Petarung Sejati


508

Lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay, Muhammad Ali adalah seorang petarung sejati yang dikenang orang sepanjang massa. Gaya bertandingnya yang kerap meneror musuhnya dengan kata-kata sarkas saat di ring tinju seakan telah menjadi trade mark buat dirinya.

I am the greatest,” begitu yang kerap dilontarkannya saat berada di atas ring. Walaupun kita tahu, bahwa itu hanya klaim dirinya semata, mengingat masih banyak petinju lain yang lebih baik dari dirinya saat itu. Tak ayal julukan the big mouth alias si mulut besar disematkan kepada dirinya karena berkata lebay.

Orang boleh kesal dengan tingkah Ali, tapi suka apa tidak banyak orang merindukan aksi drama dalam setiap momen pertandingan tinju yang dilakukannya. Tak berlebihan kalo kemudian ada lagu yang sangat pas untuk menggambarkan dirinya sebagai: The Greatest Love of All.

Dalam peta perpolitikan Indonesia, kita juga punya seorang Muhammad Ali, Ahok namanya.

Saat menjadi Guberner DKI, setiap aksi dan gebrakan yang dilakukannya day by day, sangat dinanti dan dipuja oleh segenap warga Jakarta, pendukung setianya dan juga awak media. Ibarat Ali yang kerap meneror lawannya dengan kata-kata kasar, toh itu juga yang kerap yang terlontar dari mulut seorang Ahok.

Tak jarang dia memaki pegawai Pemda DKI yang kerjanya gak gabruk-gabruk walaupun sudah digaji dari uang rakyat dengan angka yang sangat fantastik.

Banyak karya besarnya bertaburan di seantero Jakarta, dari mulai RPTRA sampai Simpang Semanggi. Dan hebatnya semua karya spektakuler itu dibangun tanpa sedikitpun menggunakan dana APBD, melainkan dari hasil nodong pengusaha sana-sini.

Bukan juga kek proyek waring dan eceng gondok gabener BEOL yang bukan saja memakan uang rakyat dengan angka fantastik tapi juga gak jelas apa gunanya.

Di bawah Ahok, kota Jakarta menjadi kota yang beradab. Bahkan preman Kalijodo dan Tanah Abang yang petantang-petenteng di era guberner terdahulu, berhasil tekuk lutut dibawah kepemimpinannya.

Coba lihat sekarang apa yang terjadi di Tanah Abang dan Kalijodo? Para preman sudah bisa berdansa cha-cha-cha dan menemukan lapaknya kembali. Bahkan petugas satpol PP harus lari tunggang langgang menghadapinya.

Dari segi reformasi birokrasi, juga jangan ditanya. Semua pegawai pemda dari tingkat lurah sampai walikota, dipaksa untuk all out melayani warga DKI. “Bisa-bisa dipecat kalo kerjanya leha-leha,” demikian ungkap seorang petugas kelurahan.

Bahkan yang gila lagi, maling anggaran dibuat tidak berkutik dibawah kepemimpinannya. Dengan sistem e-budgeting yang diluncurkannya, semua aksi patgulipat bermodus perampokkan uang rakyat, dibuat mati gaya. Ini jugalah yang membuat para maling anggaran kemudian meradang secara berjamaah. “Siap-siap makan angin kalo terus-terusan begini.”

Ahok adalah sosok fenomenal. Walaupun akhirnya dipenjara karena kasus opera sabun berjudul penistaan agama, toh dia tetap dikenal sebagai seorang petarung sejati.

Seorang diri dia menghadapi para kampret yang kerap mendemo dirinya dengan kekuatan massa dibalik jubah agama.

Tapi dia nggak lari, yah minimal tidak lari ke Saudi atau harus ganti nama jadi Rizal untuk sekedar mau ngabur. Semua dia hadapi apapun konsekuensinya. Kenapa bisa demikian? Karena dia petarung sejati.

Waktu terus berlalu, tanpa terasa kini dia menghirup udara bebas. Bukan pula bebas bersyarat apalagi harus dipaksa mengakui Pancasila sebagai dasar negara.

Namun saya percaya, petarung sejati tidak akan meninggalkan gelanggang sebelum masalah yang dihadapinya selesai secara tuntas-tas-tas… Ada masalah di Jakarta sebagai ganjalan yang belum diselesaikannya. Untuk itu dia pasti akan kembali.

Sambil menunggu saat itu, biarlah dia kini menikmati massa kebebasan sejatinya.
Anyway, welcome back BTP…

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!