Nggak (Lagi) Aman
Oleh: Ndaru Anugerah – 22042025
Apa yang bisa dijadikan tempat aman bagi investor jika terjadi krisis?
Tentu saja dollar AS. Pengalaman mengajarkan bahwa dengan memegang dollar, aset yang kita punya bisa ‘terjamin’ keamanannya, karena ‘konon’ sifatnya yang anti guncangan krisis.
Namun, belakangan ini semua seakan berbalik.
Publik nggak lagi melirik dollar sebagai tempat berlindung yang paling aman. Mereka lebih melirik safe haven yang lain, yang tentu saja menjanjikan karena terbukti tahan guncangan krisis. Barang itu bernama emas. (https://m.economictimes.com/wealth/save/with-gold-prices-at-all-time-high-should-you-increase-your-allocation-to-gold-or-is-it-time-to-scale-back-investments-in-the-yellow-metal/articleshow/119015473.cms)
Apa penyebabnya?
Tentu saja Perang Tarif yang diberlakukan Trump terhadap sejumlah negara.
Trump sebenarnya punya tujuan mulia melakukan trade war yakni memperkuat posisi dollar AS di kancah global. Dan memang itu salah satu intensi dari MAGA yang mengedepankan kebijakan proteksionisme.
Apesnya, alih-alih mencapai tujuannya tersebut, Trump belakangan dianggap salah sasaran.
Nyatanya, publik malah antipati terhadap kebijakan trade war tersebut yang dituding bakal memantik resesi global.
Nggak hanya itu sebab dollar juga jadi sasaran ‘penghakiman’ publik. Dollar-pun dilepas. Saham-saham perusahaan AS juga dilepas. Publik akhirnya beralih ke emas. (https://www.theguardian.com/business/2025/apr/11/the-damage-is-done-trumps-tariffs-put-the-dollars-global-reserve-status-at-risk)
Padahal, dimana ada ketidakpastian ekonomi global, dollar selalu diburu.
Kapan-pun krisis terjadi selama ini, di muka bumi.
Track record-nya bisa kita lihat.
Tapi, kali ini beda.
Publik mulai mengalami krisis kepercayaan terhadap dollar yang selama ini menjadi ‘primadona’. Dulu dipuja-puja layaknya Diva, sekarang dibuang layaknya sampah.
Lucu juga.
Padahal dollar adalah uang fiat yang dicetak bermodalkan dengkul sang Ndoro semata. Nggak ada reservasi emas-nya, tapi tetap diburu. Aneh, tapi nyata.
Dan sekarang tatanan dunia baru sudah menjelang, dunia multipolar namanya, dimana China dan Rusia bakal pegang kendali disana, bukan lagi AS dan sekutu-sekutunya.
Apapun dunia-nya, toh tetap saja sang Ndoro besar yang memegang kendalinya.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)