Menggiring Opini


509

Andi Arief yang pertama kali, melalui akun pribadinya di twitter (2/1), turut berkomentar soal dugaan surat suara tercoblos. Andi meminta KPU untuk mengecek langsung terkait kebenaran informasi 7 kontainer berisi surat suara tercoblos di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Gak tanggung-tanggung, Andi menyebutkan juga adanya rekaman suara yang menyebut ada 7 kontainer yang baru tiba dari Cina, yang isinya adalah surat suara yang tercoblos untuk paslon 01, Jokowi-Ma’ruf. 70 juta surat suara, konon ceritanya.

Nggak pake lama, KPU dan Bawaslu segera meluncur ke TKP untuk memeriksa langsung kebenaran informasi tersebut. Dan hasilnya dapat zonk, alias nggak dapat barang bukti yang diharapkan. Dan kicauan AA langsung buru-buru dihapus begitu tahu bahwa hal tersebut hanyalah hoax.

Lha, bagaimana mau dicoblos, wong specimen alias sampel surat suara yang mau dipakai untuk pilpres nanti aja, belum diputuskan apalagi lewat proses tender?

Sebenarnya, isu tersebut tujuannya apa?

Sebuah isu mempunyai dua dimensi. Pertama digunakan sebagai langkah awal untuk melancarkan perang asimetrik, seperti yang sudah sering saya bahas. Yang kedua digunakan sebagai pengalihan isu. Untuk yang terakhir, Pepo jagonya dalam hal ini.

Coba kita telusur bersama. Apakah isu digunakan sebagai langkah awal perang asimetrik? Bisa jadi. Dengan isu yang diluncurkan, diharapkan akan ada aksi yang mengikutinya. Orang akan berbondong-bondong turun ke jalan untuk menyatakan bahwa rejim Jokowi melakukan tindakan kecurangan pemilu.

Kemudian, pemilu yang hasilnya bisa jadi menghantar petahana sebagai pemenangnya, akan digugat oleh people power. Dan ini bisa jadi berujung jatuhnya pakde lewat kekuatan massa. Begitu kurang lebih skenario yang bakal terjadi.

Namun, langkah ini sangat diragukan keefektifannya. Kenapa?

Karena cara serupa sudah pernah dicoba oleh kubu BOSAN dengan menyebar isu penganiayaan Ratna Sarumpaet. Dan hasilnya gagal maning. Ini bisa terjadi karena Kapolri sudah berniat untuk mengejar siapapun penyebar hoax yang berniat mengacaukan proses pilpres 2019.

Pertanyaannya: apa iya, kubu BOSAN cukup bodoh untuk mengulang langkah yang sama, yang sudah jelas-jelas nggak akan berhasil? Belum lagi, untuk people power butuh langkah ekstra untuk memecah kubu angkatan bersenjata. Padahal sejauh ini, pihak angkatan bersenjata terlihat cukup solid kekuatannya.

Kesimpulannya, isu ini bukan dimaksudkan untuk memulai perang asimetrik, apalagi untuk mengacaukan pemilu. Kalau bukan untuk maksud itu, lalu apa?

Sebagai pengalihan isu. Itu yang paling masuk akal. Dari apa?

Adalah Dewan Dai Aceh yang pada Sabtu (29/12) lalu menyuarakan untuk perlunya tes mengaji bagi para capres dan cawapres. Acara ini rencananya digelar dengan maksud mempertegas kualitas keislaman seorang capres/cawapres.

Wajar-wajar aja sih, kalo dalam kacamata keislaman, bagaimana mau menjadi pemimpin ummat Islam (umaro) di Indonesia, kalo ternyata iqra alias baca qur’an aja nggak bisa.

Maka, kalang kabutlah kubu BOSAN menanggapi tantangan yang sedianya akan digelar di Bumi Serambi Mekkah pada 15 Januari mendatang. Bayangkan Om Wowo yang ngucapin Hulaihi aja udah keteteran, apalagi membaca qur’an? Makin ketahuan belangnya.

Apalagi, sebelumnya Prabowo kedapatan mengikuti perayaan natal yang digelar oleh keluarga besarnya pada Desember lalu. Publik sudah bisa menilai, bahwa sosok Prabowo hanya Islam KTP.

Bisa dibayangkan, kalo ternyata Om Wowo terpaksa mengikuti tantangan baca qur’an dan nggak bisa baca, apa yang akan terjadi? Ummat Islam akan ramai-ramai mengalihkan pilihannya buat Jokowi. Palingan cuma para kampret yang tetap setia mendukung Om Wowo. Dan kekalahan telak sudah terbayang di depan mata.

Ini jelas harus dihindarkan. Untuk itulah diperlukan isu selain ngeles sana ngeles sini. Jadi klop manakala yang bersuara keras dalam menggelindingkan isu tersebut bermula dari Andi Arief, kader Cikeas yang memang spesialisasi untu pengalihan isu.

Namun sayang beribu sayang, malah editansil yang terjadi. Dan pihak-pihak yang menggelindingkan isu, dari AA sampai Tengku Zulkarnain sudah siap-siap untuk dicyduk oleh pihak berwajib gegara turut berpartisipasi menyebarkan hoax. Eng ing eng… Kita tunggu episode selanjutnya.

Yang jelas, kekonyolan demi kekonyolan akan terus dipertontonkan menjelang hari pencoblosan. Karena ibarat libido, hasrat kampret untuk klimaks udah nyampe ubun-ubun. Ngeludah aja, udah langsung croot…

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!