Saat Assad Dipaksa Angkat Koper (*Bagian 1)


537

Saat Assad Dipaksa Angkat Koper (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah – 12122024

Suriah, 27 November 2024. Langit cerah di negara tersebut nggak lagi cerah seperti biasanya, karena kelompok bersenjata Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan Tentara Nasional Suriah (NSA) yang didukung oleh Turki melancarkan serangan mendadak menuju kota terbesar kedua di Suriah, Allepo. (https://www.aljazeera.com/news/2024/11/28/dozen-killed-as-armed-groups-attack-syrian-military-in-northern-aleppo)

Serangan ini memaksa tentara Suriah meninggalkan kota strategis di Suriah, Hama.

Nggak berhenti sampai disini, pasukan pemberontak terus melancarkan serangan dan merangsek masuk ke pusat pemerintahan, Damaskus. Aksi ini sukses memukul pasukan Suriah dan menyebabkan rezim Bashar Assad tumbang setelah sukses memimpin selama 24 tahun. (https://www.euronews.com/2024/12/09/fall-of-bashar-al-assad-after-20-years-in-power-in-syria-how-the-world-reacted)

Kejatuhan yang bersifat tiba-tiba ini sungguh mengejutkan banyak pengamat.

Ada apa gerangan? (baca disini dan disini)

Sesuai janji saya, saya akan bahas masalah ini dengan mendalam, agar kita tahu apa sebenarnya biang kerok lengser-nya Bashar Assad dari kursi singgahsana-nya?

Karena panjangnya ulasan, saya akan break analisa ini ke dalam beberapa bagian.

Pertama-tama, kita harus tahu dulu siapa sosok Bashar Assad. Ini penting untuk diungkap agar kita punya pemahaman yang jelas tentang bagaimana serangan super cepat yang dilancarkan pasukan jihadis Suriah pada pemerintahannya bisa sukses terjadi.

Bashar Assad adalah anak dari Hafez Assad. Namun sayangnya, sang ayah nggak punya keinginan untuk menunjuk Bashar sebagai pengganti dirinya, kelak. Justru suksesor yang dibidik sang ayah adalah kakak dari Bashar yang bernama Bassel Assad.

Kenapa Bassel dianggap layak menggantikan posisi Hafez?

Karena kapabilitas yang dimilikinya. Bassel setidaknya memiliki kualitas ayahnya sehingga dipersiapkan sebagai pengganti dirinya.

Bagaimana tidak?

Bassel punya gelar doktor dalam ilmu militer. Selain punya kualitas akademik yang cemerlang, Bassel juga punya kemampuan fisik yang sangat baik.

Yah minimal dari segi leadership, sosok Bassel dianggap layak memimpin Suriah. Nama Bashar nggak ada dalam bidikan sang ayah, sama sekali.

Nggak aneh, jika sosok Bassel terus mendapat endorsement dari sang ayah sedari awal. Dari mulai dilatih dalam teknis terjun payung hingga penugasannya pada Pasukan Khusus.

Hal ini sukses mengantar Bassel sebagai seorang tentara berpangkat mayor yang kemudian membawanya sebagai komandan batalion di Garda Republik Suriah. (https://english.alarabiya.net/views/news/middle-east/2014/11/28/All-in-the-family-Building-the-Assad-dynasty-in-Syria)

Singkatnya Bassel adalah simbol kebangkitan pemerintah Suriah atas pasukan bersenjata.

Terpukau oleh kehebatan citra diri sang anak sulung, Hafez lantas mengijinkan foto-foto Bassel untuk dipajang di jalan-jalan Suriah. “Setidaknya ambisi untuk mencari penggantiku, sudah terealisir,” demikian ungkap Hafez dalam hati.

Namun apa dikata. Kenyataan justru berkata lain.

Bassel yang awalnya digadang-gadang sebagai pemimpin Suriah masa depan oleh sang ayah, terpaksa meregang nyawa saat dirinya mengalami kecelakaan mobil di tahun 1994 silam. (https://www.bbc.co.uk/programmes/p0137c87)

Masgul-lah hati Hafez, menerima kenyataan ini. “Bassel tidak hanya sebagai putra yang hilang, tetapi juga sebagai pahlawan nasional yang hilang,” ungkap Hafez saat menghadiri pemakaman Bassel. (https://www.youtube.com/watch?v=Kcij0xbPm28)

Pusing pala Barbie-lah Hafez, perihal mencari sosok yang bakal menggantikan dirinya yang kala itu sudah sakit-sakitan dan menjelang ajal.

Menanggapi situasi ini, rencana improptu pun terpaksa diambil. Dan rencana cadangan itu adalah mempersiapkan Bashar sebagai penerus tahta, dengan segera.

Menanggapi situasi ini, Bashar yang sedang belajar oftalmologi di London saat itu, terpaksa pulkam akibat dipanggil pulang oleh sang ayah. Ini mengakibatkan Bashar meninggalkan karir medisnya yang diidamkannya, dan mau nggak mau harus bisa beradaptasi dengan peran politik dan militernya.

