Krisis di Solomon


510

Krisis di Solomon

Oleh: Ndaru Anugerah

Kepulauan Solomon bergolak. Dari demonstrasi, kemudian berujung pada kerusuhan.

Sedikitnya 3 orang tewas dan 56 bangunan dirusak dan dijarah. Distrik Pecinan di Honiara yang paling terkena dampak atas kerusuhan tersebut. (https://www.france24.com/en/live-news/20211203-crisis-hit-solomon-islands-girds-for-further-protests)

Apa penyebab utama kerusuhan?

Banyak faktor tentunya, dari mulai kemiskinan, pengangguran, hingga persaingan antar pulau dalam pembangunan.

Tapi yang utama adalah sikap politik yang diambil PM Manasseh Sogavare. Dibawah kepemimpinannya, Solomon mengubah haluan ‘perkoncoan’ dari Taiwan ke China sejak 2019 silam. (http://en.cidca.gov.cn/2019-10/11/c_415102.htm)

Dari sini saja kita sudah bisa petakan, bahwa kerusuhan itu memang sengaja diciptakan guna menggoyang kepemimpinan Sogavare. Bahasa sederhananya: skenario revolusi warna mau dimainkan di Solomon. (https://tribune.com.pk/article/97160/why-is-trouble-brewing-in-the-solomon-islands)

Bagaimana ini bisa berlangsung?

Setidaknya ada 2 hal selaku faktor utama konflik.

Kepulauan Solomon punya salah satu pulau utama yang disebut Malaita. Nah penduduk Malaita merupakan pendukung setia Taiwan, sementara ibukota negara Honiara, malah punya kebijakan yang mengarah ke China. Jadi ada ketidaksinkronan kebijakan yang diambil oleh Kepulauan Solomon.

Kesenjangan ini makin diperkuat oleh Sogavare di tahun 2019 silam, dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan dan menggandeng Tiongkok. (https://www.theguardian.com/world/2019/sep/16/china-extends-influence-in-pacific-as-solomon-islands-break-with-taiwan)

Yang kedua, hal ini bisa terjadi mengingat ada campur tangan Australia terhadap negara tersebut. Perlu anda tahu bahwa Australia adalah sekutu terdekat Solomon secara histroris. (https://www.dfat.gov.au/geo/solomon-islands/development-assistance/development-assistance-in-solomon-islands)

Nggak heran ketika Sogavare mulai memalingkan muka ke Beijing, Australia mulai kebakaran jenggot. (https://abcnews.go.com/International/wireStory/australia-prime-minister-offers-aid-solomon-islands-63443997)

Jadi kalo kerusuhan itu bisa terjadi, yang utamanya menarget etnik China, itu bukan kebetulan semata, karena memang ada tangan ‘tak terlihat’ dalam menyulut konflik.

Saat PM Sogavare menyatakan bahwa kerusuhan yang terjadi di negaranya karena ada campur tangan asing yang ingin menjatuhkan dirinya, itu karena Sogavare tahu skenario yang sedang terjadi. (https://sputniknews.com/20211128/solomon-islands-prime-minister-refuses-to-resign-over-riots-vows-to-find-instigators-of-unrest-1091084801.html)

Pernyataan yang dikeluarkan jubir Menlu China makin menegaskan sinyalemen itu. “Mereka (para pembuat kerusuhan) akan gagal dalam mengganggu hubungan bilateral antar kedua negara,” ungkap Zhao Lijian. (https://sputniknews.com/20211126/attempts-to-disrupt-china-solomon-islands-relations-futile-foreign-ministrys-spokesperson-says-1091048904.html)

Dengan kata lain, baik Sogavare maupun Tiongkok satu suara, bahwa ada yang ‘cemburu’ melihat kemesraan hubungan mereka berdua. Dan pihak yang dituding siapa lagi kalo bukan sang ‘mantan’ yang kini dicampakkan.

Cuma untuk head-to-head dengan China terlalu ekstrim untuk dilakukan, sehingga yang paling mungkin adalah mendanai proyek revolusi warna. Dan penduduk Malaita adalah proxy yang sempurna untuk melakukan itu.

“Kenapa Australia malah mengirim pasukannya ke Solomon, kalo memang tujuannya adalah perubahan rezim?” (https://www.abc.net.au/news/2021-11-29/solomon-islands-province-premier-says-australian-intervention/100659444)

Ini setidaknya punya 2 tujuan.

Pertama, langkah ini diambil Australia untuk mencegah intervensi China dalam menanggulangi kerusuhan dan mendukung negara tersebut secara langsung.

Yang kedua, langkah ini sengaja diambil untuk memberi space bagi warga Malaita untuk menggelar referendum, lepas dari cengkaraman Kepulauan Solomon. Skenarionya mirip di TimTim.

Memang apa kepentingan China atas Kepulauan Solomon?

Apa lagi selain proyek BRI-nya. China butuh banyak ‘jalan’ untuk memperbesar pengaruhnya secara global.

Jadi wajar jika kemudian perusahaan-perusahaan China diberikan hak khusus untuk membangun infrastuktur mulai dari jalan, jembatan, hingga listrik yang diperlukan guna membangkitkan tambang emas Gold Ridge yang ada di Solomon. (https://www.reuters.com/article/uk-china-solomonislands-idUKKBN1X90AG)

Dengan berpalingnya Solomon pada China, makin mengukuhkan pengaruh Tiongkok pada Kawasan Pasifik, mengingat sudah ada 15 negara yang menjalin kemitraan dengannya. (https://www.theguardian.com/world/2019/sep/20/taiwan-loses-second-ally-in-a-week-as-kiribati-switches-to-china)

Bisa dikatakan bahwa yang kita saksikan saat ini di Solomon nggak lain adalah perebutan pengaruh antara Australia dan China pada negara itu.

Siapa yang bakal memenangkan kontestasi?

Sepertinya sikap pasif China, akan mempersulit dirinya untuk meraup keuntungan atas Solomon. Kalo mau perang, bukankah harus total football?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!