Kisah Mantan Tawanan
Oleh: Ndaru Anugerah
Siapa yang memimpin ISIS setelah Abu Bakr al-Baghdadi dinyatakan ‘tewas’ oleh pasukan AS di Suriah pada tahun 2019 silam? (https://www.nytimes.com/2019/10/27/world/middleeast/al-baghdadi-dead.html)
Dialah Abu Ibrahim al-Hashemi al-Qurashi alias Amir Muhammad Sa’id Abdal Rahman al-Mawla.
Setelah Baghdadi tewas, maka Qurashi ditunjuk sebagai pengganti pemimpin kelompok teror pengusung kekhalifahan tersebut pada Oktober 2019. (https://www.rt.com/news/520566-isis-leader-us-detainee/)
Masalahnya ada yang janggal.
Qurashi pernah menjadi tahanan pasukan koalisi pimpinan AS yang beroperasi di Irak.
Ceritanya, Qurashi pernah ditangkap pada awal 2008 dengan alasan terorisme dan kemudian dijadikan tawanan. Dalam sel, Qurashi yang dikenal sebagai pejabat menengah di organisasi ISIS, menjalani serangkaian interogasi.
Dalam laporan intelijen yang kemudian di-deklasifikasi tersebut, menyatakan bahwa Qurashi bersikap kooperatif selama menjadu tawanan.
Bukan itu saja.
Qurashi juga kerap membagikan informasi ‘berharga’ tentang keberadaan teman-temannya yang ada dalam kelompok ISIS kepada para interrogator-nya.
“Dia tampak sangat ‘bersemangat’ untuk membocorkan detail tentang para pesaingnya di organisasi ISIS. Misalnya dia menggambarkan peta kompleks yang digunakan oleh orang kedua yang berada dalam jalur komando ISIS,” ungkap laporan tersebut.
Bahkan Qurashi tak ragu memberikan nama kurir pribadi yang biasa dipakai ISIS dan juga nama restoran yang biasa dikunjungi oleh pasukan ISIS.
Berbekal dengan ‘kelakuan baik’ yang diberikan Qurashi tersebut, maka dirinya kemudian dibebaskan sebagai tawanan oleh pasukan koalisi di Irak pada Juli 2008.
Dan sekarang, tadaa… Qurashi menjadi pemimpin tertinggi ISIS menggantikan Baghdadi.
Logis nggak sih?
Seorang yang pernah menjadi ‘kolaborator’, kemudian dibebaskan dan nggak lama diangkat sebagai pemimpin tertinggi di ISIS.
Pertanyaannya: ISIS itu kelompok teror atau kelompok arisan? Lha kok nggak selektif banget? Dimana logikannya, seorang yang pernah berkhianat kepada organisasi kok malah ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi?
Terus kita disuruh percaya dan bilang WOW, gitu?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments