Dinasti Pepo


505

Konon, tersebutlah seorang lelaki gagah asal Pacitan yang lahir pada tahun 1949, tepatnya bulan September. Lelaki ini cukup enerjik. Tak ayal, setelah masuk akmil, penghargaan Adhi Mahayasa sebagai lulusan terbaik Akmil tahun 1973, berhasil digondolnya.

Berbekal prestasi yang diraih semasa mengikuti pendidikan militer di Magelang, sang prajurit berpangkat letnan dua ini-pun ditempatkan pada satuan elit di Kostrad, dan didapuk sebagai Danton alias Komandan Peleton di bilangan Dayeuhkolot, Bandung.

Karirnya di kemiliteran terus meroket, seiring berjalannya waktu. Penugasan demi penugasan, berhasil dituntaskan dengan baik. Tak heran, banyak yang memprediksikan dirinya sebagai the rising star yang akan menjabat sebagai pemimpin tertinggi di kemiliteran.

Tapi, nasib berkata lain. Sang pemuda yang kemudian beranjak dewasa tersebut, lama kelamaan mulai galau tingkat dewa. Penyebabnya, karena obsesinya untuk menggapai posisi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), tak kunjung terpenuhi.

Padahal, dalam satu peristiwa, Jenderal Wiranto pernah menjanjikannya jabatan KSAD menggantikan posisi Subagyo Hadisiswoyo. Namun apa lacur, rencana tinggal rencana.

Ironis memang, kisah hidup sang pemuda. Lulusan terbaik di Akmil, namun jabatan setingkat KSAD-pun tidak pernah dienyamnya. Karirnya hanya mentok sebagai Kepala Staf Teritorial, alias Kaster. Dan sesudahnya, Gusdur-pun malah “memasukkan dirinya ke dalam kotak”, dengan menugaskan sebagai menteri pertambangan dan energi.

Tamat sudah karir militernya. Dialah Pepo, pemilik dinasti Cikeas.

Adik kelas saya di kampus, pernah bertanya kepada saya, “Kenapa kok Abang agak sinis sama pak SBY?” Saya tidak menjawab pertanyaan tersebut, saat itu. Tapi lewat tulisan ini, biarlah saya menjawabnya.

Pertanyaan saya sederhana: apa yang sudah dilakukan Pepo selang 2 periode masa jabatannya?

Nyaris tak terdengar. Banyak proyek-proyek mangkrak sekelas candi Hambalang dan proyek strategis lainnya. Dan parahnya, semua dibungkus dengan baik dalam pencitraan yang sangat massif dilakukannya. Yah, untuk menutup kesalahan-kesalahan tersebut.

Berapa milyar uang sudah keluar sekedar membuat iklan pencitraan: “Katakan Tidak Pada(hal) Korupsi” atau iklan “Lanjutkan (korupsinya)!” Aneh bin ajaib. Selang iklan di publish, satu-persatu orang yang nongol di iklan tersebut malah tercyduk karena kasus korupsi. Sampai besannya-pun, ikutan kena cyduk. Ampyun dahh…

Belum lagi upaya membangun dinasti Cikeas. Semua pake jurus aji mumpung. Mumpung jadi presiden, semua kalo bisa pake fasilitas negara. Kawinan anak aja musti di Istana. Belum lagi gurita bisnis yang dijalankan saat berkuasa, seperti yang diungkap oleh George Aditjondro. Konon, dinasti Cikeas punya uang yang tak berseri hasil dari 10 tahun berkuasa.

Bicara partai Demokrat, apa iya itu partai kader? Yang ada, ya partai dinasti. Asal ada turunan Pepo, praktis berhak memimpin tuh partai. Tragis! Padahal banyak kader PD potensial yang bisa dimunculkan, sekelas TGB atau pakde Karwo.

Apakah cukup?

Sekedar mengingatkan, kalo Pepo adalah Jenderal lulusan Fort Benning, Columbus & juga alumni Sesko Leavenworth, Texas. Wajar jadinya kalo SBY kelak mendapat gelar sebagai tokoh loyalis AS No.1, alias wonder Boy yang disematkan oleh The Asian WallStreet Journal.

Dan parahnya ditengah badai Isabel yang melanda AS, Pepo menyempatkan untuk berkunjung ke Amrik pada September 2003, buat dapat dukungan. Saat jamuan makan, Pepo mengucapkan kata-kata yang kontroversial: “I love the US with all its fault. I consider it as my second country.” Tak sia-sia, dukungan AS sukses mengantarnya menjadi RI-1 pada pilpres 2004.

Jadi, apa yang bisa diandalkan dari seorang mantan Jenderal yang memposisikan Mamarika sebagai negara keduanya? Jadi, sah-sah aja kalo kekayaan alam kita “dijarah” oleh negara adidaya tersebut, lha kan Pepo menganggap sebagai negara kedua-nya?

Dan satu hal lagi, nih kelakuan Pepo yang lumayan lucu. Kalo udah tersudut karena kesalahan yang dia buat, dia cuma bisa ngomong via media: “Saya prihatin.”

Terus apa kita masih mau percaya pada dinasti Cikeas??

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!