Kenapa Jadi Ramai?


512

Kenapa Jadi Ramai?

Oleh: Ndaru Anugerah – 18092024

Siapa pemilik akun Fufufafa? Kenapa kehadirannya mendapat sambutan ‘meriah’ dari para netizen Planet Namek?

Mari kita kulik.

Akun Fufufafa adalah akun yang mengomentari sosok Wowo sebagai presiden yang akan dilantik pada Oktober mendatang. Komen-nya nggak perlu saya sajikan diulasan ini, karena saya yakin anda juga sudah mengetahui.

Lagian, itu bersifat subyektif dan menurut saya indicent comments to expose.

Yang jadi pertanyaan: bagaimana sikap Wowo menanggapi akun yang bisa dikatakan telah bersikap ‘kurang ajar’ pada dirinya? Apakah dia tahu siapa pemilik akun sebenarnya?

Menurut saya bisa dua kemungkinan.

Pertama, dia merasa tersinggung, namun terpaksa menahan diri karena tahu siapa pemilik akun Fufufafa tersebut. Terlalu berspekulasi untuk melabrak pemilik akun secara langsung, mengingat tinggal sebulan lagi dirinya dilantik sebagai presiden terpilih.

Mending cari aman saja.

Dan yang kedua, dia nggak merasa tersinggung sama sekali atas komentar pedas yang dilontarkan akun Fufufafa tersebut pada dirinya, meskipun dia tahu siapa pemilik akun tersebut.

Mana yang lebih masuk akal?

Lantas bagaimana caranya kok seorang Wowo bisa tahu siapa pemilik akun Fufufafa?

Ini pertanyaan retorik. Masa iya sekelas mantan prajurit intelijen (beliau pernah bertugas di pasukan inti Kopassus), nggak bisa menelusuri siapa pemilik akun? Itu terlalu naif, mengingat beliau punya koneksi ke jaringan intelijen.

Lagian, dengan melihat gelagat di permukaan saja, orang awam juga tahu siapa pemilik akun tersebut.

Contoh pertama: ada pejabat negara yang kasih klarifikasi bahwa pemilik akun bukan GR setelah tim Kominfo melakukan pengecekan. (https://bisnis.tempo.co/read/1915375/kominfo-klaim-akun-fufufafa-bukan-milik-gibran-budi-arie-lagi-ditelusuri)

Apa urgensi seorang menkominfo memberikan klarifikasi, toh itu bukan kewenangannya? Lagian, kalo dia tahu siapa pemilik akun sebenarnya, kenapa nggak langsung disebutkan dan butuh beberapa waktu untuk mengumumkannya?

Terkesan mengulur waktu untuk cari kambing hitam, bukan?

Contoh kedua: pernyataan yang diungkapkan stafsus presiden bahwa tudingan GR sebagai pemilik akun, belum pasti benar. “Kan belum pasti ya, enggak tahu punya beliau atau nggak,” begitu kurleb-nya. (https://nasional.sindonews.com/read/1452145/12/heboh-akun-kaskus-fufufafa-hina-prabowo-grace-natalie-buka-suara-1725876585)

Dalam discourse analysis, kalo pejabat negara kasih statement seperti itu, artinya memang benar bahwa GR pemilik akun Fufufafa.

Jika Wowo sudah tahu pemilik akun dan tidak mengajukan gugatan ke pihak yang berwajib, maka secara otomatis case closed alias nggak perlu diperdebatan lagi. Toh yang diserang saja nggak merasa ‘keberatan’ atas cacian yang ditujukan kepadanya.

Jadi kasusnya tuntas?

Dipermukaan iya.

Tapi dalam politik, apa yang tidak nampak-lah yang seharusnya mendapat perhatian, bukan justru yang nampak.

Apa iya seorang Wowo yang merasa tersinggung saat AB memberinya skor minim atas kinerjanya sebagai Menham dalam debat pilpres kemarin, kemudian nggak menaruh ‘dendam’ sama sekali atas ‘cacian’ Fufufafa pada dirinya? (https://www.cnbcindonesia.com/news/20240107212542-4-503496/anies-jawab-telak-skor-kinerja-kemenhan-era-prabowo-11-dari-100)

Masa iya, ribut-ribut akhir-akhir ini yang menyasar keluarga Raja Jawa (dari mulai jet pribadi, Fufufafa hingga isu bau ketek), seorang Wowo nggak punya ‘kontribusi’ di dalamnya?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


error: Content is protected !!