Meskipun dengan segudang endorsement yang diberikan sang ayah, Bashar yang dari semula nggak punya cita-cita sebagai politikus apalagi negarawan, terpaksa harus menjalani suksesi sang ayah, utamanya setelah kematian Hafez Assad di tahun 2000 silam. Jadi ada keterpaksaan disini. (https://edition.cnn.com/2024/12/08/middleeast/bashar-al-assad-syria-profile-intl-hnk/index.html)

Bisa dikatakan jika seorang Bashar nggak terlalu paham atas peran yang harus dijalani-nya sebagai kepala negara. Pertama dia nggak punya ambisi dan kedua dia kurang berbakat. Titik.

Itu yang kemudian memicu krisis kepemimpinan pada para bawahannya. Karena nggak punya keahlian di bidang militer, Bashar lebih mendelegasikan kepada para jenderal-nya, yang parahnya justru dimanfaatkan oleh mereka untuk menjalankan aksi korupsi-nya. (https://www.newarab.com/analysis/syria-insight-assads-rampant-corruption-leads-his-downfall)

Sementara parajurit berpangkat rendah, malah nggak punya kedekatan emosional dengan sosok Bashar karena proses pendelegasian wewenang kepada para jenderal. Kalo kemudian para kopral nggak punya loyalitas pada pemerintahan Bashar, siapa yang salah dalam hal ini?

Dengan kurangnya bakat sebagai politisi atau juga negarawan, maka sikap yang diambil Bashar dalam menangani krisis, menjadi nggak efektif.

Contoh saat menghadapi sanksi ekonomi yang dilakukan AS kepada Suriah. Terima atau nggak, seorang Bashar gagal dalam mengantisipasi hal ini.

Tercatat bahwa 90% warga Suriah akhirnya hidup dalam kemiskinan dan mengalami kekurangan gizi yang meluas.

Karena situasi ini, banyak keluarga (sekitar 60%) yang putus asa akhirnya mengambil pinjaman hanya sekedar membeli makanan. Dan ujung-ujungnya pinjaman tersebut nggak bisa dikembalikan karena nggak punya penghasilan yang mencukupi. (https://www.rescue.org/eu/press-release/syria-deepening-economic-crisis-compounds-conflict-misery-syria-crisis-enters-its)

Bukan hanya itu.

Di bawah kepemimpinan Bashar, pemadaman listrik juga kerap dilakukan yang terkadang membuat Damaskus menjadi gelap gulita bahkan hingga 20 jam sehari. Ini parah mengingat harga listrik telah naik hingga 585%. Kok bisa-bisanya ada pemadaman?

Dalam menanggapi situasi ini, pemerintah Bashar nggak menawarkan solusi apapun kecuali meningkatkan represi lewat aparat keamanan yang parahnya nggak diperhatikan tingkat kesejahteraannya. (https://english.alarabiya.net/News/middle-east/2024/12/04/syria-s-al-assad-orders-50-percent-raise-in-career-soldiers-pay)

Di sisi yang lain, ladang-ladang minyak yang jadi satu-satunya andalan Suriah sebagai sumber pemasukan negara, ada di bawah kendali AS dan suku Kurdi sejak 2014 silam. (https://geopoliticaleconomy.com/2023/12/12/us-troops-occupy-syria-oil-congress-withdraw/)

Sementara itu, perdagangan narkoba dalam negeri yang terus meningkat, yang awalnya diharapkan dapat menambal keuangan negara, nyatanya keuntungan yang nilainya miliar-an dollar tersebut malah masuk ke kantong panglima perang dan pedagang gelap, bukan ke kas negara. (https://www.washingtonpost.com/national-security/interactive/2024/us-syria-civil-war-sanctions-drug-trafficking/)

Jadi, para jenderal makin kaya raya dari bisnis narkoba, sementara para kopral-nya hanya bisa gigit jari alias nggak dapat apa-apa. Dan negara tetap saja misqueen.

Dengan kata lain, tentara Bashar yang kurang dibayar oleh negara, mengalami demoralisasi. Sudah kehabisan tenaga akibat perang bertahun-tahun, eh hanya dimanfaatkan sebagai jongos oleh para jenderal-nya dalam bisnis Captigon. (https://www.middleeasteye.net/news/syria-soldiers-desert-army-wages-arabic-press-review)

Sekarang kalo anda jadi tentara-nya Bashar yang harus mengalami perlakuan ini, kira-kira salah apa nggak kalo anda membiarkan pasukan jihadis menerobos masuk Suriah tanpa mendapatkan perlawanan karena sudah kehilangan semangat perang tersebut?

Pada bagia kedua kita akan gali lebih dalam tentang penyebab jatuhnya rezim Bashar di Suriah.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


error: Content is protected !!