Kisah Penjual Minyak Ular
Oleh: Ndaru Anugerah
Dalam bahasa Inggris, ada ungkapan yang cukup populer untuk menggambarkan orang yang menjual obat ‘multi-khasiat’ yang diklaim dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Namun nyatanya itu hanyalah tipuan karena obat itu nggak punya efek penyembuh seperti klaimnya.
Istilah itu adalah snake oil salesman.
Jadi kalo seseorang dikasih gelar snake oil salesman, bisa dipastikan bahwa orang itu tukang tipu yang suka memperdaya orang lain agar niatnya tercapai.
Bagaimana asal muasal istilah snake oil salesman bisa ada, dan mengapa saya membahas hal ini?
Pertanyaan pertama akan saya bahas pada tulisan ini.
Di tahun 1800-an, migrasi pekerja China mulai berdatangan ke AS, guna mengadu nasib sebagai pekerja kontrak pada Transcontinental Railroad. Para migran asal Tiongkok itu di tempat mereka berasal bukanlah pekerja proyek melainkan petani. (http://infinity.wecabrio.com/393061264-railroaded-the-transcontinentals-and-the-making-of.pdf)
Mereka rela mengadu nasib ke tanah orang sebagai pekerja kontrak, meskipun gaji yang mereka dapatkan nggak sebanding dengan gaji yang diperoleh orang kulit putih saat itu. (https://www.researchgate.net/publication/269870794_Empire_Express_Building_the_First_Transcontinental_Railroad)
Sudah mahfum jika orang-orang China akrab dengan dunia pengobatan tradisional, salah satu yang mereka bawa ke AS adalah minyak ular alias snake oil. (http://www.collectorsweekly.com/articles/how-snake-oil-got-a-bad-rap/)
Kenapa disebut minyak ular, karena memang bahan dasarnya adalah minyak yang didapat dari ular air yang ada di China dan kaya akan kandungan asam omega 3 yang secara medis dapat mengurangi peradangan pada sendi.
Sekarang coba bayangkan jika seharian bekerja keras, apa sendi-sendi nggak jadi kaku? Menjadi wajar jika minyak ular dibawa para pendatang yang memang dipekerjakan pada proyek rel kereta api. Cukup dioleskan, maka paginya badan mereka akan segar kembali dan siap untuk bekerja.
Melihat tradisi yang dibawa para pekerja China, para pekerja kulit putih mulai mencoba khasiat obat tersebut bagi tubuh mereka karena migran Tiongkok itu mau berbagi obat kepada mereka.
Singkat kata, khasiat minyak ular mulai dikenal di kalangan penduduk kulit putih.
Jadi, awalnya minyak ular itu obat mujarab yang memang punya khasiat dalam meredakan peradangan sendi, khususnya di kalangan pekerja kasar.
Lalu bagaimana ceritanya kok frase ‘sales minyak ular’ identik dengan penipuan?
Oleh orang kulit putih, minyak ular kemudian di-rebranding menjadi obat mujarab dalam bentuk tonik yang dapat mengobati segala macam penyakit, bahkan yang akut sekalipun. (http://www.hagley.org/online_exhibits/patentmed/history/history.html)
Bahkan demi meraup keuntungan berlipat, obat paten itu di-iklankan pada surat kabar dengan khasiat palsu yang ditawarkannya. (http://news.google.com/newspapers?id=4-VEAAAAIBAJ&sjid=YboMAAAAIBAJ&pg=6996,437881&dq=clark+stanley+snake+oil&hl=en)
Singkat cerita, obat paten tersebut mulai dicari orang yang mulai putus harapan akan penyakit berat yang dideritanya.
Tapi ini nggak berlaku pada orang yang kritis. “Kok bisa memproduksi minyak ular di AS, karena ular air hanya hidup di China?” begitu kurleb-nya.
Atas pertanyaan ini, Clark Stanley yang dijuluki sebagai The Rattlesnake King kemudian memanipulasi pikiran publik dengan klaim penyembuhan yang bombastik pada minyak ular yang diproduksinya. Singkat cerita, Stanley dibuat kaya raya atas produk yang dijualnya.
Pada tataran teknis, Stanley menggantikan komposisi ular air China dengan rattlesnake yang sangat beracun. Bahkan pada sebuah pamflet yang dirilisnya, Stanley mengaku bahwa dirinya telah banyak belajar tentang penyembuhan minyak ular dari dukun suku Hopi Indian. (https://drvitelli.typepad.com/providentia/2017/11/the-snake-oil-salesman.html)
Ini sungguh konyol, mengingat minyak ular berasal dari China dan bukan dari suku Indian Hopi yang ada di Arizona, AS.
Bagaimana ceritanya kok penduduk AS bisa percaya pada produk yang dijual Stanley?
Karena Stanley mendemonstrasikan cara membuat minyak ular derik pada khalayak ramai saat Pameran Dunia yang dilangsungkan di Chicago pada 1893.
“Stanley mengambil seekor ular dari dalam karung, memotongnya dan mencelupkannya pada air mendidih. Saat lemaknya naik ke permukaan, para penonton lantas berebut mendapatkan minyak ular tersebut,” begitu kurleb-nya. (http://www.canada.com/montrealgazette/news/books/story.html?id=666775cc-f9ff-4360-9533-4ea7f0eef233)
Mungkin Stanley dapat memperdaya para konsumen-nya. Tapi secara medis, obat mujarab-nya nyatanya nggak efektif dalam mengatasi berbagai penyakit seperti klaimnya.
Sebagai contoh minyak ular China mengandung 3 kali lipat asam vital ketimbang minyak ular derik. Bisa dikatakan minyak ular Stanley nggak punya khasiat ‘mujarab’ sama sekali. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1026931/?page=1)
Atas kejanggalan ini, pihak federal melakukan penyelidikan dengan menyita produk minyak ular Stanley.
Hasilnya?
Produk obat mujarab tersebut mengandung minyak mineral, yang berasal dari lemak daging sapi, lada merah dan terpentin. Jadi nggak ada kandungan minyak ularnya sama sekali. (http://en.wikipedia.org/wiki/File:SnakeOilDecision.jpg)
Apa lacur, Stanley berhasil membangun kerajaan bisnisnya hanya dengan menjual kebohongan dan tipu-tipu kepada para konsumen setianya. Dari sinilah kemudian frase snake oil salesman muncul ke permukaan. (http://gutenberg.net.au/ebooks07/0700461.txt)
Mengapa saya membahas soal snake oil salesman?
Sabar ya, nanti saya akan jelaskan pada tulisan selanjutnya.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments