Menanti Gebrakan Buwas
Agustus 2015, secara senyap terjadi penyergapan di sebuah rumah mewah di kawasan Bandung Barat. Operasi itu dipimpin oleh seorang Budi Waseso alias Buwas. Hasilnya, bukan hanya narkoba yang berhasil didapat, tapi juga cyber crime dan penyalahgunaan paspor.
Usut punya usut, ternyata kasusnya berkaitan dengan PT Maritim Timur Jaya milik taipan Tomy Winata (TW). Ternyata perusahaan yang sama yang pernah dicabut ijin kapal penangkap dan pengangkut ikannya oleh Menteri Susi karena melakukan illegal fishing (pencurian ikan).
Berbekal operasi di Bandung Barat tersebut, Buwas memberanikan diri untuk menggeledah perusahaan milik TW – PT Maritim Timur Jaya – yang berlokasi di Gedung Artha Graha, di kawasan CBD Sudirman.
Akibat aksi ini, pihak TW pun kompain dengan alasan prosedur penggeledahan bla-bla-bla yang dibuat Buwas.
Singkat kata, aduan sang taipan ke pihak Irwasum dan Propam Mabes Polri, mengakibatkan 27 mantan anak buah Buwas di Bareskrim, kena getahnya. Ada yang kemudian dipecat dan tidak sedikit yang jenjang karirnya mendadak suram di jajaran kepolisian.
Yang membuat Buwas naik pitam adalah, tindakan Menko Polhukam yang memanggil anak buahnya, terkait peristiwa tersebut. “Apa kaitan Menko Polhukam sama penegakkan hukum?” ujarnya. “Mana ada pengusaha swasta yang bisa nyuruh sekelas menteri menangani kasusnya selain TW?” Bahkan dia mengumpat, “Kalo berani, periksa saya, jangan anak buah saya.”
Nyali seorang Buwas memang selangit. Berani melabrak seorang taipan sekelas TW, adalah kredit poin tersendiri. Dan itu sebenarnya modal untuk terus berkarya di kepolisian. Namun sayang, langkah yang dibuat kerap gaduh. Ini yang menyebabkan seorang jokowi pusing dibuatnya.
Sulit mengatur posisinya. Mau dibuang sayang, karena orang model Buwas, langka di republik ini. Keberanian bertindak, adalah modal utamanya.
Dan sekarang, Buwas yang pernah membekuk atasannya sendiri – Susno Duadji – yang mencoba kabur ke Singapura lewat bandara Soetta, kini mendapat penugasan baru dari jokowi setelah pensiun dari kepolisian. Mejadi seorang Dirut BULOG.
Ini jelas posisi strategis yang ngeri-ngeri sedap. Terlalu banyak mafia, di dalamnya. Dari mulai sapi, beras, cabai sampai jengkol. Semua adalah komoditas yang seksi untuk “dimainkan” dan jujur pemerintah jadi mendadak letoy menghadapinya.
Akankah seorang Buwas mampu memberantas mafia pangan? Apalagi sebentar lagi momen ramadhan dan lebaran, dimana para mafia asyik menuai untung berlipat-lipat diatas penderitaan rakyat.
Kita lihat saja…
Fully-support untuk pekerjaan barunya, komandan…
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments