Melihat Kejanggalan


512

Melihat Kejanggalan

Oleh: Ndaru Anugerah – 11122024

Sebelum saya memberikan ulasan mendalam menyoal jatuhnya rezim Assad di Suriah, saya mau kasih lihat anda bahwa dibalik peristiwa ini, banyak sekali kejanggalan yang bisa anda temukan. Beberapa sudah saya ungkapkan pada tulisan pembuka. (baca disini)

Bagimana mungkin para teroris yang mendapat sokongan dari Turki dan Barat tersebut dapat menyapu bersih Suriah, dengan kecepatan secepat kilat hanya hitungan hari? Apa rahasianya? (https://news.antiwar.com/2024/12/07/al-qaeda-linked-militants-advance-encircle-damascus/)

Banyak yang berspekulasi bahwa ini bisa terjadi karena absen-nya dukungan Rusia dan Iran pada pemerintahan Assad.

Apa iya?

Nanti kita bahas soal itu.

Ajaibnya, menyikapi kasus yang ada di Suriah, negara-negara Arab yang berpihak pada AS seperti Arab Saudi, Qatar, Mesir, Irak, Yordania dan Turki kemudian menggelar pertemuan di Doha yang intinya menyerukan diakhirinya pertempuran agar tercipta stabilitas politik.

Masalahnya, pertemuan itu dihadiri oleh perwakilan Rusia dan Iran. Ngapain kedua negara (yang dikenal sebagai sekutu Assad) ikutan pertemuan yang justru ‘menjustifikasi’ perubahan rezim yang ada di Suriah dari tangan Bashar Assad? (https://mofa.gov.qa/en/latest-articles/statements/joint-statement-by-foreign-ministers-of-arab-countries-and-the-astana-process-on-the-situation-in-syria)

Kejanggalan lainnya adalah bagaimana sikap media mainstream dalam mengusung narasi teroris insyaf kepada publik global.

Bahkan sekelas CNN memberi panggung seluas-luasnya bagi seorang Abu Mohammed al-Jolani yang merupakan mantan anggota ISIS dan Al-Qaeda, yang sekarang merupakan pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (cabang baru Al-Qaeda di Suriah), setelah sukses menekuk Assad.

Narasi yang hendak disampaikan media adalah bahwa para teroris itu telah insyaf dari cara-cara radikal yang mereka anut sebelumnya, menjadi jihadis yang ramah keberagaman. (https://edition.cnn.com/2024/12/06/middleeast/syria-hts-al-jolani-profile-intl/index.html)

“Terkadang penting untuk bersikap pragmatis gterhadap kenyataan. Seorang yang berpegang teguh pada ide dan prinsip tertentu tanpa fleksibilitas, tidak dapat secara efektif memimpin masyarakat yang ada di Suriah,” ungkap Jolani.

Pernyataan yang dirilis Jolani, langsung diamplifikasi oleh media mainstream lainnya yang mengungkapkan bahwa seorang jihadis sekalipun, bisa berubah menjadi pemimpin yang ranah keberagaman alias teroris insyaf. (https://www.telegraph.co.uk/world-news/2024/12/03/syria-diversity-friendly-jihadists-plan-building-state/)

Coba anda bayangkan, bagaimana seorang jihadis yang awalnya main tebas kepala orang dan sangat anti perbedaan, sekarang berubah 180 derajat menjadi seorang yang sangat memaklumi keberagaman dalam masyarakat?

Kalo dulu beda aliran sedikt saja, walaupun sesama Islam, mereka nggak bisa menerima, sekarang tetiba punya persepsi yang berbeda terhadap mindset mereka miliki di masa lalu. Entah malaikat mana yang merasuki mereka?

Apakah ini masuk akal bagi anda?

Gilanya lagi, para jihadis tersebut menyampaikan kepada publik Israel bahwa mereka nggak memiliki masalah sama sekali dengan Israel. “Kami nggak akan melakukan apapun yang dapat merugikan kepentingan Israel,” ungkapnya. (https://www.timesofisrael.com/syria-rebels-appear-to-credit-israeli-strikes-on-hezbollah-with-aiding-shock-advance/)

Makin membagongkan.

Anyway, cukup simpan semua kejanggalan ini, supaya bisa jadi modal anda dalam memahami konflik yang sesungguhnya terjadi di balik layar.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


error: Content is protected !!