Beras Gates
Oleh: Ndaru Anugerah – 14052025
Siapa tokoh kontroversial yang belakangan banyak menghiasi jagat media sosial?
Salah satunya adalah Bill Gates (BG).
Di penghujung 2024 silam, BG sukses memancing kemarahan orang India dengan mengatakan negara tersebut sebagai obyek laboratorium untuk menguji berbagai hal. (https://timesofindia.indiatimes.com/etimes/trending/bill-gates-faces-backlash-for-calling-india-a-laboratory-to-try-things-/articleshow/115934216.cms)
Berbicara pada podcast bersama Reid Hoffman, BG menyatakan bahwa India merupakan tempat pengujian bagi berbagai inisiatif global. Jadi sebelum kebijakan global diterapkan, India adalah tempat pengujian-nya.
Sontak pernyataan BG tersebut mendapat sambutan meriah dari netizen India, yang nggak terima kenyataan bahwa mereka telah dijadikan sasaran percobaan.
“Emang lu pikir kami kelinci percobaan?” begitu kurleb-nya.
Yah, kalo anda jadi orang India, anda pasti punya hak untuk marah. Siapa sih yang nggak tersinggung kalo bangsa-nya dianggap sebagai kelinci percobaan?
Tapi semua itu ibarat kata pepatah, “Biarlah anjing menggonggong, khafilah tetap berlalu.” Nyatanya hujatan warga India pada jagat media maya, nggak berpengaruh pada kehidupan BG. As a matter of fact, life goes on as usual.
Ada beberapa fakta yang perlu diketahui.
Pertama, BG punya punya kantor di India yang ajaibnya bisa beroperasi tanpa ‘intervensi’ FCRA (Foreign Contribution Regulation Act), dengan alasan US-based organization. (https://www.gatesfoundation.org/our-work/places/india)
Yang kedua, BG telah berhasil ‘membeli’ banyak kalangang di India, dari mulai politisi hingga praktisi. Jadi sosok BG lebih dikenal sebagai pahlawan ketimbang kriminal.
Dengan kondisi demikian, pernyataan BG pada podcast Reid Hoffman, jelas nggak berpengaruh pada dirinya.
Dan yang nggak kalah penting, sosok BG sangat dekat dengan PM India, Narendra Modi. Dengan kedekatannya tersebut, tentu akan membentuk persepsi publik India yang menganggap BG sebagai ‘sahabat warga Bombay’. Lha PM-nya aja sudah sohiban sama dia? Punya hak apa kita untuk protes?
Kalo sudah begini tinggal ngomonng aca-aca-aca sambil joget-joget di tiang listrik saja.
Lalu, apakah India adalah kelinci percobaan seperti yang dilontarkan BG?
Pada Maret 2025 silam, BG yang merupakan pendukung GMO garis keras, bertandang ke India dan disambut hangat oleh PM Modi. (https://m.economictimes.com/news/india/bill-gates-meets-pm-modi-says-impressed-by-indias-innovation-powering-development-locally-and-globally/articleshow/119218472.cms)
Ajaibnya, pada 5 Mei, India menjadi negara pertama di dunia yang merilis dua varietas padi hasil penyuntingan gen, Kamala dan Pusa DST Rice 1. (https://www.business-standard.com/industry/agriculture/india-launches-climate-resistant-genome-edited-rice-varieties-125050400507_1.html)
Apakah kedua kejadian itu saling berhubungan?
Entahlah.
Satu yang pasti bahwa kedua varietas padi tersebut diklaim bukan tanaman hasil rekayasa genetik, karena tidak memasukkan DNA asing pada varietas-nya, Sebagai gantinya varietas itu menggunakan teknologi CRISPR-Cas SDN 1 dan SDN 2 untuk mengubah gen yang ada.
Dengan kata lain, varietas beras baru itu diaku-aku telah melewati regulasi biosafety yang ketat dan uji lapangan selama bertahun-tahun.
Apakah demikian adanya?
Upaya penyuntingan gen walaupun diklaim ‘presisi’, tetap memiliki efek yang unpredictable.
Bahkan sekelas ahli bioteknologi asal Harvard, Prof. George Church mengatakan teknologi CRISPR sebagai ‘kapak tumpul’ karena dapat membawa risiko serius yang tidak diinginkan jika nekat digunakan. (https://www.gmwatch.org/en/106-news/latest-news/18716-gmo-promoter-calls-crispr-a-blunt-ax-and-genome-vandalism)
Dengan kata lain, meskipun dua varietas padi itu dirilis oleh lembaga berwenang sekelas ICAR (India Council for Agricultural Research), tapi untuk menghasilkannya menggunakan teknologi CRISPR Cas-9, yang berkaitan erat dengan sosok BG. (https://www.cd-genomics.com/blog/120-million-investment-for-crispr-technology-from-bill-gates-and-other-13-investors/#:~:text=Our%20genius%20IT%20CEO%20Bill,the%20CRISPR%20to%20the%20world.)
Lalu masalahnya dimana?
Teknologi itu bukan milik publik, tapi milik korporat. Jadi saat India memproduksi varietas padi tersebut, ditenggarai ada konflik kepentingan. Apakah perusahaan mau ‘meminjamkan’ teknologi CRISPR tanpa adanya kepentingan di dalamnya?
Apa implikasinya?
Tentu saja ini menimbulkan kekhawatiran tentang kedaulatan benih dan hak petani. Dengan adanya paten yang dimiliki CRISPR, kendali perusahaan atas pertanian India menjadi makin kuat yang otomatis akan melemahkan hak petani dalam menyimpan dan memperdagangkan benih padi varietas baru tersebut,
Kalo sudah begini, apakah konsep kedaulatan pangan di India dapat diwujudkan?
Belum lagi jika menyangkut transparansi publik tentang proses pengembangan, data keselamatan dan rincian kekayaan intelektual menyangkut varietas padi baru. Apakah informasi itu sudah diungkap ke publik sebagai bagian keterbukaan informasi? Kan belum.
Dengan kata lain, peluncuran varietas padi baru, justru mendatangkan polemik sebelum digunakan. Anehnya, bukannya protes, respons warga India cenderung adem ayem.
Cendol deh.
Apakah salah jika kita mengatakan bahwa India adalah kelinci percobaan?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)