Endorsement Jejak Karbon


517

Endorsement Jejak Karbon

Oleh: Ndaru Anugerah

Bagaimana skema ESG yang dipromosikan BlackRock dapat dijalankan? (baca disini)

Jawabannya: dengan banyak cara, tentunya. Salah satunya adalah dengan menjalankan skenario jejak karbon (carbon footprint).

Secara definitif, jejak karbon adalah jumlah total gas rumah kaca (termasuk CO2 dan metana) yang dihasilkan oleh tindakan seseorang ataupun badan usaha dalam beraktivitas sehari-hari. Ini perlu dihitung untuk menentukan seberapa banyak GRK yang dihasilkan yang ‘dituding’ berkontribusi pada pemanasan global. (https://www.nature.org/en-us/get-involved/how-to-help/carbon-footprint-calculator/)

Berdasarkan data, jejak karbon yang dihasilkan oleh warga Amrik adalah 16 ton CO2 ekuivalen, yang menjadikan negara tersebut sebagai pemimpin dalam memproduksi GRK. Sedangkan secara global, jejak karbon yang dihasilkan hanya sekitar 4 ton CO2 ekuivalen saja.

Untuk mencapai kondisi ideal agar bumi nggak naik suhunya sebanyak 2°C, maka total jumlah jejak karbon yang dihasilkan harus kurang dari 2 ton CO2 ekuivalen, sebelum 2050 mendatang.

Lantas darimana jejak karbon dihitung?

Berdasarkan kegiatan harian yang kita lakukan, mulai dari konsumsi makanan, bahan bakar, barang-barang manufaktur yang kita gunakan, material rumah, transportasi yang kita pakai, shopping-shopping, hingga seberapa banyak kita plesiran. (http://the.co2list.org/)

Misalnya nih, makin banyak anda plesiran, maka makin banyak jejak karbon yang anda hasilkan.

Kok bisa?

Memangnya untuk bepergian nggak pakai bahan bakar fosil sebagai sumber bahan bakarnya? Dan ini otomatis menyumbang GRK yang sekali lagi dituding sebagai biang kerok pemanasan global.

Dan penerapan penghitungan jejak karbon mulai mendapat endorsement di Australia sana.

Adalah Australia’s Commonwealth Bank (CBA) yang bermitra dengan CoGo selaku perusahaan manajemen karbon, baru-baru ini meluncurkan fitur baru sebagai salah satu bagian perbankan online mereka. (https://www.theaustralian.com.au/business/financial-services/commonwealth-bank-ramps-up-green-push-inks-cogo-carbon-offset-partnership/news-story/b6aa89d2328e2edd13bee50533a728ad)

Pada tataran teknis, CBA akan menghubungkan pembelian yang dilakukan oleh para nasabahnya dengan jejak karbon yang telah mereka hasilkan. Dan jika jejak karbon yang dihasilkan telah melampaui ambang batas, mereka akan memberikan ‘warning’ kepada para customer-nya.

Bagaimana jika nasabah mereka telah menghasilkan jejak karbon yang diluar ambang batas yang ditentukan (setara dengan 200 kilogram)?

Maka CBA akan menyarankan mereka untuk membayar denda atas ‘pelanggaran’ yang mereka buat atas jejak karbon yang dihasilkan.

Ambil contoh, jika nasabah kedapatan menebang 8 pohon, maka jejak karbon yang dihasilkan bisa dihitung dengan menggunakan metrik yang ada sebagai acuan perhitungan. Begitupun dengan aktivitas keseharian lainnya.

Dengan demikian, kalo nasabah telah menghasilkan jejak karbon secara berlebih, kemungkinan besar dia akan mendapatkan denda atas pelanggarannya tersebut.

Mungkin nggak jika ambang batas jejak karbon telah dilewati, seseorang akan dilarang melakukan sesuatu?

Hingga saat ini, skema ESG atas jejak karbon baru sebatas denda. Namun ke depannya, ini sangat bisa berkembang kepada pembatasan atas kegiatan ataupun barang yang bisa dipakai seseorang. Dan ini bersifat wajib kepada siapapun, termasuk anda dan saya. (https://cepr.org/voxeu/columns/mandatory-corporate-carbon-disclosures-and-path-net-zero)

Apakah skenario jejak karbon bersifat baik adanya?

Sekilas iya.

Banyak pakar lingkungan menyatakan bahwa ini adalah salah satu cara efektif dalam menyelamatkan bumi dari amukan pemanasan global. (https://www.nature.com/articles/s41893-021-00756-w)

Hanya saja, kalo anda gali lebih dalam, itu hanya kosmetik belaka.

Nggak begitu juga kenyataannya.

Yang paling kelihatan adalah bahwa penerapan jejak karbon secara otomatis meningkatkan kontrol pada keuangan individu. Anda bayangkan jika anda harus berkencan di Pulau Bali dengan pasangan anda secara diam-diam, misalnya, itu semua akan terlacak dengan diberlalukannya sistem ini, karena adanya sistem transaksi digital.

Apakah anda bersedia kalo rahasia anda akan terekam dan jadi konsumsi publik, jika data ada bocor?

Itu baru yang sederhana lho ya.

Yang terlebih penting, penerapan jejak karbon akan membuka jalan bagi penerapan sistem kredit sosial berbasis ekologi, dimana seseorang akan mendapatkan punishment atau reward, berdasarkan kelakuannya terhadap lingkungan.

Secara singkat, kedua sistem akan terkoneksi dan anda akan dapat banyak masalah semisal anda dianggap berkelakuan buruk pada masyarakat dan juga lingkungan. Sanksinya macam-macam mulai dari larangan bepergian hingga rekening koran anda di bank dibekukan oleh negara.

Ngeri sekali, bukan?

Dan ini sudah diberlakukan di China, sebagai laboratorium sosial sang Ndoro besar. Terbilang berhasil. Siapa juga yang berani protes sama negara di China sana? (https://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:1377063/FULLTEXT01.pdf)

Masalahnya, siapa yang bisa jamin kalo sistemnya sempurna alias tanpa kesalahan? Jika terjadi kesalahan perhitungan jejak karbon, siapa yang bisa dirujuk untuk pertanggungjawabannya? Bisakah anda melakukan complaint? (baca disini)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!