Malu-Malu Kucing
Oleh: Ndaru Anugerah
Harga minyak dunia mulai melonjak tajam mencapai lebih dari USD 100 per barel-nya. Angka ini baru terjadi lagi sejak Juli 2014 silam.
Apa penyebabnya?
Nggak lain karena operasi militer khusus yang digelar Rusia di Ukraina pada Kamis silam (24/2). (https://oilprice.com/Energy/Energy-General/Oil-Prices-Soar-Past-100-As-Russia-Invades-Ukraine.html)
Dengan harga yang demikian tinggi, negara mana yang nggak kedodoran dalam membeli harga minyak tersebut? Termasuk AS yang terkena dampak langsung dari melambungnya harga minyak tersebut.
Untuk konsumsi dalam negeri yang masih mengandalkan minyak, bohong kalo AS mengklaim nggak terdampak sama sekali.
Bahkan belakangan terdengar kabar bahwa Gedung Putih mendapat banyak tekanan dari politisi di AS untuk meningkatkan produksi minyak dalam negerinya, sebagai solusi parsial dari naiknya harga minyak yang demikian tinggi. (https://oilprice.com/Energy/Energy-General/Gasoline-Prices-Are-On-The-Rise-And-Bidens-Hands-Are-Tied.html)
Ini jelas blunder, mengingat pemerintahan opa Biden telah buat kebijakan tegas untuk menggunakan energi terbarukan alias anti bahan bakar karbon. (https://www.reuters.com/business/energy/biden-orders-us-stop-financing-carbon-intense-overseas-fuel-projects-2021-12-10/)
Kalo kemudian meminta perusahaan minyak dalam negeri untuk meningkatkan produksinya (padahal selama ini ada aturan untuk mengurangi produksinya), apa namanya kalo tidak menjilat ludah sendiri?
Mungkin karena kepepet, seorang pejabat Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang memberi ‘green–light’ bagi perusahaan minyak untuk dapat meningkatkan produksinya, jika mereka mau.
“Mengingat harga minyak cukup tinggi, jia ada pihak yang mau memproduksi minyak lebih banyak, mereka bukan saja dapat tapi harus melakukannya,” demikian kurleb pernyataannya. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2022-03-01/biden-aide-says-energy-companies-can-up-production-if-they-want)
Mendengar pernyataan yang dilontarkan pihak Gedung Putih, perusahaan minyak jelas kebingungan. “Kalo mereka mau minta kita untuk meningkatkan produksi minyak, harusnya disampaikan secara lugas, bukan dengan pernyataan bersayap,” ungkapnya. (https://www.jwnenergy.com/article/2022/3/1/devon-ceo-mystified-biden-doesnt-reach-out-to-talk/)
Mana mau Gedung Putih bicara blak-blakan untuk meminta perusahaan minyak meningkatkan produksinya? Bukankah ini mencla-mencle? Mau taruh dimana tuh muka opa Biden?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments