Kisah Kuda Troya
Oleh: Ndaru Anugerah
Nggak ada makan siang yang gratis. Mungkin itu istilah yang tepat dalam menggambarkan pemberian yang menuntut syarat di akhir cerita. Jadi, saat seseorang yang punya masalah dengan kita tetiba memberikan sesuatu, jangan keburu jumawa atas pemberiannya tersebut.
Tahu anda kisah Kuda Troya yang melegenda?
Adalah Homer yang menuliskan kisah tersebut di tahun 800 silam, dalam 2 karya gemilangnya: The Iliad dan Odyssey. (https://www.researchgate.net/publication/348924038_Reading_Homer’s_The_Iliad_And_The_Odyssey_For_A_Contemporary_World_View)
Dikisahkan tentang Perang Troya yang telah berlangsung selama kurleb 10 tahun, antara pasukan Yunani yang berniat mencaplok wilayah Troya. Tapi sial, berbagai cara telah dilakukan, namun pertahanan pasukan Troya, tetap tak tergoyahkan.
Karena sudah satu dekade, peperangan ini membuat pasukan Yunani frustasi, mengingat mereka punya sederet jagoan beken dari mulai Achilles, Diomedes hingga Odysseus, toh nyatanya nggak bisa menjebol tembok kota Troya.
Ditengah keputus-asaan, Odysseus menawarkan ide untuk membuat sebuah patung kuda raksasa dari kayu yang akan ditempatkan di luar tembok kota Troya. Ceritanya, patung kuda tersebut merupakan pemberian Yunani bagi orang Troya, sebagai bentuk penyembahan Dewi Athena.
Nyatanya, itu hanya akal-akalan Odysseus semata, mengingat yang sesungguhnya, kuda kayu raksasa itu sedianya akan diisi oleh pasukan Yunani pilihan.
Skenarionya, saat pasukan Troya menemukan patung kuda raksasa itu, mereka akan menyambut ‘pemberian’ tersebut dengan suka cita dan membawa patung tersebut ke dalam kota.
Dan rencana itu kemudian dieksekusi Odysseus.
Saat patung kuda telah dibuat, dibuatlah seolah-olah pasukan Yunani telah meninggalkan kota Troya, yang tadinya mereka kepung. Bukan itu saja, patung kuda raksasa yang awalnya dipakai sebagai alat persembahan Dewi Athena, juga mereka tinggalkan.
Pagi harinya, pasukan Troya bingung bukan kepalang, mendapati patung kuda raksasa ditinggalkan teronggok di luar tembok kota, tanpa ada satupun orang Yunani di sekitarnya. Bahkan perahu-perahu yang tadinya ditambatkan di pinggir pantai, juga nggak lagi terlihat.
“Pasti orang Yunani telah putus asa melawan kita dan akhirnya meninggalkan kita,” begitu pikir pasukan Troya.
Lalu, apa guna pasukan Yunani meninggalkan patung kuda raksasa bagi mereka?
Adalah Sinon yang mengatakan kepada warga Troya, “Patung kuda raksasa itu dibuat untuk menyembah Dewi Athena. Apabila orang Troya membakar patung tersebut, maka sang Dewi akan murka.”
Padahal Sinon adalah sosok yang telah disiapkan Odysseus dalam menjalankan aksinya.
Mendengar seruan Sinon, warga Troya tidak membakar patung kuda tersebut, malahan membawanya masuk ke dalam tembok kota, dan menganggap itu sebagai hadiah bagi mereka.
Saat semua penduduk Troya terlelap di malam hari, pasukan Yunani yang bersembunyi di dalam patung kuda raksasa tersebut keluar secara diam-diam dan membuka pintu gerbang kota Troya agar pasukan lainnya bisa memasuki kota yang selama ini nggak bisa mereka tembus.
Kala banyak pasukan Yunani telah memasuki tembok kota Troya, mereka kemudian mulai membakar seluruh kota.
Menemui kotanya telah terbakar, penduduk Troya mulai bangun dari tidurnya dan mengadakan perlawanan selain berupaya melarikan diri. Namun sayang, usaha tersebut sia-sia.
Satu persatu penduduk Troya tewas ditangan pasukan Yunani, bahkan Raja Priam juga tewas secara mengenaskan.
Sejak saat itulah, legenda Kuda Troya karya Homer menjadi masyur. Pesan penting didalamnya: jangan mudah tertipu pada sikap baik yang ditawarkan seseorang, apalagi yang selama ini menjadi seteru kita.
Dalam konteks geopolitik, strategi Kuda Troya banyak dipakai dalam mengelabui pihak lain. Utamanya yang terlalu polos dalam menerima ‘pemberian’ yang seolah-olah tulus, padahal sebenarnya penuh akal bulus.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments