Pepo Lagi Galau


508

Pepo Lagi Galau

Kalo kita bicara tentang kelakuan orang galau, satu kata yang bisa disimpulkan.

Gaje alias gak jelas. Gak jelas tingkah lakunya, yah karena gak punya fokus pada pikirannya.

Menurut kabar yang saya dengar, pepo in action is back, akhir-akhir ini. Dipicu oleh bisikan orang-orang dekatnya. “Masa mas Agus udah susah-susah mundur dari TNI, kok sekarang dianggurin ajah?” begitu kira-kira bisikan maut dari ring 1 Cikeas.

Walhasil, langkah pertama sudah ditempuh lewat pilkada DKI, dengan skor KO pada ronde pertama, karena konon katanya, bani Fetamburan mengadakan pengkhianatan dengan membelot mendukung Anies, ketimbang mas Agus.

Selepas pilkada, hanya ada satu pikiran yang ada dibenaknya: “Gimana caranya agar putra mahkotanya dapat dikarbit agar beroleh posisi strategis di pemerintahan?” Padahal, kalo bicara dari segi kapabilitas, banyak kader demokrat semisal Pakde Soekarwo (gubernur Jatim) dan Tuan Guru Bajang (gubernur NTB) yang jelas lebih mumpuni, ketimbang mas Agus.

Tapi yah itu, karena bisikan-bisikan maut pada sang Pepo yang dikenal master of galau, maka dia pun gelap mata. Maka digelarlah survei-survei spektakuler untuk mendukung elektabilitas mas Agus, yang ujung-ujungnya, hanya mas Agus semata yang paling cocok untuk mendampingi Jokowi di 2019.

Nah, masalahnya adalah partai cikeas ini terbilang gak solid. Kalo memang minta jatah ke Jokowi, harusnya para kadernya bersikap yang baik-baik donk? Bukan malah nyinyir. Tercatat Roy Suryo yang paling getol dibarisan nyinyir terhadap Jokowi dan kebijakannya. Gak kalah set, berikutnya Andi Arief. Waduuhh…

Jadi nggak sinkron lah partai demokrat. Pengen minta jatah, eh malah petantang-petenteng…

Belum selesai satu galau, muncul galau yang lain. Kali ini pembisik yang lain mulai menghembuskan isu kalo baiknya si pepo mengusung poros tengah. Gimana kalkulasinya? Mas Agus bakal ditolak oleh mami Mega alias PDIP kalo mau jadi cawapres Jokowi.

“Percuma dahh…mending buat poros baru, boss..” demikian bisikan mautnya.

Apa alasannya? “Pertama elektabilitas Jokowi sulit dikerek. Yang kedua, elektabilitas oom Wowo juga jalan ditempat. Butuh calon alternatif donk?” Begitu kilahnya…

Makin galau-lah sang pepo. Takut sang putra mahkota malah boncos, gak dapat apa-apa di 2019 nanti. Maka kembali pepo banting stir untuk ngebuat poros baru…

Itulah alasan utama sang pepo is back, akhir-akhir ini. Dan yang paling teranyar, pepo mulai nyinyir kembali tentang kriminalisasi ulama kepada pemerintahan Jokowi. “Pemerintah jangan sedikit-sedikit kriminalisasi ulama.” Watdehel… Apa pepo mulai pikun, kalo si Riziek pernah dijeblosin ke prodeo pada masa kepemimpinannya? Itu bukan kriminalisasi ulama?

Ahh… Jadi menarik mencermati langkah sradak-sruduk sang pepo pada kancah perpolitikan nasional. Apakah langkah itu akan terhenti? Tentu tidak, sampe sang putra mahkota mendapatkan tahtanya di 2019.

Padahal menurut saya, ketimbang membentuk poros baru yang gak jelas hitungan togelnya, mendingan mas Agus minta jatah ke pemerintahan Jokowi sebagai menteri atau apa, kek? Tujuannya hanya untuk magang. That’s it. Jadi jangan dikarbit. Biar waktu yang menjawab kepiawaian mas Agus. Baru di 2024, kalo dirasa cukup, yah dia bisa nyapres…

Mungkin satu yang perlu diketahui pepo, kalo buah dengan kualitas baik adalah buah yang matang dari pohonnya. Bukan dikarbit. Karena sebaik-baiknya buah karbitan, pasti ada sedikit rasa pahit-pahitnya. Mirip-mirip kencing onta…

Betul, kan pak ustadz?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!