini diserang Rusia.
Lalu apa dampaknya setelah Italia menjalankan operasi Termostat?
Tentu saja akan ada gayung bersambut. Diharapkan negara-negara lain akan mengikuti langkah yang diambil Italia, alih-alih ingin ‘menjatuhkan’ Rusia.
Misalnya kalo kita lihat tag yang diluncurkan pada Hari Bumi di New York, tepat 2 hari setelah operasi Termostat diluncurkan, dari judulnya mempunyai kemiripan karena ada bau-bau Ukraina-nya. “Hari Bumi: Kita Bisa Membantu Lingkungan dan Ukraina.” (https://www.newyorker.com/news/daily-comment/this-earth-day-we-could-be-helping-the-environment-and-ukraine)
Super sekali…
Jika seruan Italia diikuti oleh negara-negara lainnya (khususnya AS dan sekutunya), maka yang terjadi kemudian antara lain: kita kerja dari rumah lagi, begitupun dengan sekolah yang bakal online kembali.
Jalan kemana-mana harus pakai transportasi publik atau bisa nebeng dengan teman/tetangga alias carpooling, Lebih banyak jalur sepeda bakal disediakan karena nggak butuh bensin untuk menggowes-nya, hingga kita harus siap hidup tanpa AC yang dipandang boros energi.
Memangnya ini bisa dilakukan?
Kalo saat lockdown diterapkan, semua aktivitas bisa dilakukan di rumah, apa sulitnya melakukan hal yang ‘baik’ demi planet Bumi dan tentu saja memberikan dukung moral bagi Ukraina yang saat ini tengah didzolimi? Begitu kurleb-nya.
Bagaimana kans ke depannya atas operasi Termostat?
Menurut saya, ini akan berjalan sesuai rencana. Buktinya sudah banyak kelompok lingkungan di Eropa yang menyerukan hal senada, bahwa bahan bakar fosil asal Rusia harus segera diboikot penggunaanya. (https://www.reuters.com/business/environment/earth-day-climate-activists-set-rally-against-fossil-fuels-2022-04-22/)
Bisa disimpulkan, ke depannya (dan itu nggak akan makan waktu lama), plandemi Kopit mulai ditinggalkan, dan kita akan berfokus pada agenda iklim yang ada pada cetak biru The Great Reset. (https://inews.co.uk/opinion/comment/andrew-marr-great-turning-point-covid-changed-politics-britain-world-climate-change-1147966)
Dengan kata lain, seperti halnya Kopit, konflik di Ukraina hanyalah DALIH SEMATA untuk mendorong agenda sang Ndoro besar, guna pembentukkan tatanan dunia baru.
Semoga anda sudah sadar atas skenario yang tengah dimainkan.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments